Hinata mengerjapkan mata. Tampak langit-langit kamar dengan cahaya fajar yang perlahan masuk lewat ventilasi. Hinata segera bangkit. Ia menoleh dan mendapati rekan sekamarnya tidak ada. Astaga! Ia bangun terlambat! Mereka berencana berangkat sebelum fajar, ia malah bangun kesiangan! Hinata buru-buru merapikan diri. Rambutnya yang kusut disisir dengan tangan lalu merapikan pakaian. Sesaat sebelum merapikan peralatan ninja yang ia bawa, shoji tergeser, membuat Hinata mendongak.
"U-Uchiha-san?"
Tampak Sasuke dengan handuk di leher dan mengenakan yukata polos dengan corak khas penginapan itu. "Hm?"
"U-Uchiha-san tidak berangkat lebih dulu?" antara lega dan terkejut saat melihat Sasuke yang masih berada di penginapan. Lega karena ia tidak ditinggal dan terkejut karena pria itu masih berada di sini.
Sasuke berjalan ke tas ransel kecil yang ia bawa. "Aku kesiangan."
"A-ah..." dalam hati Hinata tersenyum, tak menyangka bahwa pria itu juga bisa mengalami hal lumrah seperti kesiangan. Di sisi lain ia merasakan punya teman senasib. Sepertinya mereka terlalu kelelahan sehingga tidur lelap.
"Rapikan dirimu. Kita akan segera berangkat." Ujar Sasuke mulai membuka yukata dan hendak berganti dengan pakaiannya.
Hinata terperanjat. Jangan-jangan ada iler di pipinya? Atau ia menodai bantal dengan ilernya? Astaga! Rasanya Hinata tidak bisa menikah jika keburukannya terus-menerus diungkapkan seperti ini. Hinata segera mengambil pakaian dan terkejut ketika melihat Sasuke telah bertelanjang dada.
Astaga, ia baru menyadari jika pria itu baru saja membersihkan diri. Pantas saja ujung rambut pria itu basah dan memiliki wangi sabun begitu kuat. Hinata segera memalingkan wajah. Rasanya ia bisa menjadi seperti penggemar fanatik pria itu jika terus-menerus berada di ruangan berdua dengan pria muda Uchiha yang memiliki tubuh atletis dan paras rupawan.
Hinata buru-buru menuju shoji. "S-saya pe-permisi!"
Sasuke menatap datar tindakan Hinata yang terbirit-birit keluar kamar. Apakah ia sebau itu hingga wanita Hyuuga lari terbirit-birit? Sasuke mengendus pundaknya dan tidak mencium aroma yang tak sedap. Lagipula ia baru saja mandi. Ia mengendikkan bahu lalu mengancingkan kemejanya. Wanita aneh.
.
.
.
Kedua iris berlainan warna memandang langit biru cerah yang membentang. Cuaca bagus untuk kembali pulang. Jika mereka bisa mempercepat langkah, mencapai Konoha saat petang bukan hal mustahil. Jika dipikir kembali kapan terakhir kali ia menatap langit dengan kondisi setenang ini? Entahlah, sejak matanya terbutakan oleh dendam, tubuh bahkan jiwa dikuasai oleh kebencian teramat dalam, ia tidak ingat kapan terakhir kali jiwanya setenang ini.
Walau Sasuke berusaha menyembunyikan, namun ia tidak bisa menampik jika tidur tadi malam mungkin adalah salah satu tidur terbaik yang pernah ia lalui selama 20 tahun hidup. Meski bagaimana ia tertidur sangat bukan dirinya, namun ia harus menerima jika tertidur di samping wanita itu memberikan ketenangan. Ia hanya beruntung jika wanita itu bukanlah salah satu penggemar fanatik, sehingga jika tahu bahwa mereka tidur berpelukan, wanita itu tidak perlu histeris berlebihan bahkan memintanya macam-macam. Namun Sasuke agak terganggu dengan kemungkinan wanita itu akan membocorkan ke publik bahwa mereka tidur berpelukan tadi malam.
Saat wanita itu mengalami mimpi buruk, ia hanya berniat membangunkan saja. Namun aroma menenangkan Hinata dan dirinya yang terlampau lelah membuatnya tertidur lelap. Saat bangun di pagi hari, ia terkejut ketika wanita itu menempel erat di dadanya. Hal yang paling mengejutkan adalah fakta bahwa dirinya merangkul wanita itu. Walau ia segera beranjak dan merasa beruntung bahwa wanita itu masih terlelap, namun tak dapat dipungkiri jika kehangatan dan aroma wanita itu membuatnya tak ingin beranjak lebih jauh.
YOU ARE READING
PUSARA
RomanceBagi Hinata, Sasuke Uchiha hanyalah sahabat dari sosok yang ia cintai. Bagi Sasuke, Hinata Hyuuga hanyalah seorang Hyuuga lemah dan penakut. Mereka tidak menyadari benang merah yang membawa mereka menuju pusara dan mengantarkan ke dalam kejadian ta...