Noda

138 73 9
                                    

Ferry menunggu istrinya, Sara pulang dari mini market dekat rumah, sudah satu jam lebih berlalu.

Dia duduk di ruang tamu dengan wajah yang tegang. Kekesalan tampak di wajahnya, seperti seseorang yang menahan amarah.

Sesekali dia menelepon Sara tapi Sara tidak menjawab panggilannya.

"Belanja sampe ke Hongkong !" gerutunya.

Dia menitipkan sara nasi goreng dekat mini market tapi yang ditunggu tidak juga datang.

"Kalau orang sakit nunggu obat udah mati duluan kali,""gerutunya lagi, kali ini dia menautkan kedua telapak tangannya kencang.

"Kamu itu kemana, Sara..? Di telepon ga diangkat ?!" Wajah yang marah itu semakin memerah.

"Dari lapar sampai kenyang nunggu nasi goreng!" Napasnya naik turun menahan amarah.

Tak lama pintu depan perlahan dibuka, Sara muncul dengan tas belanjaan.

Ferry menatap Sara yang masuk dengan emosi yang siap meledak.

Sara yang tahu itu berusaha bersiap tenang.

"Maaf Mas, aku telat pulang. Tadi itu..antri Mas ..di mini market juga antri..pas nunggu ada yang numpahin kopi lagi di bajuku.." sara buru- buru menjelaskan ke suaminya sebelum kena cipratan amukan Ferry. Dia menunjuk bekas tumpahan kopi di kemeja putihnya.

Kemudian dia buru - buru masuk ke dapur.
Dia mengeluarkan semua belanjaannya di meja dapur . Sebungkus nasi goreng di keluarkan, taroh di piring dan di taroh di atas meja.

Perasaannya was- was. Jantungnya berdebar.Dia takut kena amukan suaminya.

"Kamu kira aku akan percaya??!" Tanya Ferry dengan suara yang tegas ,tahu- tahu sudah ada di belakangnya.

Sara menggigit bibirnya, dia menarik napas panjang. Semampunya dia menenangkan diri supaya tidak kelihatan gugup di hadapan suaminya.

"Benaran Mas ,tadi antri..lumayan.lama, aku juga pegal nunggunya ." Suaranya dibuat selembut mungkin supaya Ferry tidak marah padanya.

"Maaf ya ...Mas...kalo tadi telepon aku. Aku tidak dengar karena rame..." Dia menjelaskan duluan, dia tahu suaminya telepon.

Hanya saja bukan karena ramainya orang di mini market itu yang membuat dia tidak dengar dering telepon tapi karena dia yang membisukan nada dering.

Aku tahu kamu telepon, Mas. Aku tidak bisa angkat karena aku terlalu sibuk dengan Mas Erwin,, batinnya tersenyum sinis.

Ferry menarik kursi meja dapur , duduk di depan Sara yang sibuk mengeluarkan barang - barang belanjaannya.

Barang yang dibeli tidak seberapa banyak, hanya saja Sara berusaha sibuk untuk menghindari kontak mata dengan Ferry.

"Mas...aku Tah mandi dulu yah...badanku keringatan.." pamit Sara.

"Mandinya nanti, duduk di sini temani aku makan !"tegas Ferry, dari nada suaranya masih kedengaran jengkel.

Sara yang hendak berlalu menghindari Ferry terpaksa duduk di hadapan Suaminya.

Dia berusaha tenang tapi kelihatan dia gugup terlihat dari tangannya yang tak diam, memegang kerah bajunya lalu mengelus lehernya berkali-kali.

"Kamu kenapa ? Tak tenang gitu?" Ferry menatap istrinya lekat.

"Ah..gak apa- apa cuman gerah aja...keringatan..." Sara agak takut dengan tatapan Ferry yang penuh selidik.

Ferry menyuapkan nasi goreng ke mulutnya sambil menatap Sara. Yang ditatap merasa canggung.

Di Ujung Senja Bersamamu  (TAMAT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang