"Makan malam?"
"Menu 3 hari yang lalu."
Thatch mengangguk paham, langsung mengerti apa yang diinginkan (Name) malam ini.
(Name) duduk sendirian di ujung kabin ruang makan, memegang cangkir teh nya dalam diam sambil memperhatikan keramaian yang ditimbulkan kru. Terkadang, (Name) menyunggikan senyum disaat beberapa orang memasukkan namanya dalam candaan mereka.
Manik wine itu melirik Portgas D. Ace secara samar dibalik cangkir, memperhatikan pemuda itu berusaha menerima interaksi dengan Kru Bajak Laut Shirohige.
"Bahkan disaat seperti ini dia masih bisa meninggikan ego.." Gumam (Name) pelan dengan alis berkerut.
Ace terlihat menepis beberapa tangan Kru Shirohige yang berusaha mengalungkan pengan pada bahunya, beberapa kali Ace mengepalkan bogeman namun ditahan oleh Kru Bajak Lautnya sendiri.
"Kenapa tidak memberikan borgol prisma laut padanya?" Tanya (Name) disaat lelaki dengan surai panjang dan kimono ingin menuju bar dapur.
Izo langsung menoleh ke arah (Name) sembari mengangkat alis, berusaha yakin bahwa memang Ia yang diajak berbicara oleh gadis itu.
"Iya. Kau, Izo." Geram (Name) disaat Izo hanya diam dengan tanda tanya.
"Oh, dia? Oyaji melarangnya, para Komandan Divisi juga tidak mau." Jawab Izo, menoleh ke arah Ace mengikuti manik (Name).
"Kenapa?"
"Apa tidak ada yang curiga jika dia akan menyerang seseorang.." Lanjut (Name) melihat ke arah Izo, membuat lelaki itu memasang senyuman tipis.
"Jangan berpikir macam-macam, (Name)." Tutur Izo sembari berjalan mendekati Thatch.
"Curiga lah sedikit.." Gumam (Name) dengan nada sebal, menghela nafas pasrah.
"Suasana hati mu memburuk, yoi?" Marco datang dengan cengiran khasnya, dibalas anggukan samar oleh (Name) bersamaan senyum ringan.
"Karena dirimu." Desis (Name) pelan langsung membuat Marco merinding. Bahkan disaat diam aura gadis itu menyeramkan..
Lelaki bersurai nanas itu terkekeh untuk menetralkan mimik wajahnya, melirik ke belakang dimana Ace duduk dengan murung diantara kru Bajak Laut Spade.
"Dia sudah bangun sekarang, tidak masalah, bukan?" Ujar Marco ringan, langsung duduk di samping (Name).
"Masalah." Kesal (Name) semakin memojokkan diri agar menjauh dari Marco.
Kekehan ringan keluar lagi dari bibir pemuda itu, mata sayu nya memandang lurus ke depan sembari meminum sake ditangannya.
Marco, lelaki itu ialah orang yang sudah (Name) anggap kakak lelakinya sendiri. Sifat dewasa Marco tentu membuat siapapun nyaman, namun tidak menepis kenyataan bahwa Marco terkadang bisa amat menyebalkan.
"Dia membakar bantal ku."
"Kasihan."
"Sialan."
Perempatan muncul di dahi (Name), namun wajahnya tetap berusaha netral sembari melirik Marco dari ujung matanya.
"Namun dia perlu pemulihan–" Ucapan Marco terpotong oleh teriakan tertahan pemuda itu sendiri, tulang keringnya di tendang oleh (Name) dibawah meja dengan kasar. Mata Marco mendelik karena rasa sakit, menatap (Name) yang memandangnya sinis.
Suara Marco jelas tidak terdengar oleh siapapun, suasana ruang makan sangat ramai diisi oleh seruan-seruan para Kru. Namun, ada Thatch dan Izo yang shock karena melihat tindakan (Name).
KAMU SEDANG MEMBACA
Serendipity Series | Appealing [Portgas D. Ace x Readers]
AdventureKamu bertemu dengannya, sungguh beruntung dirimu bertemu dengan pemuda itu. Tanpa dicari, dirinya datang mengubah hidupmu menjadi lebih baik. Dia, Portgas D. Ace. 🔥💥❤️🔥 "Jadi, bagaimana, Tuan Ace?" G...