Habis makan, Mereka berkumpul di ruang tamu sambil bercerita tentang kehidupan sehari-hari kecuali Irsyad yang telah ditidurkan oleh Omnya dan para sepupu Alfarizi yang bermain di ruangan lain bersama para karyawan Kakeknya yang juga tinggal disana.
Suasananya terlihat biasa-biasa saja meski Alfarizi merasa suaminya menjadi agak pendiam dari biasanya.
Alfarizi memang lahir di Rumah Kakeknya. Tapi sejak usianya menginjak 2 tahun, Dia dan orang tuanya pindah. Alfarizi juga tak sering berkunjung sehingga tidak begitu tau bagaimana suaminya diperlakukan di rumah ini.
Merasakan tatapan mata remaja itu, Biyanto segera mengangkat alisnya sambil berkata, "Kenapa kamu menatap Mas seperti itu?"
"Enggak, Cuman heran aja lo jadi diem gini." Jujurnya.
Tersenyum miring, Biyanto lantas mendekatkan wajahnya ke telinga Alfarizi dan berbisik, "Saya bisa berisik kalau dengar suara desahan kamu."
Bergidik oleh hembusan nafas berat di telinganya, Alfarizi sontak mendorong dada Pria itu agar sedikit menjauh, "Gak usah bisik-bisik, Geli!"
Namun Biyanto tak menyerah, Justru semakin menggoda pasangannya tersebut. Memeluknya erat-erat serta mencium kepala remaja itu dengan ciuman tak sabar. Keduanya duduk bersama di sofa lain sehingga tak seorangpun yang bisa mengganggu.
Namun tetap saja kerusuhan keduanya membuat atensi semua orang yang bercerita di ruangan itu teralihkan.
Hasna berkata dengan sedikit jijik di matanya, "Biyanto, Kamu gay?"
Pertanyaan itu menghentikan kegiatan dua pengantin baru itu.
Menghela nafas, Biyanto mengangguk pelan, "Iya, Tapi hanya dengan Fariz."
Suasana di ruang tamu spontan berubah oleh perkataannya.
Lantas, Yanti pun bertanya kepada Paman angkatnya, "Berarti kamu sudah suka sama Fariz sejak dia kecil?"
"Bukan begitu tapi-"
Biyanto ingin meluruskan maksud dari ucapannya, Tapi Hasna lebih dulu menyelanya bersama nada sinis, "Ya ampun... Berarti om Udin besarin homo dong..." Anak bungsu Mainah itu menutup mulutnya seolah-olah terkejut sekaligus jijik.
Mainah yang sejak awal diam kini bersuara, "Makanya Mama tidak setuju waktu Om kalian mau adopsi dia." Sarkasnya.
Dua putrinya mengangguk-angguk mengiyakan. Sementara itu, Para suami dari kedua wanita itu hanya bisa mendengarkan tanpa sedikitpun niat ingin menegur, Sebab melakukannya di rumah mertua mereka hanya akan berakhir sia-sia.
"Om Udin juga. Bukanya nikahin Fariz sama perempuan, Eh malah disuruh nikah bareng laki-laki hahaha..." Kata Yanti tertawa nista.
"Udahlah Mbak, Kan bentar lagi Umairah bakal 16 tahun."
Kedua alis Yanti naik, "Maksudmu?"
Hasna berdecak pelan sebelum berujar, "Kan Biyanto sama Fariz gak mungkin punya anak jadi om Udin bisa ngarepin Umairah buat nerusin keturunan."
"Oalah, Gitu ya hahaha...! Mbak ngiranya kamu mau niat jodohin Mair sama Biyanto!"
Mendengar itu, Hasna lalu iseng bertanya, "Kalo misalnya iya... Gimana Mbak? Mbak mau?"
"Ogah lah! Aku maunya anakku yang cewek nikah sama Pria yang jelas-jelas aja," Dia kemudian melirik Paman angkatnya terus melanjutkan, "Bukan yang asal-usulnya gak jelas! Syukur banget om Udin mau adopsi dan nyekolahin Biyanto, Kalau enggak... Mungkin dia masih tetep tinggal di Panti asuhan." Jawaban Yanti diam-diam menjadi pukulan keras yang menyakiti hati Biyanto.
KAMU SEDANG MEMBACA
MARRIED WITH ADOPTIVE GRANDPA (Mpreg)
Romance(Beli kelanjutannya di Karyakarsa!☺️) Menikahi sepupu, Saudara tiri, Atau bahkan Paman maupun Bibi bukanlah hal tabu lagi bagi kebanyakan orang. Tapi... Bagaimana jadinya kalau menikahnya dengan Kakek angkatmu sendiri? Hah? Begitulah yang harus di...