Waktu itu, entah bagaimana, alur membawaku pada kondisi yang tidak baik. Entah itu hal yang memang tidak baik, cobaan, atau emang karma dari kesalahan yang aku perbuat sebelumnya yang mungkin saja seperti hal yang biasa, tapi ngaruh ke alur ini.
Apapun itu, aku hanya bisa melaluinya dengan cukup frustasi. Tidak, aku baik-baik saja awalnya. Rasa yang tidak terasa begitu saja, membuatku harus menerima kenyataan pahit.
Padahal, di sekolah aku cukup baik dan pernah juara. Entah mungkin karena salah perhitungan atau strategi, kini aku di sini, sudah lulus dan tanpa status kegiatan selain menjalankan kewajiban sebagai anggota keluarga di rumah dan sekaligus menjadi beban keluarga.
Tidak, bukan ini yang mau aku ceritakan mendalam. Mungkin di lain waktu ya. Ini tentang bagaimana aku kembali bertumbuh rasa pada seseorang di tempat aku dititipkan untuk dapat belajar dengan lebih baik.
Dia bersikap baik, tapi aku dengan bodohnya terpedaya dan terleha sebagai tokoh utama yang berakhir bahagia tanpa intropeksi lebih jauh. Aku bukan tipikalnya. Atau memang diri ini masih saja menjadi seorang pemimpi yang banyak melakukan hal yang sia-sia.
Apapun itu, dia jadian dengan pria populer dari kelas sebelah. Aku yang hanya bertegur sapa di kelas, yang cuma bisa tersipu malu saat saling bertegur sapa atau hanya berbicara basa-basi ini cuma apa?
Syukurlah, momen itu aku syukuri. Ternyata aku masih bisa jatuh cinta dan terluka ya. Oh, bukan, mungkin aku lagi-lagi salah paham menangkap perasaan kepada sosok yang aku idamkan? Ah, benar, lebih tepat aku bilang cuma mengagumi sosoknya untuk masa depanku.
Momen itu berakhir begitu saja. Tidak ada frenzone berkelanjutan dan yaa, pada akhirnya aku berhasil lulus dengan status yang mempertegas bahwa akulah beban keluarga yang sesungguhnya. Atau ini mungkin masih ujian yang diberikan kepada orang-orang baik di sekitarku untuk dapat berbuat hal yang lebih baik?
Apapun itu, aku hanya bisa pasrah. Maaf beribu maaf juga tidak ada gunanya. Jalan ini, akan kutempuh. Tentu saja, aku sangat bersyukur dan berterima kasih kepada Tuhan telah memberikan keluarga yang harmonis dan penyabar ini.
Aku harus jadi anak yang sukses dan berbakti mulai dari sekarang bukan?! Setidaknya aku pernah berniat dan berpikir seperti itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Taste Journey
Non-FictionPengalaman dari rasa ke rasa, bukan permainan, tapi ini adalah sebuah perjalanan untuk sesuatu tujuan, ke rasa sesungguhnya yang masih hendak diraih. Mampukah sang aku berhasil meraihnya?