03

284 48 13
                                    

Jam masih menunjukkan pukul delapan pagi, Jihoon yang baru saja tertidur terpaksa harus bangun karena kedatangan Jaehyuk dan Yedam ke dalam kamarnya. Jaehyuk menggeleng melihat temannya yang masih bergelut dengan selimut lalu dia mengambil kucing abu dari atas kasur dan menggendongnya.

Jaehyuk memberi kode kepada Yedam, seolah tahu apa yang ada dipikirin temannya lantas Yedam menarik selimut dengan kasar sehingga Jihoon langsung terbangun dengan kondisi masih setengah sadar.

“Bangsat lo, Dam!!” teriak Jihoon membuat kucing yang ada di gendongan Jaehyuk lompat lalu berlari keluar kamar.

“Lo yang bilang kalau kita harus berangkat jam delapan malah lo sendiri yang masih tidur!!” pekik Yedam kesal, padahal dia sudah buru-buru karena takut tertinggal tapi ternyata Jihoon masih tertidur.

“Gue baru tidur, Dam,” ujarnya seraya memejamkan mata.

“Tidur lagi gue siram!” ancam Yedam.

Akhirnya Jihoon berjalan menuju kamar mandi dengan malas, untungnya dia sudah membereskan perlengkapan yang akan dia bawa. Jika tidak, kedua temannya akan terus memarahinya seperti yang dilakukan Yedam saat ini dan kemungkinan mereka akan tertinggal kapal.

Menunggu Jihoon yang sedang mandi, Yedam dan Jaehyuk menunggu di lantai bawah sembari mengobrol dengan kedua orang tua Jihoon. Rencana mereka untuk berlibur menggunakan kapal menuju ke negara sebrang merupakan ide dari Yedam. Jaehyuk dan Jihoon hanya mengikutinya karena mereka juga penasaran bagaimana rasanya naik kapal pesiar yang besar dan juga mewah itu.

“Kalian beneran mau pergi?” tanya Junho.

“Iya, Om. Sayang kalau nggak jadi pergi, soalnya kita udah ngeluarin uang cukup banyak buat pergi kesana.” Yedam merasa kalau mereka tidak jadi pergi akan sangat disayangkan uang yang mereka keluarkan akan sia-sia.

Awalnya orang tua mereka melarang dan menyarankan mereka untuk berlibur di tempat yang tidak begitu jauh dari kota. Akan tetapi, karena mereka terus meyakinkan kedua orang tuanya bahwa tidak akan ada yang terjadi dan mereka akan baik-baik saja, akhirnya mereka diizinkan untuk pergi.

Junho menghela napas pelan. “Om sebenarnya nggak ngizinin Jihoon buat pergi, tapi Jihoon bilang kalau dia itu cowok, nggak mau dilarang-larang.”

“Kita juga hampir berantem soalnya dia nggak mau nurut sama Om. Apa Om nikahin aja, ya? Jihoon punya pacar, kan?” tambahnya seraya tertawa.

“Jihoon di deketin cewek aja kabur, padahal yang ngedeketin cantik-cantik,” sahut Yedam karena beberapa kenalannya pernah cerita tentang kekecewaan mereka karena ditolak oleh Jihoon.

Junho cukup terkejut, karena setelah beberapa tahun putus dengan mantannya, Jihoon tidak pernah lagi membawa perempuan ke rumah. “Loh, kenapa? Diantara mereka nggak ada yang bikin Jihoon tertarik?”

“Ada, tapi ceweknya udah punya pacar,” ucap Jaehyuk.

Junho tertawa, ia sempat mengira Jihoon masih menyukai mantan kekasihnya. “Pantesan om sering denger suara gitar malam-malam di balkon, anak bujang lagi galau ternyata.”

Kemudian, Jihoon turun dan meminta mereka untuk segera berangkat karena takut tertinggal apalagi jalanan kota cukup ramai dan macet jadi lebih baik mereka datang lebih awal daripada harus terlambat.

“Inget loh, Ji. Kebiasaan kamu yang susah dihubungin itu jangan dipake, kamu harus selalu ngabarin Ibu.” Yoona menatap kepergian anaknya dengan perasaan khawatir.

“Iya, Ibu.” Jihoon yang hendak berangkat terus tertahan oleh Ibunya yang terus berbicara sedari tadi.

“Kalian juga, kabarin orang tua kalian.” Yoona menatap kearah dia orang yang berdiri di belakang anaknya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 17, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

12 | TreasureTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang