11. Mabuk

3.9K 79 2
                                    

Jangan lupa tinggalkan vote dan komenya.

                 

                 Selamat membaca 

Dimasion keluarga Leo.  Jam sudah menunjukkan pukul 22:30 malam. Alvin terbangun dari tidurnya, namun matanya tidak mendapati sosok yang tadinya bersamanya.

"Loh ... Papah kok tidak ada? Kemana ia pergi?" gumanya.

"Hais, terserahlah. Aku akan mandi," sambungnya, kemudian ia pun berjalan perlahan ke arah kamar mandi.

Setelah menyelesaikan mandinya, Alvin memakai pakaiannya dan bergegas turun karena merasakan lapar.

Tap! Tap! Tap!

"Ehh tuan, sudah bangun? Kemarilah ... Bibi sudah menyiapkan makan malam untukmu," ujar Bi Siti yang tak lain adalah Art di rumahnya.

"Wah ... Kayanya enak?" ujar Alvin sambil duduk di kursinya.

"Oh ya Bi, apa Bibi melihat Papa?" tanya Alvin.

"Astaga ... Bibi lupa! Tadi Tuan Besar, berpesan, katanya malam ini pulangnya bakal telat. Jadi beliau menyuruh Tuan Muda makan duluan," ujar Bi Siti.

"Hmm ... begitu ya, tapi ... kenapa Papa tidak memberitahuku secara langsung?" gumam Alvin.

"Ahh, mungkin Tuan Besar sangat terburu-buru sehingga tak sempat berpamitan."

"Huh, baiklah ... Aku mengerti," ujar Alvin, kemudian ia pun segera memakan makan malamnya. Setelah selesai, ia pun kembali ke kamarnya.

Kini Alvin terbaring di kasurnya sambil membaca sebuah novel kesukaan-nya. Dan saking serunya ia membaca, ia baru menyadari bahwa hari sudah semakin larut. Namun, Leo masih belum pulang sehingga membuat Alvin merasa gelisah. Ia mencoba menelpon Papanya berulang kali, namun nihil, tidak ada jawaban sama sekali.

"Ayolah. Apa yang terjadi, kenapa perasaanku tidak enak?" gumam Alvin, ia sangat gelisah saat ini.

Ting! Suara pesan masuk membuyarkan lamunan Alvin. Dia menatap layar hpnya dan nampaklah nomor sahabatnya mengirimkan sebuah foto yang menunjukkan seorang pria yang tengah mabuk di mejanya.

Rizal: "Apakah Kau mengenalnya? Pria ini sangat mirip dengan ayahmu jadi aku menghubunggimu," ujar Rizal dalam sebuah pesan.

Alvin: "Ya dia ayahku, Kirimkan alamatnya aku akan segera kesana."

Tak selang lama, Rizal mengirimkan alamatnya kemudian Alvin pun segera pergi.

"Kak Bima! Buka pintunya!!" teriak Alvin sambil mengedor sebuah pintu dan tak lama kemudian pintu pun terbuka, menampaklah seorang pria berbadan kekar, ia adalah Yuda pria berusia 28 tahun yang tak lain adalah supir pribadinya, sekaligus teman dari papanya.

"Kenapa?"

"Antar aku," pinta Alvin sambil menarik tangan Yuda, namun Yuda menahannya.

"Tunggu ... kakak ambil kunci Mobil dulu."

Di dalam mobil.

"Ayo kak, cepatkan!" pinta Alvin.

"Oke."

Setelah 40 menit perjalanan, akhirnya mereka sampai di sebuah bar milik keluarga Rizal. Ia masuk ke dalam bar dan tentu saja langsung disambut oleh Rizal.

"Zal, dimana papaku?"

"Di sana, ikut aku," ujarnya, sambil menuntun Alvin dan membawanya ke sebuah meja dimana Papanya berada.

"Pah!!" teriak Alvin sambil berlari menghampiri papanya.

Ia mengguncang tubuh papanya sehingga membuatnya tersadar dan menatap Alvin dengan sedikit senyuman.

"Ah Beby ... kenapa kau di sini?" tanya Leo sambil menarik pinggang Alvin dan memeluknya erat.

"Pah, ayo pulang ...." ajak Alvin sambil mencoba melepaskan pelukannya. Dan hendak mengangkat tubuh papanya, namun sayang, dia tidak sanggup karena Leo terlalu berat.

"Argh bangunlah ...!! kenapa papa sangat berat?"

"Biar kakak bantu." tawar Yuda yang tiba-tiba ada di belakang Alvin.

Yuda mendekati Leo, kemudian membopongnya dan membawanya ke mobil.

"Zal, makasih ya, aku pergi dulu," ujar Alvin kemudian menyusul mereka.

Selang beberapa menit kepergian Alvin.

"Astaga ...!! Siapa pria itu, kenapa sangat tampan?" gumam Rizal, jantungnya berdebar cepat, mukanya merona, dengan mata yang berbinar.

"Argh! jantung gue, ini tidak bisa dibiarkan, gue harus mendapatkannya," ujarnya.

Di dalam mobil terlihat Leo yang bersandar di pundak Alvin, sambil melingkarkan tangannya pada pinggang ramping Alvin, yang membuat Alvin merasa risih, terlebih lagi mereka tidak berdua, ada Yuda di sana.

"Pah, lepaskan," pinta Alvin.

"Tidak mau!" jawab Leo yang semakin mengeratkan pelukannya.

'Hais ... sepertinya Papa benar-benar mabuk,' batin Alvin. Ia sudah pasrah saat ini dan bodo amat jika Yuda salah paham sekalipun.

Cup!

Tiba-tiba Leo mencium leher Alvin dengan sedikit hisapan di sana sehingga membuatnya mendesah.

"Ahh," desahnya, Alvin menggigit bibir bawahnya seraya menghentikan desahannya, ia tidak bisa melawan karena Leo memojokannya sehingga kini Alvin sudah berada dalam kukungannya.

Leo mencium bibir Alvin dengan sedikit lumatan di sana, dan jangan lupakan tangan nakalnya yang sudah menyelusup masuk ke dalam baju Alvin sambil memainkan puting Alvin dan menghisapnya.

"Ummfh. "leguhnya

Disisilain nampak Yuda yang mulai memanas.

'Sialan, gue jadi nyamuk. Hais ... pokus Yuda ... pokus' batinnya, sembari  mencoba  untuk tenang dan tidak mempedulikan kegiatan  panas  dikursi  belakang,  dan segera menambah  kecepatannya, berharap  ia akan  segera sampai.

Leo  membuka  satu persatu kancing baju  Alvin  dan menciummi  setiap  jengkal  tubuhnya. Alvin  terus memberontak, tapi  sepertinya itu sia-sia karna Leo jauh lebih kuat darinya. 

Next

Menjadi Pemuas Nafsu Papa Angkatku [ bxb ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang