Pagi-pagi sekali, Ratih sudah turun ke dapur setelah shalat subuh. Membereskan serta mencuci piring bekas semalam.
Di temani oleh dua maid yang bekerja di dapur. Ratih bisa tau sedikit-sedikit tentang Leonard.
"Dulu, tuan jarang makan di mansion, bahkan malam hari tidak pernah pulang."
"Jadi-"
"Tuan hanya pulang untuk mengganti baju saja, nyonya. Tapi berkat anda, sekarang tuan tidak terlalu berkeliaran diluar," ucap Safira, masih ingat dia? Ya, yang waktu itu menemani Ratih di pondok.
Ratih hanya tersenyum, "hmm, Naila, Safira. Sarapan pagi ini kita masak apa?"
"Ah, bagaimana kalau ayam suwir pedas pakai Pete?"
"Pete?"
Mereka berdua mengangkat, "ya, tuan sangat menyukai makanan berbau itu."
Ratih tertawa, "berbau tapi enak," kekeh Ratih.
"Ouh ya, nyonya. Apa anda sudah menyiapkan kado untuk tuan?"
"Kado? Untuk apa?"
"Apa anda tidak tau? Besok hari ulang tahun tuan."
Ratih hanya menggeleng sebagai jawaban.
"Astaga, nyonya."
"Aku tidak tau."
"Tidak papa nyonya, masih ada hari ini untuk menyiapkan kadonya," ucap Safira menenangkan Ratih.
"Ya."
Ratih meletakkan pisaunya setelah memotong bawang.
"Nyonya.."
"Aku akan membangunkan tuan, kalian selesaikan saja."
Ratih pergi dari dapur meninggalkan Naila dan Safira. Dalam hati ada rasa sedih kala dirinya tidak tau jika besok hari ulang tahun suaminya. Membelikan kado? Bagaimana? Ratih tidak punya uang banyak untuk membelikan hadiah indah untuk Leonard.
Ratih mengambil tas selempang di kamarnya lalu pergi dari mansion. Membuka gerbang sendiri tanpa adanya bodyguard yang menjaga, mungkin masih pada tidur, pikirnya.
Ratih berjalan bertatih sendirian entah kemana. Bertemu kakaknya? Tidak bisa, Ratih tidak ingin bergantung padanya terus-terusan.
"Ratih?"
"Ya tuan?" Ratih mencoba melepaskan tangan Leonard yang memeluk pinggangnya. Entah kenapa, Leonard menyuruhnya untuk tidur seranjang,. padahal Ratih sudah meminta untuk tidur di sofa.
Sekarang, Leonard mengeratkan pelukannya saat Ratih sedikit memberontak.
"Tuan, apa ini bisa dilepas?" Ucap Ratih berusaha menyingkirkan tangan Leonard.
"Tidak bisa, aku butuh kehangatanmu."
Ratih berdecak, "jangan kurang ngajar!"
"Aku tidak kurang ngajar, aku hanya ingin memelukmu sana, untuk malam ini."
Ratih pasrah, gadis itu mencoba untuk menutup matanya namun tidak bisa karena posisi ini tidak nyaman baginya. Berbeda dengan Leonard, pria itu mendusel-duselkan wajahnya pada bahu Ratih. Karena Ratih membelakanginya Leonard, jadi dia tidak bisa menyingkirkan wajah Leonard dari bahunya.
"Apa tiket dari ka Mike masih ada?"
Ratih membuka matanya yang baru saja tertutup, "anda-"
"Aku tau," kata Leonard, "masih ada tidak? Bukankah kau yang memegangnya?"
"Untuk apa anda menanyakan itu?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Serayu | Berlanjut
SpiritualSegudang luka yang di alami seorang gadis berusia 18 tahun. Saat nenek dan kakek yang mengurus nya sejak lima tahun lalu ketika orang tuanya pergi untuk selamanya, membicarakan keinginannya untuk menjodohkan ia dengan cucu sang nenek, di sanalah pen...