D U A

3 0 0
                                    


~ Happy Reading ~

.

.


Saat ini sudah memasuki jam istirahat. Pada dasarnya jiwa Teressa yang ada di tubuh Ghea adalah seorang pembunuh bayaran yang manipulatif. Meski Nada merasa sedikit aneh dengan tingkah Ghea sebelumnya namun berkat Teressa yang pandai memahami situasi, ia bisa dengan cepat beradaptasi.

Apalagi dengan insting tubuh Ghea, Teressa semakin mudah memanipulasi sahabatnya.

"Kantin yuk, laper nih" Soffie sudah grasak grusuk merecoki Nada.

"Iya deh, Clowey juga laper. Ghea, ayoo" dengan begitu Clowey langsung mengapit tangan Ghea saat gadis itu berdiri. Mereka berempat pun menuju kantin.

Kantin memang tempat favorit siswa siswi SMA Taruna. Terbukti saat ini tempat itu terlihat sangat padat akan manusia yang mengeluh lapar.

Empat gadis bersahabat itu –sebut saja The Angles– mengedarkan pandangan dengan maksud mencari tempat kosong.

"Itu yang dipojok kosong, kita kesana aja yuk" Baru ingin melangkah Ghea langsung ditarik kuat oleh Clowey.

"Gue tau lo segitu gilanya sama Arion, tapi jangan lo nekat kesana lagi, Ghe. Nggak lagi-lagi gue biarin lo dimaki sama orang itu di depan banyak orang." Soffie tampak marah.

Ghea menoleh pada Nada saat gadis itu menyentuh pundaknya. "Kita cari meja lain aja. Gue mohon kali ini jangan cari masalah"

Melihat itu, Ghea mengingat. Benar. Ghea asli memang segila itu pada Arion. Tidak peduli dia dihina dicaci maki, asal bisa mendengar suara Arion menyapanya. Ghea yang asli bukan lagi mencintai Arion sebenarnya. Dia terobsesi. Dan karena obsesinya itu, Ia bahkan berniat melukai Eileen. Benar-benar gila.

Ghea menatap sahabatnya kemudian tersenyum, "Haha okedeh. Gue gak akan cari masalah lagi, gak akan deketin Arion lagi. Karena gue sadar dia gak bakal pernah ngelirik gue." Ucapan itu membuat ketiga sahabatnya melongo. Ghea kembali terkekeh tapi langsung berjalan meninggalkan mereka.

"Yuk ah, itu masih ada meja kosong disana. Buruan keburu diambil orang" seolah baru saja mendapatkan kesadaran Soffie mengerjap.

"Anak itu gak lagi sakit kan?" Soffie bertanya entah kepada siapa.

Clowey mengangguk membenarkan "Clowey gak tau, tapi kayaknya Ghea emang aneh hari ini. Dia udah gak pernah bahas Arion dari tadi."

"Semoga temen kalian itu beneran udah tobat" Nada berucap serius.

Clowey mendelik Nada yang menyusul Ghea. "Dia temen Nada juga, heh."

"Clowey kok ditinggal, ih. Soffie tungguinn" gadis itu merungut saat semua temannya justru meninggalkannya.

---

"Clowey kemarin habis jalan sama Panji, loh" gadis itu terlihat bersemangat saat memulai percakapan dengan Ghea dan Nada. Soffie sedang memesan makanan untuk mereka.

"Panji? Anak SMA Bhakti itu?" Nada bertanya penasaran.

Ghea juga ikut menambahkan pembicaraan, "Kok bisa jalan sama Panji? Janjian?" pertanyaan itu dibalas gelengan Clowey.

"Gak Ghe. Kita gak sengaja ketemu di supermarket. Dia ajak makan sama jalan-jalan bentar, abis itu dianter pulang hehe" Nada dan Ghea hanya mengangguk paham.

Clowey masih asik bercerita tentang Panji itu sampai suara pecahan kaca disusul suara bariton yang terdengar keras memenuhi ruangan.

"SIALAN! LO APAIN EILEEN?!"

Ghea langsung memandang pada asal suara.

Eileen? Apa itu artinya cowok itu adalah Arion?

"Maaf gue gak sengaja. Liat sendiri kan kantin lagi rame banget" Soffie memandang dengan sorot takut yang kentara.

Nada bangkit. Ia segera menghampiri Soffie. "Lo gapapa Soff?" pertanyaan itu dibalas gelengan oleh Soffie. Clowey ikut mendekat.

Eileen sudah berdiri dengan bantuan Arion. Arion lalu menatap tajam Soffie layaknya tersangka kejahatan.

"Makanya kalo jalan pake mata dong! Minta maaf sama Eileen sekarang" Ucapan Arion terdengar dalam dan sangar.

"Bukannya jalan itu pake kaki ya?"

Suara kecil dan lembut itu membuat semua orang disana melihat kearahnya. Ghea berjalan pelan ke arah Soffie. "Lo juga bukannya tuli. Gue yang duduknya jauh aja bisa denger Soffie udah minta maaf" lanjutnya santai.

Arion menggeram. Gadis kecil ini, berani melawannya? Bukannya Ghea selalu caper padanya bahkan lebih menyayanginya daripada sahabat sendiri?

"Lo gak usah ikut campur. Temen lo jelas salah udah nabrak Eileen sampai jatuh"

"Soffie gak sengaja. Lo emang beneran budek apa gimana? Lagian yang dirugikan disini itu kita. Liat makanan kami tumpah, tuh!" semua orang mengikuti arah telunjuk Ghea.

Makanan yang berserakan itu dapat dilihat semua orang.

"Ar, udah. Aku gapapa" suara lemah itu dari Eileen.

Biar Ghea menilai. Arion, cowok itu tampak gagah dengan rahang tegasnya. Hidungnya mancung, bibir tipis yang pink alami, dan alis tebalnya serta postur tubuh yang tinggi tegap itu membuat Ghea benar-benar salfok.

Arion memang tipe idaman Teressa, jiwa yang ada di tubuh Ghea. Namun melihat perangainya yang cukup kasar pada Soffie membuatnya serasa ingin menjambak rambut indah milik lelaki itu.

Untuk Eileen. Gadis itu sangat cantik. Layaknya perwujudan dewi Aphrodite. Suaranya yang lembut serta tubuhnya yang kecil dan terlihat lemah seolah akan langsung remuk bahkan jika hanya disenggol sedikit saja. Persis seperti penggambaran tokoh dalam novel aslinya.

"Udahlah, Ar. Eileen juga kan gak kenapa napa." Charly Storer, salah satu sahabat Arion ikut menimpali.

"Benul, eh betul tuh. Btw neng Ghea kok jadi berani sama si bos? Udah gak cinta lagi ya?" cowok di samping Charly itu diyakini Ghea bernama Glen Sajana terkekeh melihat tatapan tajam sahabatnya.

Ghea terhibur dengan pemandangan itu. Jujur di novel aslinya, Glen adalah karakter favorit Ghea. Dia lucu dan senang mencairkan suasana. Dia juga tampan.

Mendengar pertanyaan Glen, Ghea justru terekeh lalu mengangguk. "Capek bang. Berjuang tapi gak dihargai" The Angles melongo mendengar jawaban Ghea.

"Gue memilih berhenti ngejar Arion Darka Leonathan."

.

.

.

Tbc. 

Jangan lupa vote dan comment, maaciw

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 18, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

MISSIONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang