The Moonlight

11 1 0
                                    

Hari itu, rembulan menyinari seluruh kota dengan cahayanya yang indah, disertai dengan angin yang berhembus membuat para tanaman seolah bergerak, pada hari itu juga aku bertemu dengan seorang wanita yang langsung menarik perhatian ku.

Tubuhnya yang ramping dan tidak terlalu tinggi, dengan rambut panjangnya yang berwarna hitam disinari oleh cahaya sebuah lampu taman. Dirinya berdiri sendirian bagai seorang pemain teater yang memandangi lampu sorot, seakan menunggu sesuatu, menunggu seseorang untuk menemuinya.

Saat aku memandanginya, secara tidak sengaja mata kami saling bertemu yang membuat kita saling memalingkan wajah, setelah beberapa saat aku pun menghampirinya untuk memecah suasana.

"Namaku Arlan, seorang fotografer" ucapku sembari tersenyum kearahnya.

Perempuan itu pun membalas senyumanku dan memperkenalkan dirinya, "Vanessa".

"Apa yang kau lakukan malam malam begini? Menunggu seseorang?" Tanyaku sembari melihat sekeliling yang hanya terdapat tanaman dan beberapa pohon yang disinari oleh lampu lampu jalan.

"Tidak, aku hanya memandangi langit dan berharap akan ada bintang yang bersinar di hadapanku" ujarnya yang sedang memandangi langit dan mengulurkan tangannya seolah berusaha untuk menggapai sesuatu.

Melihat pemandangan yang indah tersebut, aku secara refleks mengambil kameraku dan memotret momen itu secara tanpa sadar.

Vanessa pun menyadari hal itu dan melihat ke arah kameraku, "apa barusan kau memotret ku?".

"Ah maaf, tadi terlihat bagus dalam foto jadi secara tanpa sadar..." Ujarku meminta maaf.

Vanessa pun tersenyum dan berjalan membelakangi ku, "besok aku akan kesini lagi, berikan aku juga fotonya ya".

Aku pun memandangi dirinya yang perlahan menghilang kedalam bayangan sembari tersenyum dan sesaat setelah itu, aku pun meninggalkan tempat tersebut.

-•-

Pagi pun telah tiba, rembulan pun kini telah digantikan oleh sang mentari, langit yang sebelumnya gelap kini menjadi biru yang cerah disertai awan yang tampak menyerupai kapas.
Aku pun keluar dari rumahku dan berjalan mencari tempat yang pas atau terjadi sesuatu untuk ku potret.

"Apa kau mendapat tangkapan yang bagus?" Tanya temanku yang sedang berjalan bersamaku.

"Entahlah"

"Apa maksudmu 'entahlah'? Kau pasti mendapatkannya kan? Ayolah setiap kali kau mengatakan hal itu kau selalu mendapatkan foto yang tidak pernah kita bayangkan" ujarnya sembari berjalan mendahului ku.

"Tenanglah Al, dibanding kau memikirkan hal itu, bukankah kau harusnya mementingkan kompetisi fotografi? Batas pengumpulannya 2 hari lagi kan?" Ucapku memandangi Aldi yang sedari tadi menggerutu.

"Kurasa aku sedang sial, dari kemarin aku tidak mendapatkan sesuatu yang bagus"

"Temanya bebas kan? Ayolah, kuatkan perasaan mu dan kau akan mendapatkan sesuatu yang bagus" ucapku sembari memotret sebuah gedung pencakar langit di hadapanku.

"Andai praktek semudah bicara" ujarnya sembari memfokuskan lensa kameranya ke sesuatu.

"Hei Lan, kurasa aku menemukan perempuan yang cukup cantik"

Aku pun melihat ke arah yang ditunjuk oleh Aldi dengan kameranya dan melihat Vanessa disana, "ah, bukankah itu perempuan yang semalam".

Anthem Of SorrowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang