10. Friendly

48 5 2
                                    

Devan
Ra, udah tidur?

Mau pulang jam berapa?

Clara berjalan keluar kamar setelah melirik jam yang menunjukan pukul tujuh pagi.

"Udah bangun dari tadi?" Tanya Clara.

Devan yang tadinya merebahkan diri langsung duduk begitu melihat Clara muncul.

"Enggak kok. Baru aja."

Clara mengangguk, ia meneguk segelas air putih dingin.

"Kita pulangnya nanti ya, abis sarapan."

"Oke."

Clara mengambil sapu dan mulai membereskan ruangan yang terlihat seperti kapal pecah.

Setelah selesai menyapu, ia beralih ke wastafel lalu mencuci semua piring dan gelas kotor.

Devan yang masih duduk manis di sofa dengan handphone di tangannya. Sesekali melirik Clara.

Tak lama, Nadesha datang dengan wajah bantalnya. "Pagi semua."

Clara menoleh, "Pagi."

Setelah selesai dengan wastafel, Clara menghampiri Nadesha yang tengah duduk di kursi meja makan. "Mau makan apa buat sarapan? Pesen makanan online aja?"

"Boleh, kamu pesen aja terus suruh taro makanannya di resepsionis." Nadesha terlihat masih mengantuk. Ia berjalan sempoyongan lalu menjatuhkan diri ke kasur, memeluk Andrew yang masih tertidur nyenyak.

Clara dan Devan refleks membuang muka. Enggan melihat dua sejoli yang tengah dimabuk asmara.

"Ra, beli lauknya aja. Nasinya kita bisa masak. Ada beras di meja dapur." Ucap Nadesha kemudian.

"Oke."

Clara mengambil rice cooker lalu menuangkan empat gelas beras. Saat tengah mencuci beras, Clara sedikit kesulitan karena rambutnya terus turun. Ia lupa mengikatnya.

"Van-"

Clara menghentikan kalimatnya. Hampir saja ia meminta tolong Devan untuk mengikat rambutnya.

Tidak boleh. Clara tidak akan mengizinkan cowok yang bukan pacarnya melakukan hal romantis layaknya orang berpacaran.

"Apa?" Devan berjalan menghampirinya.

"Enggak. Gak jadi."

Devan berdiri di samping Clara. Hal itu membuat Clara merasa konyol karena berpikir kalau saat ini mereka terlihat seperti pasangan yang baru saja menikah.

Setelah selesai, Clara memesan fried chicken untuk enam orang.

Tiga puluh menit kemudian Clara, Devan, Nadesha sudah menyelesaikan sarapannya.

Nadesha sengaja tidak membangunkan yang lain karena mereka terlihat masih sangat mengantuk.

Clara dan Devan pulang setelah berpamitan dengan Nadesha di basement.

"Van, gua turun di halte aja ya." Clara merasa tidak enak jika Devan mengantarnya, karena jarak rumah Devan cukup jauh. Memakan waktu kurang lebih dua jam.

"Apa?"

Clara mencondongkan tubuhnya ke depan. Ia mengira Devan tidak dapat mendengar suaranya karena saat ini sedang berada di atas motor. "Gua turun di halte aja." Ucapnya lebih keras.

"Apa??"

Clara berdecak, "ish itu, di situ aja turunnya." Clara menunjuk wujud halte busway yang mulai terlihat jauh di depan.

"Apa sih? Gak denger."

Clara terdiam. Ia baru sadar kalau Devan hanya berpura pura tidak mendengarnya. Terbukti saat Devan tidak menurunkan laju motornya dan melewati halte yang Clara maksud.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 07 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

BETWEEN USTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang