3. Fractious (1)

281 15 3
                                    

Hari ini adalah hari minggu dan Amor sudah memiliki rencana untuk hari ini ia tidak akan melakukan kegiatan apapun selain bermalas-masalan di atas tempat tidurnya. Meskipun memang itu sudah menjadi kegiatannya setiap hari.

Ceklek...

Suara pintu kamar Amor yang terbuka dari luar. Bukannya Amor tidak mengunci pintu kamar tapi memang dasarnya orang yang baru saja membuka pintu kamarnya itu memiliki akses.

"Bangun!" ucap orang itu.

Tak ada pergerakan apapun dari Amor, gadis itu masih setia memeluk gulingnya serta berada dalam balutan selimut tebalnya.

Merasa tak ada respon apapun membuat orang itu melepaskan selimut Amor serta menarik guling yang tengah Amor peluk dengan paksa.

Amor yang terkejut pun sontak membuka kedua mata bulatnya. Mengedipkan matanya beberapa kali guna menyesuaikan cahaya yang masuk.

Sedangkan orang tadi masih menatapnya dengan tatapan datar yang menjadi ciri khasnya.

Setelah beberapa saat mencerna kondisinya dan melihat seseorang yang berdiri di hadapannya sontak saja membuat pupil mata Amor membesar dan berbinar.

"Ariiii..." ucap Amor setengah berteriak.

Amor bangun dengan terburu-buru dan langsung saja memeluk tubuh seseorang yang sangat ia rindukan.

"Ini beneran kamu kan? Aku gak lagi mimpi kan? Aaahhhh kamu kok gak bilang sih kalo mau pulang sekarang? Kalo kamu bilang kan aku bisa jemput ke airport" tanya Amor dengan bertubi-tubi. Sedangkan kedua tangan mungilnya sudah bertengger manis dirahang kokoh Arila.

"Bawel!" balas Arila dengan ketus sangan berbanding terbalik dengan kedua tangannya yang kini sudah memeluk erat pinggang ramping Amor.

"Gue juga kangen lo" ucap Arila.

Amor merasakan geli di lehernya akibat nafas Arila yang kini tengah mendusel-duselkan wajahnya di leher Amor.

"Pokoknya hari ini aku mau jalan-jalan sama kamu" ucap Amor dengan semangat.

Gadis itu sedikit memberi jarak antara dirinya dan juga Arila.

Arila menaikkan sebelah alisnya, "Gue baru aja dateng kalo lo lupa"

"Ya trus?"

"Gue capek" Arila berucap seraya melepaskan pelukan keduanya dan berlalu keluar dari kamar gadis itu.

Amor mengernyit bingung melihat sikap Arila. Tapi kemudian kepalanya menggeleng kecil. Ia berpikir mungkin Arila memang kelelahan setelah menghabiskan perjalanan yang jauh dan begitu lama. Memang dirinya saja yang tidak pengertian dan malah meminta untuk berjalan-jalan dan ditemani laki-laki itu pula.

Tak ingin semakin larut dengan pikirannya Amor segera berlalu ke kamar mandi karna ia yakin Arila pasti sudah menunggunya untuk sarapan.

***
"Morning. Udah pada nunggu lama ya?" sapa Amor ketika melihat Arila, Arron dan juga Meo yang tengah duduk di meja makan.

Ketiganya hanya membalas dengan anggukan saja.

"Cerah banget mukanya mentang-mentang bang Ari udah dateng" ucap Meo.

"Apaan sih biasa aja kok orang tiap hari juga gini" Amor berusaha menyembunyikan semburat merah yang muncul di kedua pipinya.

Jujur saja memang terdengar lebay tapi candaan seperti itu saja sudah bisa membuat Amor malu.

"Aku mau sarapan salad buah aja deh" Amor beranjak untuk mengambil salad buah miliknya di dalam kulkas.

"Bang, si Amor lagi diet tuh" adu Meo pelan kepada Arila.

ARILAMORTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang