'Aku' Faye mengajukan diri.
'Namanya Bintang. Ia sedang berdiri, sendiri bersama kesunyian. Semua orang telah pulang, tapi ia masih tak percaya dengan apa yang dihadapannya. Ia enggan meninggalkannya sendiri. Dia sedih, sangat sedih, terpuruk menerima kenyataan. Bintang ingat janji mereka, ia mulai berhitung.'
' "Satu.. Dua.. Tiga.." dibukanya kelopak mata, tapi seseorang itu tak datang memenuhi janjinya. Sebulir air mata terjatuh seraya ia mengingat kenangan-kenangan itu.'
'Pertama kali mereka dipertemukan saat SMP. Bintang adalah murid pindahan dari kota lain. Melihat sikap Bulan yang dingin, Bintang tertarik ingin mengenalnya. Perkenalan mereka memang bukan hal mudah, karna Bulan anak yang tertutup. Kalau saja bukan karna hukuman jemur, mungkin Bintang takkan mengenal Bulan hingga saat ini. Anggapan Bintang berubah saat ia mulai mengenal Bulan, justru Bulan bukan seseorang yang dingin seperti pikirnya. Bulan orang yang asyik, dia baik, pintar dan sempurna, pikirnya. Waktu ke waktu hubungan mereka semakin erat. Mereka bersahabat. Seluruh keluh kesah, cerita bahagia dan segalanya mereka saling berbagi. Bintang selalu ada untuk Bulan. Bulan juga selalu ada untuk Bintang.'
'Itu karna perjanjian yang mereka buat. "Ketika masalah datang, ketika musibah datang, ketika kita gelisah, ketika kita ketakutan, ketika kita bersedih, ketika kita butuh pundak, ketika kita saling membutuhkan satu sama lain. Pejamkan mata dan mulailah berhitung. Tepat saat hitungan ketiga saat kau membuka mata, aku akan ada dihadapanmu, membentengimu dari apapun yang mengusik hati dan pikiranmu, menjadi obat dari segala sakit yang kau derita. Menjadi orang pertama yang akan menolongmu.".'
'Ya, perjanjian itu tak pernah sekalipun teringkari. Hingga bertahun-tahun lamanya hubungan yang mereka pupuk tumbuh sejalan dengan perasaan mereka. Bintang yang lebih dulu menyadarinya, hingga akhirnya dia putuskan untuk memutuskan hubungan persahabatan mereka.'
' "Aku menyayangimu Bulan. Menyayangimu lebih dari sahabat.".'
'Bulan tertegun. Ia berusaha untuk kembali sadar. Pikirannya mulai dipenuhi pertanyaan akan siapakah Bintang dihatinya. Ia terus mencari jawaban itu, egonya sedang bertarung sengit dengan perasaannya. Air matanya mulai menetes satu persatu, ia tak kuat menatap Bintang.'
'Bintang yang melihat itu jadi semakin menyalahkan dirinya sendiri. Tidak seharusnya ia lakukan hal ini. Ia menyesal, hatinya mulai gusar gelisah. Ia sakit hati, ia patah hati. Saat itu satu-satunya hal yang ia ingat, satu-satunya hal yang masih mendampingi kesadarannya, ia memejamkan mata.'
' "Satu.. Dua.. Tiga..". Sentuhan hangat ia rasakan tiba-tiba. Bulan memeluknya. Tapi ia masih tak berani membuka matanya. "Aku menyayangimu lebih dari yang kau tahu. Aku mencintaimu Bintang." Bisik Bulan saat masih mendekap Bintang. Mulai saat itu juga hubungan mereka lebih dari sahabat.'
'Berbagi kisah, berbagi rahasia, berbagi segalanya tak dapat menyelimuti kebahagiaan mereka. Ada satu hal yang Bulan sembunyikan dari Bintang. Bulan tak pernah ingin Bintang tahu, Bulan tak ingin menggusar hati dan pikiran Bintang. Tetapi sesuatu yang berada dalam rahasianya datang menghunus tiba-tiba. Bulan pasrah, memang tak bisa ia hindari takdir yang telah Tuhan tulis. Bintang akhirnya mengetahui. Tapi lambat laun ia sadar kemarahannya hanya menjadi hal yang sia-sia, hanya akan menghabiskan waktunya bersama Bulan yang hanya tinggal sebentar. Bintang melihat Bulan terbaring lemah, gelisah hatinya, ia takut kehilangan Bulan. Ia benar-benar takut. Digenggamnya erat tangan Bulan yang lemah.'
' "Satu.. Dua.. Tiga.." air mata menetes bersamaan dengan hitungan Bintang. Bulan membuka kelopak matanya, menatap sayang Bintang. Melukiskan senyum diwajah pucatnya. Bintang senang, ia mulai menyuarakan rasa rindunya ke Bulan, perasaan akan takut kehilangan Bulan, dan segala hal dalam kesendiriannya tanpa Bulan. Mereka akhirnya melepas rindu masing-masing. Bintang bahagia saat itu, tapi tak pernah terpikirkan olehnya bahwa itu kebahagian terakhir yang ia rasakan bersama Bulan.'
'Kini Bintang berdiri disamping tempat peristirahatan terakhir Bulan. Menatap ukiran batu yang bertuliskan nama belahan jiwanya itu. Langit senja cerah tanpa goresan awan mendung berbalik 180 derajat dengan hati Bintang yang dihujami hujan kesedihan. Hitungan pertama tadi diacuhkan Bulan yang sudah terbaring kaku diselimuti tanah.
'"Apakah engkau tak mendengarkannya sayang? Baiklah, akan ku ulangi sekali lagi." Ucapnya.'
'Ia pejamkan matanya kembali yang membuat bulir air mata yang menggenang itu terjatuh ke pipinya lagi. Dengan penuh harapan seseorang yang ia inginkan datang untuk menolongnya terbebas dari jeratan kesedihan.'
' "Satu.. Dua.. Tiga.." Tidak, Bulan tak bisa menepati janjinya lagi. Bulan sudah bahagia diatas sana. "Tidak, kau tidak akan sejahat inikan kepadaku Bulan sayang? Aku masih merasakan cintamu, mungkin kau hadir dihadapanku saat ini. Aku bisa merasakanmu, tapi aku tak bisa melihatmu" ucapan terakhirnya sebelum ia meninggalkan Bulan yang terbaring sendirian tanpanya.'
'Akhirnya perjanjian itu teringkari untuk pertama kalinya.'
'Selesai.'
'Cerita bahagia yang menyedihkan. Keren Faye!' saut Theo. Yang lain mengangguk.
'Kenapa harus sad ending sih Fay? Kan aku masih menikmati banget itu kisah' protes Shota.
'Dih, gimana sih kamu Ta, kan perjanjiaannya kisah patah hati. Dasar pikun' jawab Faye. Yang protes malah garuk-garuk kepala. Tapi ada benernya juga sih kata Shota. Aku menikmati sekali kisah itu, sampai akhir cerita yang sedih itu aku terenyuh nelangsa, aku kagum sama jalannya cerita. Faye memang hebat, ceritanya ngena, tapi hampir.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kita yang Patah Hati: 5 Kisah Patah Hati Terhebat
Non-FictionLima kisah patah hati. Karangan dan kisah nyata. Kisah mereka dan kisah orang lain. Perasaan mereka dan perasaan orang lain. Hati mereka dan hati orang lain. Sakit mereka dan sakit orang lain. Cinta mereka dan cinta orang lain. Mohon apresiasinya me...