Liu Yangyang melangkah masuk ke gerbang SMA Harapan Jaya dengan langkah santai, tas ransel tergantung cuma di satu pundak, dan senyum lebar yang nunjukin giginya yang rapi. Dia cowok tampan—rambut hitam agak berantakan yang malah bikin dia keliatan keren, mata cokelat yang berbinar penuh semangat, dan kulit putih bersih yang kontras sama seragam barunya. Tingginya sekitar 175 cm, badannya ramping tapi atletis, dan cara jalannya sedikit ceroboh—sepatu kets putihnya udah kotor di hari pertama karena dia nggak sengaja injek genangan air deket gerbang.
Yangyang pindah ke SMA ini karena keluarganya baru aja pindah kota—lagi-lagi gara-gara kerjaan ayahnya. Dia pandai, nilai-nilainya selalu bagus di sekolah lama, tapi dia nggak sombong. Malah, dia suka bercanda—leletan kecilnya sering bikin orang ketawa, meski kadang timing-nya salah.
“Eh, ini sekolah apa pasar ikan? Bau banget!” katanya keras-keras pas masuk koridor, nggak sadar ada guru lelet di belakangnya. Guru itu cuma geleng kepala, dan Yangyang nyengir canggung, “Oops, maaf, Bu!”
Hari pertama, dia bawa kertas dari ibunya yang nyuruh dia lapor ke ruang guru. Tapi, khas Yangyang yang ceroboh, dia lupa bawa peta sekolah dan akhirnya nyasar di koridor yang salah. Dia muter-muter, nyanyi kecil lagu random,
“Aku ke mana ya?, oh ke sana ya,” sampe akhirnya nyamperin cewek yang lagi berdiri deket loker. “Eh, halo! Aku Liu Yangyang, siswa baru. Ruang guru di mana ya?” tanyanya, sambil nyisir rambut dengan tangan—kebiasaan pas dia grogi.
Cewek itu, Liona, liat dia dengan mata nyipit, “Lo bawa peta nggak? Ruang guru di lantai satu, belok kiri abis tangga.”
Yangyang ketawa, “Peta? Hilang entah ke mana. Makasih ya, eh, nama lo siapa?”
Liona jawab singkat, “Liona,” trus pergi, ninggalin Yangyang yang cuma bilang, “Oke, Liona, lo keren!”
Di kelas 10 IPA 1, Yangyang cepet nyatu. Dia duduk di baris tengah, deket jendela, dan langsung bikin temen sebangkunya ketawa pas ngaku,
“Aku tadi nyasar sampe deket WC guru, kirain ruang rapat!”
Dia pandai—pas pelajaran matematika, dia jawab soal integral di papan tulis cuma dalam dua menit, bikin Bu Rina, guru matematika, angguk kagum. Tapi cerobohnya muncul pas dia nggak sengaja nendang meja, buku-bukunya jatuh, dan dia cuma nyengir, “Maaf, tangan sama kaki aku nggak kompak!”
Tapi ada sesuatu yang Yangyang nggak tahu tentang dirinya sendiri: dia punya kekuatan lain. Itu mulai keliatan pas istirahat, waktu dia main basket sama anak-anak kelas. Dia lompat buat ambil bola yang nyangkut di ring—lompatannya tinggi banget, jauh di atas normal, sampe anak-anak pada melongo.
“Bro, lo atlet apa gimana?” tanya cowok di timnya.
tapi Yangyang cuma ketawa, “Gue cuma beruntung, bro!” Dia nggak sadar matanya sempet berubah warna—cokelat biasanya jadi agak keemasan pas dia lagi fokus.
Malem sebelumnya, pas dia bantu ibunya angkat kardus di rumah baru, dia nggak sengaja dorong meja kayu gede sendirian—yang biasanya butuh dua orang—tanpa effort.
Ibunya cuma bilang," kuat banget kamu ya,”
dia bales, “Iya, mungkin gara-gara makan nasi banyak!” Dia nggak curiga apa-apa, pikir itu cuma kebetulan.
Di sekolah, kejadian aneh lanjut. Pas pelajaran olahraga, dia lari cepet banget pas lomba estafet—nggak cuma menang, tapi ninggalin temen-temennya jauh di belakang. Jendral, cowok santai dari kelas sebelah, nyamperin dia abis lomba.
“Lo manusia apa cheetah, bro?”
Yangyang bales, “Gue lari buru-buru soalnya pengen ke kantin!” Dia bercanda lagi, tapi matanya keemasan lagi bentar, dan Jendral cuma garuk kepala, “Aneh nih anak.”
Yangyang nggak tahu—dan mungkin nggak bakal tahu dalam waktu dekat—kalau dia punya kekuatan super yang dormant, mungkin warisan dari leluhur yang dia sendiri nggak kenal. Dia cuma nikmatin hari pertamanya: ketawa bareng temen baru, jawab soal pake otaknya yang cerdas, dan bikin orang takjub sama cerobohnya yang lucu. Pas pulang, dia jalan kaki sambil denger musik lelet earphone, nyanyi kecil, “Hari ini oke banget!”—nggak sadar kalau dia lebih dari cuma Liu Yangyang, siswa baru yang tampan dan pandai.

KAMU SEDANG MEMBACA
kehidupan lain || Wayv
Actionberkisah tentang ke7 pemuda yang hidup selayaknya manusia biasa tapi bagaimana jika mereka punya kehidupan lain di suatu tempat yang tidak mereka ketahui.