"Starting from your smile, page after page is written."
_Your Girl Friend_♻️♻️♻️
"Ck, hujannya tambah besar." Mataku masih terfokus pada jendela kafe yang menampilkan tetesan air yang semakin deras tiap waktunya. Lihat saja, jalanan juga samakin dipenuhi genangan air. Aku mulai menyesal, harusnya aku pulang sejak tadi, sebelum hujan turun lebih besar. Bukannya malah menunggu berhentinya hujan yang belum tentu kapan waktunya.
"Gue bilang juga apa, balik pas hujannya belum deras." Baru saja aku menyesalinya, temanku yang duduk berhadapan denganku malah mempertegasnya. Aku tahu, hey!
"Gue 'kan bawa laptop. Kalau basah gimana?" Aku langsung beralasan padanya. Memang itu salah satu alasanku, sih.
"Hih, bego. Pesen GoCar, lah." Sepertinya dia lebih kesal daripada diriku. Tatapannya itu loh, seolah-olah aku adalah orang tergaptek di dunia.
Huh. Menyebalkan.
Ting!
Suara notifikasi mengalihkan fokusku dari jendela besar kafe. Ya tentu saja bukan berasal dari handphone milikku.
"Wah, Ayang gue mau jemput." Ucap temanku-yang-sudah-tidak-jomblo-setelah melihat notifikasi di handphonenya. "Lo mau ikut?"
"Ogah. Mending gue tunggu hujan reda sampai berjam-jam, daripada jadi nyamuk." Terakhir kali aku ikut bersama dia dan pacarnya, aku dibuat muak dengan keduanya yang menganggap dunia seolah milik merek berdua. Ini bukan iri ya!
Baru saja ia ingin membalas ucapanku, seseorang memanggil namanya terlebih dahulu.
Ah, pacarnya sudah datang. Ia melempar senyuman kepada kami berdua. "Langsung pulang?" Tanyanya saat sudah duduk di samping temanku. Temanku menjawab dengan menganggukkan kepalanya, tanda mengiyakan ajakannya.
"Lo mau ikut?" Tanya laki-laki itu padaku.
"Enggak. Makasih banyak ya, udah nawarin gue jadi nyamuk." Mereka berdua tertawa mendengar ucapanku yang bernada sindiran.
"Sebenarnya gue cuman pengen bikin lo sirik aja, sih."
Sialan. Aku mengumpat dalam hati. Dan lihat, mereka malah kembali tertawa melihat kekesalanku. Keusilan lelaki itu tidak pernah berubah sejak dulu.
"Serius gak mau ikut? Atau kalau gak, lo telepon-" Aku cepat-cepat menjawab dan meyakinkan bahwa aku baik-baik saja.
"Iya. Duluan aja. Entar gue chat dia, kok." Ucapku meyakinkannya. Serius deh, aku ini bukan anak kecil yang akan menangis jika ditinggal sendirian di kafe. Apalagi kafe ini adalah kafe yang sering aku dan temanku kunjungi bersama.
"Beneran, ya?"
"Iyaaa ..."
"Kalau ada apa-apa hubungin gue. Gue duluan."
"Iya sayangkuuu ..." Sebelum beranjak pergi bersama kekasihnya. Ia menyempatkan diri untuk melambaikan tangan serta melemparkan senyuman. Begitu juga dengan kekasihnya yang turut memberikan senyuman ramah kepadaku seperti biasanya.
Yah, aku bersyukur dia bisa bersama dengan laki-laki penuh keramahan sepertinya.
Sepertinya, hidup temanku itu penuh berkah karena dikelilingi laki-laki yang ramah.
Apakah aku iri? Tentu tidak.
Hey! Jangan pikirkan hal yang buruk tentangku! Aku ini tulus berteman dengannya. Tidak ada maksud apapun. Sungguh!
Kalau dipikir-pikir, hidupku juga dikelilingi banyak orang yang ramah. Contohnya temanku dan kekasihnya.
Saat aku masih sibuk dengan isi pikiranku sambil menatap keluar jendela kafe, seseorang menepuk bahuku. Aku mendongakkan kepala guna melihat siapa pelakunya.
Pertama kali menemukan sosoknya, sebuah senyuman di wajahnya menyambut pandanganku.
Aku membalas senyumnya.
"Ayo pulang." Masih dengan senyumannya, ia mengulurkan tangan kepadaku.
Bukannya menyambut uluran tangannya, aku mengamati malah wajahnya. Lebih tepatnya, senyumannya yang terlihat sama seperti biasanya. Senyuman yang mengingatkanku pada sosoknya di masa putih abu. Sosok yang ku tulis dalam hatiku sejak lama. Entah sudah sampai dihalaman ke berapa, tapi sepertinya, cerita tentang dirinya bisa dibuat sebuah buku.
Genre romantis? Komedi? Atau ... Tragedi?
Yang pasti dia adalah tokoh utama prianya dan aku, tokoh utama wanita.
♻️♻️♻️
✨C A S T✨
DIRATAMA ERLANGGA
KALYA FALISHA GANTARI
ARUNA DAHAYU
FARRAS ADIRAMA
Next Page>>>
KAMU SEDANG MEMBACA
YOur Story
Teen FictionDiratama dan senyumannya. Dua hal yang sangat Kalya suka sejak tiga tahun lalu. Segala hal yang Kalya suka ada pada Diratama. Sudah tahu seberapa usilnya Tama pun, Kalya tetap suka. Selain tentang sekolah, hidup Kalya adalah tentang Tama. Tampan, ra...