Part 25

7.8K 378 0
                                    

Jangan lupa vote dan komen nya ya guys, sebagai bentuk dukungan author... makasii 💚

"Gak mau hiks daddy jangan pergi hiks"

Suara tangisan si kecil terus memenuhi ruang kerja Adelard setelah pria itu memberi tau akan pergi besok ke luar negeri karena ada urusan yang harus ia urus. tentang dunia bawah nya. butuh waktu sekitar 1 minggu untuk dirinya kembali ke sini lagi, sampai masalahnya benar-benar tuntas.

Untuk kondisi Galvin, anak itu sudah sehat sejak dua hari yang lalu. anak itu sedang memeluk tubuh Adelard dengan erat, berurai air mata yang begitu deras membasahi kedua pipinya.

Keempat abang nya yang lain hanya bisa menatap si kecil yang enggan melepaskan pelukannya.

Adelard mengelus surai rambut Galvin dengan lembut, menyamakan tinggi nya dengan anak itu. tangan kekarnya bergerak untuk menghapus air mata si kecil.

Sebenarnya Adelard juga tidak tega meninggalkan anak itu, apalagi tidak bersama Galvin selama seminggu. ia pasti akan sangat merindukan semua tingkah bayi kecil nya.

Tapi mau bagaimana lagi? untuk kasus ini, dia sendiri lah yang harus turun tangan atau tidak masalah ini akan jadi semakin besar dan takutnya berakibat fatal pada di kecil. ia tidak ingin Galvin yang akan menjadi korban nya, seperti hal nya yang dulu. Adelard cukup trauma tentang itu. dia tidak mau kehilangan putra bungsunya. ia sangat menyayangi nya.

"Boy, berhenti menangis. lihat, matamu sudah bengkak karena kebanyakan menangis. daddy janji tidak akan lama di sana. daddy akan mengurus semuanya dengan cepat, oke? sekarang berhenti menangis" ujar Adelard lembut.

Masih seseggukkan, anak itu menggeleng ribut, kembali memeluk daddy nya dengan erat seolah tidak ingin Adelard pergi jauh darinya.

"Nggak mau hiks pokonya Galvin gak mau daddy pergi dari sini hiks. daddy kenapa si harus ke sana? kenapa gak suruh bang Kyler aja? atau bang Liam? hiks" tanya anak itu.

Mendengar ucapan itu Kyler dan Liam yang sedang saling adu pandang, langsung memutuskan kontak mata. mereka enggan pergi ke sana. daripada ke sana, lebih baik mereka menemani Galvin saja di mansion ini.

Adelard menatap si sulung dan putra keduanya, dan mereka berdua dengan kompak menatap tajam sang daddy.

Dari tatapan mereka, Kyler dan Liam seolah memberikan tolakan keras agar mereka tidak di kirim ke sana. Kyler dan Liam menatap Adelard dengan tatapan peringatan keras.

Adelard tersenyum tipis melihat tatapan itu. "Maaf boy, tidak bisa. untuk kali ini daddy yang harus turun tangan"

Galvin mengelap ingusnya pada jas yang dikenakan Adelard. ia melepaskan pelukannya, menatap kesal sang ayah.

"Ya udah, kalo itu mau daddy. sana pergi" ucap anak itu, berjalan keluar dari ruangan itu menuju ke kamar nya dan mengunci pintu nya dari dalam.

"Ino, berhenti!" ucap Adelard dan keempat anaknya yang lain. mereka berlari kecil menghampiri kamar Galvin, lalu mengetuknya meminta anak itu untuk membuka pintu nya. sebenarnya mereka bisa saja membuka pintu itu dengan kunci cadangan atau mendobraknya, tapi mereka tidak ingin kalau Galvin akan semakin marah nantinya.

Adelard mengetuk pintu kamar Galvin. "Boy, buka pintunya. biarkan daddy masuk. boy, daddy mohon jangan marah. ini tidak akan lama, daddy janji" bujuk Adelard.

"Ino, ayo buka pintu nya. adek jangan keras kepala ya?" ucap Ken membantu membujuk sang adik. siapa tau saja Galvin akan mendengarkan nya. namun hasilnya nihil.

"Ino, buka pintunya" ucap Liam.

"Ino, kalau kau membuka pintunya abang Kai janji akan memberikan mu banyak es krim" bujuk Kai, yang langsung mendapatkan tatapan tajam dari Kyler.

Galvin Malvelino Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang