0.

5 1 0
                                    

Fate

Sebuah pertemuan yang ternyata telah ditakdirkan. Di antara banyak orang, aku bertemu lagi dengan mu. Pertemuan di antara darah dan juga air mata. Kau tak tersenyum tak juga menangis. Aku tak memahami apa emosi yang sedang kau rasakan. Dengan darah di antara sela-sela jari tangan mu. Apa yang sebenarnya kau inginkan.

....

Dari mana datangnya hukuman kejam ini?
Siapa yang memicu datangnya hukuman ini?

-- Fate
....

Awalnya aku berfikir ini adalah salahku. Tapi memang benar, ini semua salahku. Aku telah memulainya maka aku juga yang harus mengakhirinya. Bodohnya, aku begitu pengecut. Lari dan terus berlari, menghalau hawa dingin salju tebal disekeliling. Tentu saja aku tidak memakai jaket tebal ataupun sepatu boot. Jangan tanyakan juga syal hangat atau topi rajut. Tak ada waktu untuk memikirkannya. Yang harus kulakukan sekarang adalah berlari.

Di kepalaku terngiang-ngiang kalimat mereka.
"Dia gadis yang kau maksud? Bukankah kau tahu ini tidak mungkin!" Bisikan keras saudara laki-laki Hunter dibalik lemari piala.

"Bukankah kalian sudah berpisah?" Tanya suara yang lain. Sisanya yang ku dengar adalah dengusan nafas berat.

"Kalian tidak bisa bersama," itulah kesimpulannya. Dengan ini aku berjanji tak akan lagi menemui Hunter, sebuah nama yang ku buat untuknya. Di sore kala ia berburu kelinci hutan.

Hingga malam pesta rakyat. Pesta hangat di malam musim dingin seharusnya membuatku dapat tidur nyenyak dengan mimpi indah. Namun ia kembali. "Adelia." Mendengarnya memanggil namaku membuatku merinding. Hilang semua kebisingan disekitarku, tersisa tatapan matanya yang dingin tanpa emosi.

Dengan genggaman pisau berdarah di tangan kanannya.

Apakah orang-orang disekitarku tak ada yang mencium bau amis darah ketika ia lewat? Apakah tak ada yang bersitatap dengan mata tajamnya?

Hingga ia berdiri tepat di depanku dan berkata, "Aku akan menjagamu." Suaranya begitu jauh dan dalam, sisi yang baru pertama ini ku lihat. "Aku telah mengalahkan mereka" mataku turun pada darah yang menetes dari tangannya. Aku menggeleng "Siapa?" Lidahku tercekat, sulit sekali mengeluarkan suara.

"Semua saudara laki-laki ku."

.....
Aku telah kehilangan segalanya dan menjadi monster yang tak terkalahkan.
Ini adalah takdirku untuk mendedikasikan diriku untukmu.
-- Fate
....

-- Fate

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
FATE [Enhypen Song Fiction] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang