Part 4 || 3 S

1 1 0
                                    


Setelah beberapa hari setelah itu, sikapku seakan seperti seorang pecundang yang kalah perang. Bahkan aku tidak berkutik, tidak memberi perlawanan sedikitpun. Aku benar-benar  cuma berangan-angan sebelum sempat memberikan perlawanan.

Setelah itu aku lanjut untuk diterpa badai dengan perbukitan curamnya pelajaran yang semakin menjadi-jadi. Aku semakin tertinggal di tengah kegalauan awal itu. Astaga, ngapain aja yak aku waktu itu? Sekolah belum beres malah mikirin hal yang begitu-begitu. Tapi ga salah juga kayaknya untuk pemuda puber yang baru beranjak remaja, ingin merasakan kisah cinta yang membahagiakan.

Teringat dan mulai terngiang olehku bahwa ada filosofi yang belum aku temui ketika SD. Yaitu 3S : yaitu sapa, senyum, salam. Kemudian, saat jam istirahat, aku perhatikan sosok perempuan yang sangat lekat dengan itu. Namanya Tia, dia adalah seorang yang sangat ramah ke semua teman di sekelilingnya. Keramahannya diiringi dengan senyuman tulus sehingga membuat lingkungan di sekitarnya bahkan seperti tersenyum.

Sosok itu tanpa sadar membuatku terpukau dan mulai benar-benar memandang sosok itu. Sosok yang mampu membuatku beralih dari Viola.

Taste Journey Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang