01

1.4K 110 2
                                    

"Masih bersama Woohyun dalam frekuensi 99.7 Zerobase FM. Baik, Terimakasih Zerose atas kebersamaan anda semua malam ini. Sudah dua jam Woohyun menemani anda semua dalam acara Spring Night malam ini. Semoga bisa mimpi indah malam ini. Kita berjumpa lagi di lain waktu. Selalu sebarkan cinta untuk orang di sekitar kita, Woohyun pamit undur diri. Selamat Malam."

Penyiar dengan nama udara Woohyun tersebut menarik napas lega dan melepas headset yang menempel di telinganya. Pekerjaannya adalah sebagai penyiar radio lokal yang cukup terkenal di Seoul. Sudah satu tahun sejak Matthew bekerja sebagai penyiar radio di Zerobase FM.

"Terimakasih banyak atas kerja kerasmu hari ini, Matthew," ujar seorang operator radio malam itu.

"Sama-sama, Hyung. Aku pulang dulu ya, besok hari pertamaku masuk ke kampus."

"Baiklah, semoga sukses besok. Hati-hati di jalan."

Jadwalnya selalu selesai pukul sepuluh malam. Matthew hanya mendapat libur setiap hari Minggu dan Senin dalam jadwal siarannya. Yah memang padat, Matthew memulai siaran pukul tujuh malam sampai sepuluh malam. Tidak terlalu melelahkan karena pekerjaanya hanya duduk santai di depan microfon dan berbicara kepada pendengar setianya.

Dalam perjalanan pulangnya setelah turun dari bis dan hendak menuju apartnya Matthew malah bertemu dengan dua teman sekolahnya dulu, lebih tepatnya penggangu setia Matthew. Bahkan setelah lulus SMA pun mereka berdua masih tidak mau melepaskan Matthew. Sungguh tidak baik nasibnya padahal besok hari pertamanya berangkat ke kampus.

"Kenapa kau tidak membawa uang yang sudah aku minta kemarin?" ujar pria bernama Jongwoo itu.

"M-Maafkan Aku. Aku lupa membawanya" jawabnya dalam tundukkan kepala.

"Ck! Alasan macam apa itu, hah?!" bentak yang satunya, Jeonghyeon.

"Bukankah kau sudah tahu jika kau tidak membawa uang itu kami tidak akan membiarkan wajahmu itu bersih, kan?" ancam Jongwoo.

Seluruh tubuh termasuk kaki Matthew sudah bergetar hebat hanya dengan mendengar ancaman dari Jongwoo. Bagaimana tidak? Matthew pasti akan babak belur dibuatnya tidak karuan.

"K-Kumohon. L-lepaskan aku. Aku mohon, Jongwoo."

BUGH!!

Satu pukulan dari Jongwoo di pipi kanan Matthew membuatnya jatuh tersungkur ke tanah.

"Jangan panggil-panggil namaku Jabba!"

"Heuh. Dasar. Kau terlalu bekerja keras untuk menurunkan berat badanmu padahal seharusnya tidak usah. Jabba The Hutt sudah cocok menjadi nama panggilanmu. Wajahmu menjadi terlalu sempurna, bagaimana prosedur operasi plastiknya?" ujarnya lalu mereka berdua tertawa keras meremehkan.

Tidak. Matthew sama sekali tidak melakukan operasi apapun untuk wajahnya. Matthew hanya berusaha melakukan perawatan agar bisa menjadi lebih baik selama ini. Ia sudah muak dengan semua cemoohan yang di dapatkannya selama hidupnya.

"Ahhrgg!!" Matthew memekik kesakitan saat Jeonghyeon menginjak keras perut Matthew.

"Lihat dia. Bahkan setelah berolahrga kau masih tidak bisa melawan kami berdua! Dasar banci!"

Cukup.

Napas Matthew tersengal dengan tubuhnya yang masih terbaring di atas tanah. Tatapan matanya apartong. Tempat ini terlalu sepi, tidak mungkin ada orang yang lewat apalagi ini sudah sangat larut. Sudah tidak ada harapan untuk Matthew mendapatkan bantuan.

"Kalian." ujar seorang pria tinggi mengenakan hoodie hitam. Wajahnya memiliki fitur tegas dengan matanya yang tajam memanggil Jongwoo dan Jeonghyeon.

Siapa lagi orang itu? Teman Jongwoo dan Jeonghyeon? Lengkap sudah nasib Matthew.

[✓] Rose Blossom | WoongMatt/Ppusamz ♡Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang