Kertas di jendela kamar ibunya lebih rapi dan tulisan di dalamnya tidak jelek seperti yang dikirim ke jendela kamar Gerhana sendiri. Tidak tampak ditulis dengan terburu-buru dikejar waktu. Tidak dengan pena gel. Tidak dengan foto gadis kecil berambut panjang dikepang, dan tidak dengan pesan yang memberitahu bahwa Gerhana telah ditunggu, entah bagaimana kalimat itu bermaksud. Ditunggu ... untuk mencari—oh, menemukan ibunya? Akankah seseorang bisa saja menculik wanita itu?
Alih-alih dari bermacam dugaan pesan tertulis yang Gerhana pikirkan begitu keras saat langkahnya masih mendekat ke jendela dan sama sekali belum menyentuh kertas, benda itu hanya ditulis dua belas digit nomor yang terbubuh oleh pena murahan—tintanya hitam pudar dan agak kabur.
Kombinasi familier yang membuat Gerhana takpusing menebak bahwa itu nomor telepon seluler seseorang, yang tanpa nama pemilik dan apa pun hal yang mengarah sebagai suatu jejak jelas untuk diketahui. Bahkan sekalipun ia membalik memeriksa bagian belakang, kertas itu sama bersih dengan lembar baru buku yang harum. Seolah sangat diniatkan, dan terlalu baru saat dikirim ke jendela.
Ia kemudian beralih, melongokkan kepala ke luar jendela. Suara keletak yang sepertinya kerikil menghantam jendela kamar Bulan masih terhitung tiga puluh detik lalu, masih bergema denging kecil di telinga Gerhana. Sangat jelas. Namun, mata kelabunya yang menyisir teliti pada semak serta rerumput liar tinggi hingga pada persawahan dengan padi yang mulai muncul kehijauan, tidak satu pun dari mereka tampak menyembunyikan sesuatu yang ganjil. Alih-alih, ngengat di atas pepadian muda, juga capung warna merah dan kuninglah yang terus berputar seolah menandai wilayah satu sama lain.
Orang itu pasti sudah pergi. Fakta mengecewakan yang menambah lubang hampa dan tanda tanya di dada Gerhana makin besar. Ia memandang kejauhan, pada sudut salah satu petak sawah yang berbatasan dengan bebukitan kecil bagian utara, lalu pandangan itu berbuah sama nihilnya dengan si surat yang tak diketahui siapa sang pengirim.
Menjauh dari jendela, Gerhana dengan cepat menutupnya, menarik gerendel berkarat di sisi bawah dan samping, untuk selanjutnya turut menarik tirai hitam hingga terentang penuh menutup ventilasi persegi kamar ibunya yang berukuran sedang. Mungkin setelah ini, perlu tindakan serupa untuk jendela kamarnya sendiri.
Gerhana melipat kertas, mendorongnya dalam-dalam ke saku, lalu menyambar ponsel Bulan di atas kasur. Stop kontak pengisi baterai benda itu belum ditemukan, dan ia berencana untuk mencari nanti. Entah Bulan sengaja menyembunyikan, atau memang benda itu terlupa begitu saja saat disimpan. Ia beranjak keluar sementara menarik gagang pintu hingga berdebum kecil ketika ditutup.
Pencarian di Kamar Bulan jelas belum selesai, atau bahkan bisa saja dirinya sama sekali belum menyentuh bagian jantung kamar terlarang itu. Sesuatu, entah bagaimana, bisa saja disimpan sengaja dengan jeruji paling kuat yang Bulan pasang adalah ‘Aturan mengenai privasi dan batas mana Gerhana boleh menyentuh barang-barang sang Ibu’, serta satu-satunya kunci adalah izin bersifat ‘terbatas’ dan ‘darurat’ dari wanita itu. Namun, nomor ponsel ini mesti ia tuntaskan lebih dulu.
Gerhana duduk dan lupa sama sekali mengenai mengganti pakaian. Alis tebalnya bertaut ketika mata kelabunya bergerak cepat secara bergantian memandang kertas dan papan ponsel. Ketika selesai, Gerhana menekan ikon telepon hijau. Satu ... dua ... ia akan menunggu bunyi tuut panjang panggilan akan berubah suara seseorang. Namun, niatan itu gagal saat justru menekan tulisan ‘DARURAT’ setelah menggeser layar ke atas untuk membuka kunci dan mendapati panel untuk pin yang tak Gerhana tahu, ia akhirnya diarahkan pada berbagai kotak-kotak angka untuk dipilih sebagai nomor panggilan darurat. Tangannya gemetar, habis sudah untuk membayangkan suara bagaimana yang akan menyambut di seberang panggilan.
Apa sebenernya ini Ibu? Mungkin saja, tetapi hal itu taklebih dari sekadar salah satu dugaan paling positif yang ia miliki, dan Gerhana memang merasa untuk seharusnya berpikir demikian. Kesampingkan cara ganjil nomor ini dikirim.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐌𝐄𝐑𝐏𝐀𝐓𝐈
Mystery / Thriller[A 𝐓𝐡𝐫𝐢𝐥𝐥𝐞𝐫 (𝐌𝐲𝐬𝐭𝐞𝐫𝐲) Story] Gerhana Mahapatih muak dengan hidup terkucilnya bersama sang ibu di desa. Ia mengurus pekerjaan rumah dan belanjaan seorang diri, sementara Bulan mengambil peran utuh sebagai kepala rumah tangga. Gerhana b...