04. Razia

262 75 0
                                    

SMA Dewangga adalah salah satu sekolah favorit dengan tingkat keketatan yang tinggi. Untuk masuk ke sekolahnya saja selain melakukan seleksi PPDB, calon muridnya harus di tes saat sudah dinyatakan diterima oleh PPDB. Tes ini digunakan pihak sekolah untuk mengelompokkan murid yang pintar dan yang berbakat. Contohnya saja Wina, walaupun tidak pintar di akademik anak itu bisa satu kelas dengan Abhista karena memiliki bakat menyanyi yang luar biasa.

Keketatan SMA Dewangga sangat terlihat ketika guru BK dan OSIS nya sangat kompak bekerja sama merazia murid-murid. Saking kompaknya siapapun yang lolos dari guru BK dan OSIS pasti merasa seperti hoki tahunannya terpakai.

Bisa dilihat Abhista baru saja kembali dari kantin setelah razia kelasnya selesai. Kedatangan anak itu langsung disambut oleh tatapan tajam dari teman-temannya yang sudah dirazia. "Bukan salah gue. Gue cuma makan di kantin doang!" seru Abhista kepada teman-temannya.

"Harusnya tadi ada yang seret Abhista ke kelas anying!"

"Tau ah! Masa Abhista doang yang ga kena razia!"

"Padahal gua yakin banget dia bawa liptin ke sekolah!" ujar salah satu dari mereka membuat mata Abhista mendelik tajam ke arahnya. "SOTOY AH LU GE!" ketus Abhista kelewat nyolot.

"Ya kan biasanya!" Jemari dan bibir Abhista lantas menirukan temannya itu, "Yi kin biyisinyi."

"Apalah dia apalahh. Sungkem sama Bhista sini ga kena razia," ucap Abhista dengan bangga berjalan menyibakkan rambutnya ala model.

Tok tok tok

Suara itu berasal pena yang diketuk ke pintu kelas 11E1. Perempuan dengan jas OSIS yang khas itu mengedarkan pandangannya kemudian bertanya, "Kelas ini sudah dimasuki anak OSIS atau guru BK?"

Serempak anak kelas 11E1 menjawab, "Udahhh!!!"

"Tapi Abhista belum dirazia Kak!" celetuk salah satunya. Abhista langsung celingukan mencari tempat untuk bersembunyi.

"Kok bisa? Abhista mana, biar saya cek." Perempuan itu memasuki kelas bersama temannya. Sialnya dengan kompak anak-anak kelas 11E1 memberi jalan OSIS itu menuju tempat duduk Abhista.

"Noh Abhista yang duduk di pojok Kak!"

Habis sudah riwayat Abhista. Anak itu sudah ditargetkan oleh semua teman-teman kelasnya. "Hehehe, aku bukan Abhista kok Kak!" Dengan cengengesan Abhista menyambut kedatangan OSIS itu di mejanya.

"Tapi nickname nya kok Abhista ya?" balas OSIS itu sambil tersenyum. Kepala Abhista menggeleng sambil nyengir. "Hehehe iya nih Kak Nindy. Pinjem bajunya Abhista."

"Sini tasnya," perintah Nindy. Mau tidak mau Abhista menyerahkan tasnya.

Saat Nindy menggeledah tas miliknya, Abhista hanya berpasrah diri sambil terduduk lesu di bangkunya. Sampai akhirnya dia sadar akan kehadiran teman yang Nindy bawa ke kelasnya. Itu Sebastian.

"Ngapa lo liat-liat?" ketus Sebastian sadar akan lirikan tajam mata Abhista. "Demen sama lo. Kenapa? Ga suka?" balas Abhista dengan jutek.

Balasan Abhista lagi-lagi menarik sudut bibir Sebastian. "Nin, bawa kapas?" tanya lelaki itu kepada temannya yang tengah sibuk menggeledah tas. "Tuh di meja tadi."

SEBASTA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang