02. Gak sengaja

31 4 0
                                    

Halaman 02. Gak Sengaja.

"Sepatu lo kotor, jijik gue liatnya."

Malu! Ayara benar-benar di buat malu oleh laki-laki yang ada di hadapanya, Ayara hanya bisa menundukkan kepala tak berani menatap wajah murka Gio. Satria dan Zaki pun tak bisa berkutik atas perbuatan temannya itu, memang Gio sangatlah anti dengan wanita, Zaki dan Satria tahu akan hal itu. Tetapi tidak sepantasnya Gio bersifat layaknya seperti tadi, apalagi kepada wanita.

Tap!

Tap!

Tap!

"SONGONG BANGET LO JADI COWOK," Suara bariton itu mampu membuat Gio menoleh, terlihat dari arah kanan seorang gadis, rambutnya di cepol, kedua tanganya memegang kantong plastik hitam. "Niat Ayara itu baik, tapi sikap Lo malah kayak dugong!" Kata gadis itu setelah menghampiri Gio.

Hanya ada satu orang yang berani berbicara lantang seperti itu, yaitu Laura Kiehl Ketlovly. Ia begitu sangat murka atas perlakuan cowok di juluki sebagai kapten basket itu alias Giovano. Laura cukup di kenali cewek tomboy dan suka melawan kepada laki-laki. Ia tidak peduli sepopuler apa cowok itu yang pasti dia sangat tidak suka kepada sifatnya. Bukanya terlihat keren tapi justru kesanya jijik bagi Laura. Tapi tidak dengan siswa lain.

Gio melangkah satu langkah menatap netra mata Laura yang berwarna coklat tua. "Bilangin ke temen Lo, jangan deketin gue. Minimal harus sadar diri!" Perkataan itu terdengar di telinga semua murid yang ada di lapangan, sudah beberapa kali Gio tekankan pada Ayara akan tetapi gadis itu sama sekali tidak kapok.

Gio sudah melenggang pergi, Ayara hanya bisa melihat punggungnya dari kejauhan tanpa mengejarnya.

****

Gadis berambut pendek itu uring-uringan tidak jelas, Ayara nampak lesu lantaran Gio sama sekali tidak kembali ke lapangan. Padahal, masih tersisa sedikit waktu jam pelajaran olahraga. Walau saat ini di lapangan tersisa sedikit murid, jika di hitung mungkin ada 5 murid itupun mereka akan melenggang pergi ke WC untuk ganti baju.

"Sebenarnya dia kemana sih." Ucap Ayara hendak duduk di sebelah Laura. "Udah, ngapain Lo mikirin tuh cowok, gak ada gunanya tau gak." Laura mulai kesal, minuman yang di belinya tadi di teguknya dengan cepat.

"Aku kangen Lau sama Gio," Ayara menghela nafasnya. "Lagian, kenapa coba dia gak bilang-bilang mau pergi ke mana." Katanya dengan suara lesu.

"Heh," sanggah Laura tertawa remeh. "Emangnya Lo siapanya dia, pacarnya aja bukan." Katanya menahan tawa agar tidak keluar. Kening Ayara mengerut tak terima dengan kenyataan pahit ini. Laura kalo ngomong gak bisa di jaga emang! Suka asal ceplos.

"Lo mau kemana? Jangan bilang mau nyamperin si cowok belagu itu. Nggak, gue nggak ngizinin." Tanya Laura sudah mulai marah duluan. "Ke kantin." Sahut Ayara tanpa menoleh.

"Gue ikut." Kata Laura meletakkan botol minuman yang berlebel Aqua. Cewek itu hendak bangkit dari duduk menghampiri Ayara yang berada 5 langkah darinya.

Pak Ojon membenarkan kerah bajunya, menutup buku absensi karena jam pelajaran sudah habis, sekilas pak Ojon menatap sekeliling lapangan ternyata hanya tersisa dua orang saja yang sedang berjalan lambat. Pak Ojon menghela nafasnya lagi-lagi kelas XI IPA 4 tidak membereskan bola yang sudah di mainkan tadi, pria berjiwa muda itu geleng-geleng kepala melihatnya.

"Laura, ke sini kamu." Titah pak Ojon meninggikan suaranya. Mereka berdua menoleh menghentikkan langkahnya. Wajah Laura memberengut, ia tahu betul pasti yang akan di katakan pak Ojon lagi. "Nyuruh buat beresin bola kan pak? Gak, ah Laura gak mau."

Mulut pria itu terkatup, ternyata tanpa di minta Laura sudah tahu duluan. "Sekarang kamu bantuin bapak, ini semuanya kan ulah kelas kamu!" Ketusnya membuat Laura menyunggingkan bibirnya.

"Tapi kan itu bukan ulah Laura pak!" Kekehnya. "Bapak juga tau sendiri kan, dari tadi Laura gak pegang bola."

Ayara menyenggol sedikit lengan Laura. "Udah deh, mending kamu bantuin pak Ojon." Bisiknya pelan, sementara Laura menghela nafasnya panjang. Bukanya Laura tidak mau, tapi entah mengapa pria yang umurnya muda itu selalu menyuruhnya untuk membereskan bola, bukan hanya satu kali melainkan udah beberapa kali, kalo di hitung mungkin saja pak Ojon sudah menyuruhnya 20 kali.

"Gue gak mau, Ra." Tegas Laura, Ayara hanya mengangguk saja, barusan dia hanya memberi saran. Jika mau ya oke jika tidak ya gak papa.

"Begini saja," Pak Ojon memegang dagu memikirkan sesuatu. "Kamu bantuin bapak, nanti bakalan di kasih nilai plus olahraga." Tawarnya menatap balik Laura.

Sebenarnya cewek itu tidak mau, tetapi kalau menyangkut nilai jangan di tanya, ya pasti mau lah batinya bergumam. "Gue mau bantu pak Ojon dulu, gak papa kan Lo sendirian ke kantin?"

Ayara menggeleng. "Gak papa, ya udah sana. Nanti pak Ojon marah."

"Kalo Lo di apa-apain sama si Gio telepon gue, kalo terjadi sesuatu telepon gue. Awas aja Lo kalo lupa-"

"Iya bawel ah." Kesal Ayara mulai tersulut emosi. Laura mengangguk paham kemudian gadis itu melangkahkan kakinya berlari kecil menuju pak Ojon yang sedang menghitung bola.

****

Di kantin, saat ini suasananya nampak ricuh wajar saja karena sekarang sudah memasuki jam istirahat msmbuat para murid SMA perwira berbondong-bondong datang ke kantin secara tergesa-gesa. Yang bikin Ayara kesal ada sebagian murid lari-lari di kantin.

Ayara menggemggam sebuah minuman rasa cokelat, saat berjalan cewek itu celingak-celinguk mencari seseorang, tetapi batang hidung Gio sama sekali tidak terlihat di kedua matanya.

Duk!

Jantung Ayara berdetak tak karuan, tak sengajak menabrak seseorang. Minuman yang barusan di genggam olehnya tumpah mengenai kemeja putih terbalut cardigan pink. Ayara mendongakkan kepala. Gawat, benar-benar gawat!

"Iuh, Lo kalo jalan punya mata gak sih!" Gadis itu berdecak, sekilas ia menatap kemeja yang semulanya bersih tetapi sekarang menjadi kotor gara-gara gadis yang ada di hadapanya.

"Ck, pastesan dia nabrak Lo. Dia kan rabun!"

"Lo kalo jalan matanya di pakai dong, bukanya fungsi kacamata Lo itu buat memperjelas penglihatan Lo?!"

"Lo siapa hah?! Berani-beraninya ngotorin baju Agnes. Sorry baju Agnes bukan baju Art yang bisa Lo kotorin."

Gadis memakai bando berwarna pink tanpa segan menginjak kaki temanya yang barusan berbicara, sehingga cewek yang rambutnya di kepang satu itu meringis kesakitan. "Baju gue yang kualitasnya mahal, gak pantes di samain sama baju Art rendahan itu." Pekiknya.

"Maksud gue, baju cinderella."

"Nah, gitu dong yang berkelas."

Mereka adalah geng the pinky, terkenal selalu memakai aksesoris berwarna pink. Geng yang berisikan 4 orang yaitu. Agnes Moana Lisa, Sisca Laura, Cika Maura dan satu lagi Melissa. Suara mereka terdengar nyaring sehingga para murid menatap Ayara dan geng the pinky secara intens. Satria, Gio dan Zaki duduk di bangku pojokan, mereka melihat geng the pinky sedang cekcok mulut.

"Sebenarnya, Ayara Clarissa tuh, siapa sih?" Tanya Satria, Gio dan Zaki menggeleng tak tahu. "Tiba-tiba dia datang terus jatuh cinta sama elo, gak jelas banget tuh cewek hidupnya." Satria menatap sekilas Gio, wajah cowok itu nampak masam. Lalu Satria menyelidik Ayara dari bawah hingga ke atas.

DI KETIK, 1099 KATA.

O B S E S I [On Going✔️]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang