for

0 0 0
                                    

Sebelum matahari menunjukan pesona nya, Ardhana sudah terbangun dari mimpi yang membuai, ia tengah bersiap untuk perjalanannya menuju Nounthen Utara. benar, mengenai berita semalam Graha pagi pagi sekali menyampaikan langsung kepada Ardhana.

Ia akan membawa beberapa tabib terpercaya, dan benerapa pengawal untuk mengawal rombongan kerajaan, Ardhana sudah memiliki rencana agar bisa mengelabui para warga nya. Ia akan menunjukan bahwa ia hanya akan mengunjungi ladang untuk panen yang akan datang. Untuk tabib tabib akan satu kereta bersama Ardhana.

Matahari belum capai titik puncak, rombongan kerajaan tengah berada di tengah perjalanan tepatnya di salah satu penduduk yang memang kerap terdapat pasar, pasar kerajinan. Dengan penuh wibawa Ardhana turun langsung yang diikuti oleh Graha dan beberapa pengawal kerajaan.

"Mengapa kau mengajak kami turun?" bisik graha seakan lelaki itu terlalu bingung.

"Diam dan ikuti saja" ucap Ardhana yang terlampau berbisik.

Bisa dilihat sekarang wajah kesal mendominasi Graha, Graha tidak diberi tahu mengenai rencana nya? padahal ia tangan kanannya? raja macam apa Ardhana. Namun Graha yakin pasti ada rencana yang sudah tersusun rapi di kepala Ardhana.

Melihat sang raja turun langsung di hadapan mereka membuat warga heboh seketika, mereka terburu buru merapihkan pakaian mereka untuk menyambut sang raja dan anggota kerajaan. Beberapa dari mereka terus mengoceh bertanya tanya mengapa anggota kerajaan datang tanpa adanya surat undangan ataupun pemberitahuan.

"Selamat siang, saya disini hanya ingin memberitahukan bahwa kebun milik Nounthen sebelah utara memiliki kualitas yang sangat baik, saya harap kalian terus menjaga kesehatan kalian ketika menunggu ladang yang siap dipanen dengan memperbanyak istirahat di rumah" ucap Ardhana dengan intonasi yang sangat lugas dan pandangan yang tegas.

Salah seorang dari warga sekitar mengajukan sebuah pertanyaan, "Bukan kah panen itu masih lama, mengapa kami harus mempersiapkan kesehatan dari sekarang?"

"Saya tidak menyuruh untuk kalian menjaga kesehatan dari sekarang, tapi jika kalian menuruti dengan beristirahat di rumah, bukan kah itu suatu hal yang baik?" jawaban Ardhana yang membuat semua warga bergemuruh berseru senang.

"Ya benar, kami harus banyak istirahat"

"Bukan kah kami sudah tercukupi, beristirahat rasanya tidak akan merugikan kami"

"Raja memang pria yang baik!"

"Rasanya aku ingin menjadi permaisuri nya"

"Itu seperti sebuah kebohongan, Raja"

"Kapan Raja akan menikah, pasti sangat menyenangkan melihat gadis beruntung yang bisa berada di sisinya"

Kalimat demi kalimat yang dilontarkan setelah menerima informasi yang diberikan Ardhana, namun yang sedikit mengganjal adalah kalimat terakhir, sial ia seperti di angan angan kan.

"Kurasa kalimat terakhir itu sangat benar, jadi kapan kau akan menikah?" ucap Graha dengan nada jahil.

"Diam Graha, kau juga belum menikah" Tatapan yang menghunus yang mampu membalikan sebuah kenyataan.

Hanya helaan nafas kasar yang terdengar dari mulut sang panglima, Ardhana selalu saja begitu, menyamakan kami berdua, tentu kami berbeda, dia terlalu banyak yang suka sehingga bingung untuk menikahi gadis yang mana, sementara Graha sebaliknya. Benar benar memuakkan.

Setelah ia memberikan salam untuk melanjutkan perjalanannya menuju Nounthen bagian utara suasana hatinya benar benar kacau. Namun ia tampik semua itu untuk terus terfokus terhadap masalah yang dihadapinya.

----------------

Di sebuah istana yang cukup luas tepatnya istana utama, terdapat seorang tamu, ah lebih tepatnya salah bagian keluarga yaitu Ibu Suri yang tengah berkunjung kepada putra semata wayangnya.

"Uhh, anakku ibu sangat merindukanmu" ucapnya mendayu dayu, sedikit manja.

"Hormat kami ibu suri, namun Raja sedang tidak ada di istana" ucap salah satu Maid.

"Ouh begitukah?, kemana anakku pergi?" sedikit kecewa namun ditampik dengan rasa penasaran.

Maid itu bimbang, namun ia jujur saja, terlebih yang dihadapannya adalah ibu suri "Hamba tidak tau yang mulia, Raja pergi bersama Graha dan anggota kerajaan"

"Kau boleh pergi" sedikit mengusir.

"Baik yang mulia, hamba pamit" ucap pungkas sang maid sebelum meninggalkan ibu suri.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 26, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

NOUNTHEN'S (ON GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang