2.Sekelas Lagi

52 4 1
                                    

Entah apa yang terjadi pada kertas itu.

Apa Bintang tau dan mengikuti kegiatanku hari ini?

Apa Bintang sebenarnya menulis surat itu pada dua kertas?

Entahlah, ini amat rumit untuk aku pikirkan. Lebih baik aku istirahat. Mengisi tenaga karena esok aku harus sekolah. Sebenarnya mudah saja bagiku bertanya pada Bintang. Tetapi aku tak mau. Aku malas melihatnya lagi.

Hari ini hari Senin, hari pertama aku duduk di kelas baruku. Sekarang aku sudah kelas dua SMA.

Ya, apakah Bintang sekelas denganku lagi?

Kuharap tidak. Aku cukup patah hati. Karena tiga hari yang lalu ia tidak menyapaku. Disaat aku menyapanya, ia hanya diam. Seolah ia tidak mau lagi bersahabat denganku.

Aku memasuki kelas. Berkenalan dengan salah satu murid. Dia murid yang amat periang.

"Hai, kenalin gue Ellena, panggil aja Ell", ucapnya sambil tersenyum.

"Ya, salam kenal ya", balasku singkat. Aku memang sedikit malas untuk bicara banyak hari ini.

"Siapa nama lo?", tanyanya lagi.

"Rembulan", balasku.

"Nama yang indah ya, duduk di samping gue aja", ucap Ell.

"Iya", ucapku sembari meletakkan tas.

Pelajaran sebentar lagi dimulai. Aku tak melihat tanda-tanda kehadiran Bintang. Tetapi tiba-tiba, Bintang memasuki kelasku. Ternyata dia sekelas lagi denganku di tahun ajaran baru ini. Sedikit kecewa, kenapa kita harus sekelas lagi. Dan yang lebih mengecewakan, dia duduk tepat di belakang mejaku. Ellena anak yang amat periang. Ia mengajak Bintang berkenalan. Aku malas menoleh ke belakang lagi.

Buat apa aku menoleh ke belakang?

Bukankah Bintang kini bukan temanku lagi?

Dia sudah benar-benar berbeda. Dia sudah cuek seakan tak mengenalku.

"Hai, gue Ellena siapa nama lo?", tanya Ell pada Bintang.

"Bintang", jawabnya.

"Semoga kita bisa jadi teman baik, lo terlihat anak yang pandai ya", ucap Ell.

"Terlihat begitu?", ucap Bintang.

Disaat Ell hendak lanjut berbicara, aku memberitahunya bahwa Bu Guru sudah masuk ke kelas kami. Ellena langsung menghadap ke depan.

Bel berdering, waktunya istirahat. Di saat aku ingin ke luar kelas, aku melihat Ellena berbincang hangat dengan Bintang. Ellena memang anak periang, dia mudah dekat dengan siapa saja. Tetapi, pantaskah aku cemburu melihatnya?

Aku tidak peduli lagi. Aku memutuskan tak melihatnya lagi dan pergi ke luar kelas.

Aku menuju kantin, tetapi aku benar-benar tidak nafsu makan. Ellena mengejutkanku, ia tiba-tiba tepat di belakangku.

Apa aku berjalan sangat lambat sampai ia bisa mengejarku?

Akhirnya mataku tertuju pada nasi goreng. Aku membelinya dan makan bersama Ellena. Awalnya biasa saja tak ada yang aneh, sampai tiba-tiba Ellena melihat Bintang sedang memesan nasi goreng. Ellena mengajaknya bergabung di meja kami. Bintang pun duduk tepat di depanku. Aku merasa tak nyaman akan kehadirannya. Melihatnya adalah hal yang aku hindari. Aku menyudahi makanku. Aku meninggalkan meja. Lalu membayar makanan yang aku pesan.

Aku berniat pergi ke taman sekolah. Aku memikirkan Ellena dan Bintang yang semakin lama semakin dekat, dan aku berada di antara mereka. Sungguh tak nyaman, apa lagi ketika melihat wajahnya yang mengingatkanku pada tingkah laku dinginnya padaku beberapa hari yang lalu.

Bel berdering, semua anak-anak memasuki kelas.

Pelajaran dimulai.

Guru memberi tugas kelompok, Ellena mengajakku sekelompok dengannya. Kepalaku mengangguk saja saat dia mengajakku sekelompok dengannya. Dan setelah itu ia mengajak Bintang dan juga mengajak Arkana, teman sebangku Bintang. Ibu Guru meminta satu kelompok hanya empat orang, dan pekerjaan ini dilakukan bukan di sekolah.

Bel berbunyi, menandakan berakhirnya pelajaran hari ini. Aku menuruni anak tangga. Aku berjalan menuju gerbang. Hari ini hari yang cukup melelahkan.

About U and Our memories (tentang kamu dan kenangan kita)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang