Senja melangkahkan kakinya ke lantai satu, ia tadi memang sudah tertidur namun kembali terbangun, ketika ia merasakan haus, saat sampai di tangga bawah ia melihat mamah, ayah, kak Anindya, dan kak Aditya, sedang berkumpul di ruang makan, melihat itu, dengan mata berbinar ia menghampiri keluarganya,
"Mamah, ayah, kakak, Abang," panggil senja dengan mengapsen keluarganya, mendengar panggilan senja sontak mereka semua menoleh, dan menatap senja yang terlihat sedang tersenyum
"Kalian abis dari mana?baru pulang ya?" Tanya senja dengan senyuman, memang ia sudah tahu faktanya, namun ia masih ingin mendengar langsung dari mereka.
"Kita abis dari rumah nenek sayang, kamu kok belum tidur udah malem?" Jawab adrishta, mamah senja.
"Aku tadi tidur, cuman kebangun karena haus. Kalian kerumah nenek kok ga nunggu aku?" tanya senja kembali, rasa haus yang tadi menyerang tubuhnya, hilang seperti itu saja.
"Kamu tadi kan sekolah dek, kakak juga abis pulang sekolah langsung pergi," sahut kak Anin,
"Kakak ditungguin tapi aku nggak?emang sesudah itu nunggu aku sebentar?" Tanya senja
"Senja jangan seperti anak kecil, ini sudah malam jangan mencari keributan," ucap Adnan yang akhirnya buka suara, ia menatap manik mata anaknya tajam
"Aku hanya bertanya--"
"Sudah senja balik ke kamar kamu, kita ingin makan malam," sahut sang mamah
"Senja ganggu kalian ya?maaf,"
"Senja balik kekamar jangan sampai ayah pukul lagi!"
"Senja mau minum dulu, sehabis itu senja akan balik ke kamar." Final senja, ia berjalan menuju lemari pendingin, setalah itu ia kembali ke kamarnya.
Bohong jika senja langsung tertidur, ia justru kembali meneteskan air matanya, benar, benar kata orang-orang bahwa dirinya adalah gadis lemah, dirinya adalah cenggeng.
Senja menutup mulutnya agar suara tangisannya tidak terdengar oleh sang kakak, atau Abang, jika mereka melewati kamar senja.
Di bawah kasur miliknya ia bersender dan menelusupkan kepalanya di sela-sela lipetan tangan dan kakinya, ia menangisi takdirnya, ia menangisi apa yang terjadi hari ini, bohong, bohong jika ia tidak nangis karena yang terjadi hari ini.
Senja menarik nafasnya dalam-dalam sebagai bentuk caranya menenangi diri, bukan hanya sekali, sudah dibilang kan bahwa ia sudah terbiasa merasakan ini semua, ia gagal, ia selalu gagal dalam semua hal, termasuk keluarga dan pertemanan, semua orang meninggalkan dirinya, semua orang membiarkannya yang rapuh menjadi tambah rapuh.
Dulu ia mempunyai sahabat, namun semua itu hilang begitu saja, saat takdir mengambil sahabatnya, salsa. Seseorang yang selalu bersamanya, seseorang yang menemani dirinya ketika orang lain menyakiti dirinya.
Kepergian salsa membuat dirinya hancur, rapuh, dan seberantakan ini, hilang semuanya, kini ia hanya sendiri, dengan luka yang ia rasakan.
Senja menoleh kesamping nya, ia bangun sebentar dan berjalan kemeja belajarnya, ia mengambil sesuatu dari sana,
Silet.
Senja mengacak rambutnya sebentar, ia sudah berkali-kali menahan ini semua namun nihil, semuanya tidak bisa, hanya benda ini yang bisa ia lampiaskan
"Dua goresan," ucapnya dengan nada lirih
Luka yang kemarin, luka yang kemarin ia rasakan di tangannya belum begitu sembuh, sekarang senja kembali menambahkan, ia menatap dirinya lirih,
Sret...Srett
Dua goresan ditangannya, kini sudah kembali berganti dengan darah yang keluar dari tangannya, ia membiarkan saja darah tersebut,
"Maaf, maaf tuhan..." Ucapnya dengan sesenggukan
Ia tau ini salah, ia tahu ini tidak boleh, namun ia merasa semuanya tidak adil, hanya cara ini yang bisa ia lakukan agar dirinya tenang, hanya cara ini ia bisa melampiaskan semuanya
Senja mengambil tissue lalu mengelap darah yang sudah menetes banyak dari lengannya, ia menahan perih dari luka tersebut, namun itu semua tidak sesakit apa yang ia rasakan.
Ia mengelus dadanya sebagai bentuk penguatan dirinya,
"Senja kamu pasti bisa, kamu pasti kuat."
Lagi dan lagi, air mata itu kembali menetes, gadis berumur enam belas tahun itu harus merasakan hancur dalam hidupnya.
"Tok..tok..tok...,"
Senja mengelap air matanya ketika mendengar ketukan tersebut, ia membereskan tissue yang penuh darah dengan menyimpannya, dan pagi nanti ia akan membuangnya ke tempat sampah yang jauh dari rumahnya, dan terakhir senja menyimpan silet yang ia gunakan.
"Sabar," teriak senja,
Setelah beres semua ia membuka pintu secara perlahan, ia terkejut ketika ada seseorang yang menampakkan dirinya, ia menunduk dengan rasa takut, ia berfikir itu adalah sang ayah.
"Nih dimakan,"
Senja tidak tuli, ia tahu suara siapa itu. Ia mendongakkan kepalanya menatap manik dihadapnnya, bang Aditya.
"I-ini buat aku bang?" Tanya senja ragu
"Gua bilngnya depan Lo, ga mungkin ini buat Anin, Lo makan abis itu tidur, suara nangis Lo berisik sampai ke kamar gua," ucap Adit
Mendengar itu senja terkejut, bagaimana bisa sang Abang mendengar itu semua, dengan rasa takut senja menunduk
"Tolong jangan ngadu mamah, atau ayah," ucap senja lirih, ia takut, ia sangat takut jika ia mendapat pukulan lagi, tidak mendapatkan jawaban dari sang Abang senja kembali mendongakkan kepalanya
"Abang--"
"Iya senja, ini ambil makanannya,"
Perlahan senja mengambil makanan tersebut dengan tangan yang sedikit gemetar, kebab, makanan kesukaan dirinya.
"Abang makasih banyak, senja ganti ya uang Abang?"
"Ga perlu senja," jawab Adit cepat
Senja dengan memberanikan diri, ia memeluk sang Abang, sudah lama, sudah lama ia tidak mendengar sang Abang memanggilnya dengan sebutan adik, dan sudah lama ia tidak mendapatkan pelukan sang Abang, saat ia lagi terluka, itu karena kejadian beberapa bulan lalu, dan itu merubah keadaan Adit.
Senja terkejut saat sang Abang membalas pelukannya, ini adalah kali pertama kembali Adit memeluknya, senja merindukan pelukan sang Abang.
"Abang..." Ucap senja lirih
"Abang makasih, maaf senja ngerepotin Abang, senja kangen pelukan ini Abang, senja kangen Abang senja yang dulu, senja kangen Abang manggil senja adek Abang,"
Mendengar ucapan itu, seketika membuat Adit melepaskan pelukannya, senja sedikit terkejut, namun sepertinya ia paham bahwa sang Abang tidak menyukai ucapannya.
"Maaf,"
Adit yang mendengar itu lagi-lagi hanya diam, ia meninggalkan sang adik dilamarnya, begitu saja.
"Maaf senja."
KAMU SEDANG MEMBACA
Senja dan lukanya
Ficción Generalsenja, perempuan yang memiliki bola mata hitam dan bersih, dengan tinggi sekitar 156 dan memiliki tubuh badan yang mungil,harus banyak memendam luka sempurna, perempuan yang selalu menggunakan Hoodie dan topi karena baginya kedua benda itu adalah pe...