1. Aku, Kamu, Dia dan Gelato

5 0 0
                                    

"SHENAA!" Gadis kecil itu memanggil temannya untuk di ajak bermain. "SHENA!" Panggilnya lagi.
Shena muncul dengan mengucak mata dan muka bantal.

"Apa Edith?" Anak itu lalu menguap.

"Ayo main!" Edith bersemangat, kontras dengan Shena yang baru bangun. Memang Edith kalau urusan main juara satu, karena ini masih pukul setengah delapan pagi dan anak itu sudah menggotong ember serta serokan untuk bermain di taman dekat kompleks mewah mereka.

"Yaudah. Tapi aku mau mandi dulu."

"Kita mau mandi pasir, nggak usah mandi. Nanti kotor lagi!"

Shena bingung. "Nanti di marahi Mama..."

"Enggak! Udah ayo!" Edith menarik tangan Shena paksa dan menggeret anak itu ke rumah temannya yang lain.

"Loh, sandalmu mana?" Edith bertanya pada Shena ketika mereka sampai di tujuan.

"Kan kamu yang maksa aku! Aku jadi lupa pakai sandal!"

Edith meringis, "Hehe... maaf."

"Kita mau main sama Paris juga?"

Edith berbinar, dan mengangguk cepat, lalu berteriak memanggil yang punya rumah. "PARIIS! AYO KITA MAIN!"

Tidak ada jawaban.

"Pariiiisss!"

"Apa?!" Kepala anak laki-laki itu muncul dari garasi, membuat Edith dan Shena menoleh. "Ini masih pagi! Nggak usah berisik! Nanti Mamaku dengar terus bangun! Nanti kita nggak jadi main!" Katanya setengah berbisik. Shena Dan Edith mengerti, mengunci mulut mereka rapat-rapat.

Cowok itu membuka pagar garasi lebih lebar sedikit demi sedikit untuk meminimalisir suara yang bakal di hasilkan. Cowok itu berhasil keluar pagar, lengkap dengan ember yang isinya mobil mainan, robot mainan, dan sekop.

Mereka bertiga berjalan menuju taman. Tidak ada anak-anak lain selain mereka. Berbeda dengan Edith dan Paris yang meluncur pada pasir sedetik setelah sampai, Shena hanya diam melihat keduanya.

"Sini main pasir!" Ajak Edith yang tengah memasukkan pasir ke dalam ember untuk membuat istana pasir.

Shena bergidik ngeri dan berdehem. "Kalian nggak tau kalau pasir ini suka di eek-in kucing?"

Kata-kata Shena sukses bikin Edith dan Paris yang baru nyemplung terdiam, menatap ke arahnya dengan tatapan yang sukar di definisikan.

"Apa iya...?" Paris bertanya lesu, sembari mengambil mobil dan robot mainannya kembali dari pasir ke ember.

"Kamu bohong, ya?"

"Nggak! Aku pernah lihat ada kucing eek di sini waktu naik sepeda."

"Kamu bisa naik sepeda?" Edith terdistraksi.

"Bisa, lah. Aku sudah umur lima tahun!"

"Aku juga lima tahun! Tapi nggak bisa tuh naik sepeda."

"Aku juga bisa naik sepeda. Tapi rodanya empat."

"Jadi cuma aku yang nggak bisa naik sepeda di sini?" Edith jadi murung.

"Nggak apa-apa, Dit. Kamu minta belikan sepeda aja ke Papa kamu nanti."

"Betul juga-eh tunggu! Tadi katanya Shena pasir ini jadi tempat eek kucing!" Edith segera berdiri dan membersihkan sisa pasir yang ada di baju dan tubuhnya. Paris juga melakukan hal sama.

"Kita berenang aja yuk! Main perosotan."

Lagi-lagi ide Edith dituruti oleh kedua temannya yang iya-iya saja itu. Alhasil mereka bertiga berjalan ke area kolam renang. Penjaga kolam sampai hafal dengan trio itu dan memperingati mereka agar tidak terjun ke kolam dewasa. Lalu, mereka nyemplung di kolam anak dan asyik bermain perosotan.

Olive TreeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang