3. Female Antagonis

673 31 4
                                    

HAI KESAYANGAN AUTHOR, APA KABAR?

SEBELUM BACA LEBIH BAIK KALIAN FOLLOW DULU AKUN AUTHOR.

JANGAN LUPA VOTE DAN COMMENT DI SETIAP PARAGRAF 💬

_HAPPY READING_

🍀🍀🍀

Sesuatu yang di minta Tara kemarin kepada papahnya membuat dia kini dan sepasang suami-istri yang dia sebut bajingan telah duduk berhadapan di kursi sebuah lestoran dekat sekolah Tara.

Tara duduk sendiri dan sepasang suami-istri itu duduk di depannya yang di halangi sebuah meja panjang yang di atasnya kini sudah berisi lumayan banyak makanan dan minuman.

Mereka saling diam dan tidak ada yang mau memulai obrolan. Askara yang sudah jengah dengan kesunyian mereka akhirnya memulai obrolan.

"Apa tujuan kamu meminta pak Fahmi menyuruh kami datang menemui kamu?".

"Apakah kamu sudah menyetujui dan menerima lamaran saya?" Sambung Askara menatap Tara.

Tara yang awalnya ingin meminum minumannya pun menghentikan gerakannya. Kini tatapan Tara berganti menatap Askara.

"Nggak usah kepedean, sampe kapan pun gue engga bakalan mau nikah sama lo!" Tara menatap Askara dengan tajam.

Askara yang di tatapan tajam oleh Tara hanya bisa tersenyum kecil. "Terus?".

Ingin sekali rasanya Tara menyiram wajah tampan Askara menggunakan sop yang masih panas di depannya ini.

"Oke gue to the point aja. Gue bakalan balas hutang budi papah gue dengan menggunakan uang, berapa pun lo minta bakalan gue kasih asalkan tidak untuk menikah".

Saat Ishana ingin menjawab perkataan Tara tiba-tiba saja tangan Askara memegang paha Ishana mengisyaratkan untuk diam agar dia saya yang menjawab perkataan Tara.

"Kami tidak butuh uang" Balas Askara dengan ekspresi datar.

"Ya bodo amat, pokoknya gue mau bayar hutang budi papah gue pake uang. Tapi kalo lo emang engga mau ya udah toh papah mba Ishana juga pernah bilang kalau dia ikhlas ngebantu papah gue jadi engga perlu ada bayar hutang budi".

Askara tersenyum kecil dan pasti orang-orang tidak akan pernah sadar bahwa tadi Askara tersenyum.

Ternyata gadis ini cukup pintar, sangat cocok untuk menjadi ibu bagi anak-anak saya nanti. Batin Askara.

"Tidak bisa begitu! Papah kamu sudah menyetujui lamaran dari kami" Akhirnya Ishana mulai menimbrung setelah tadi di tahan oleh Askara.

Tara menatap Ishana. "Itu kan papah gue yang nyetujui bukan gue. Engga usah maksa deh!".

Ishana menarik tangan Tara lalu dia tautkan dengan tangannya. "Mba mohon Tara, kamu orang baik tolong bantu mba. Jika memang bukan karena mba tolong bantu kami atas nama nenek saya".

Tara menatap tidak suka Ishana. "Apa hubungannya dengan nenek mba?!".

Ishana menatap Tara, kini matanya sudah berkaca-kaca menahan tangis. "Saya akan menceritakan dari awal kenapa kami memutuskan untuk menikahkan mas Askara dengan kamu".

"Kami sudah berpacaran sedari kami masih duduk di bangku SMA kelas 1. Selama hampir 6 tahun kami berpacaran akhirnya kami memutuskan untuk menikah di saat kami berumur 23 tahun.

Sudah hampir 1 setengah tahun kami menikah namun mba dan mas Askara belum juga di karuniai anak, akhirnya mba memutuskan untuk memeriksakan kesehatan mba dan mas Askara ke dokter kandung lalu hasilnya ternyata mas Askara tidak kenapa-kenapa, malahan mba yang sakit. Mba di vonis tidak bisa hamil karena ternyata mba menderita penyakit Endometriosis.

FEMALE ANTAGONISTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang