01. Bunuh Diri

477 60 8
                                    

“Aaaah, udah lama sekali kita enggak ke beijing. Woah, lihat perempuan-perempuan cantik itu, kenapa mereka bisa begitu fashionable?”

Seungcheol memutar bola matanya malas mendengar ocehan Jeonghan. Berjalan mendahului menuju salah satu taksi yang terparkir. Kalau Jeonghan tidak segera menyusul, ia akan membiarkan laki-laki itu sendirian di bandara. Terlebih sekretaris sekaligus sahabatnya ini langsung mengomel begitu duduk di sampingnya.

“Kamu udah buat janji sama penulisnya, ‘kan?” tanya Seungcheol menghentikan gerutuan Jeonghan.

“Udaaah, Tuan Muda Choi Seungcheol!” sahut Jeonghan kesal, bibirnya mengerucut. “Ngapain kita ke sini sekarang kalau janji temunya belum dibuat.”

“Pas sama penulis Indonesia dulu? Kita udah sampai Jakarta, tapi ternyata penulisnya lagi kuliah di Amerika. Itu ulah siapa, ya?” Seungcheol menyeringai melihat Jeonghan terkesiap dan semakin memajukan bibirnya.

“Kalau bukan bos, aku tonjok,” gerutu Jeonghan, mendengkus kesal dan memalingkan wajah. Bergerak menjauh hingga tubuhnya menempel pada dinding mobil.

Seungcheol tertawa dan menggeleng. Ia menoleh ke luar jendela, memandang pemandangan yang tersaji. Saat ini mereka sedang melewati jembatan, tepat di atas laut. Cahaya bulan yang memantul di atas air menciptakan pemandangan yang indah. Lampu-lampu bangunan dan kendaraan yang beragam juga membuatnya semakin cantik.

Jarang sekali Seungcheol bisa menikmati pemandangan seperti ini. Sebagai CEO dari perusahaan hiburan yang hampir selalu membuat film bergenre modern/sains fiksi, ia hampir melupakan bagaimana rupa alam yang sebenarnya.

“Yang kali ini enggak terlalu banyak unsur sains fiksi/teknologinya kan, Jeonghan?” Pertanyaan Seungcheol langsung dijawab dengan decihan.

“Yang udah baca novelnya sampai tamat siapa, ya? Wonwoo kayaknya masih maraton deh,” sahut Jeonghan sinis.

“Masih marah aja kayak anak kecil, nanti selesai urusan di sini kita langsung pulang aja kalau gitu,” pancing Seungcheol.

“Aku tonjok beneran ya!” Jeonghan menarik kerah baju Seungcheol dan menunjukkan kepalan tangannya.

“Aku potong gaji kamu.”

Fuck!” Jeonghan melepas kerah baju Seungcheol dan kembali memojokkan diri. Tidak ketinggalan ia mengacungkan jari tengah dan membuat tawa Seungcheol pecah.

Seiring pudarnya tawa Seungcheol, laki-laki itu kembali memandang ke luar. Matanya menyipit ketika melihat seseorang berdiri di tepi jembatan---memunggungi jalan. Saat orang itu memanjat pembatas jembatan, ia terkesiap dan matanya melebar. “Berhenti.”

“Huh?”

“Berhenti!” seru Seungcheol mengejutkan Jeonghan dan supir taksi. Ia langsung melompat turun.

Ada lumayan orang di luar dan panik. Ibu-ibu di dekat Seungcheol sibuk menghubungi pihak keamanan. Tidak ada yang berani mendekat.

Tanpa memikirkan alasan dan resiko, Seungcheol bergegas bergerak ketika sadar orang itu akan melompat. Menariknya hingga mereka berdua jatuh dan berguling di trotoar. “Bodoh.”

“Seungcheol!!!” Jeonghan berlari menghampiri dan membantu laki-laki itu bangun. “Kamu enggak apa-apa?”

“Dia pingsan? Orang itu pingsan!”

“Darah! Ada darah di badannya!”

Seungcheol melihat orang yang baru ia selamatkan. Benar saja, orang itu tidak bergerak dan ada darah di hoodie yang dikenakan. Bahkan darahnya juga menempel di bajunya. Ia mendekati orang itu---seorang laki-laki---mengecek kondisi yang membuatnya pingsan.

SKANDAL || Seungcheol x Yang YangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang