Chapter 4

699 118 14
                                    

Hinata berjalan keluar dari kantor hokage. Di gulungan yang saat ini ia pegang terdapat rincian misi yang akan ia laksanakan. Perasaan gembira dan semangat kembali muncul dalam dirinya. Ini pertama kalinya ia menjalankan misi keluar desa setelah perang. Walau belum seberapa, ia senang ketika dirinya juga diakui. Meski misi kali ini bersama dengan orang yang tak pernah ia pikirkan sebelumnya, ia tetap ingin menjalankan misi dengan seluruh kemampuannya. Walau gugup dan tidak tahu persis perangai rekannya, ia tetap mengutamakan sifat profesionalitas. Ingin menjalankan misi ini sebaik-baiknya.

"Hyuuga."

Hinata berbalik. terkejut melihat Sasuke sudah berada di belakangnya. "U-Uchiha-san!"

Sasuke menatap Hinata tanpa ekspresi. Ia bisa lihat binar-binar bahagia tampak jelas di kedua iris perak Hinata. Sebahagia itu, huh? Sasuke membalikkan badan. "Temui aku di gerbang pukul 8 pagi."

Hinata mengangguk. "Ha'i!" Hinata membungkuk ke arah Sasuke yang berjalan menjauhinya. "T-Terima kasih Uchiha-san." Ia kembali menegakkan tubuhnya dan menghela napas. Sepertinya misi ini kan berjalan sulit. Untuk itu, ia harus berusaha lebih baik.

.

.

.

Pusara © Silent_JS

Naruto © Masashi Kishimoto

Rated T

.

.

.

Sesampainya di rumah, Hinata mulai mengemasi barang. Tertulis jika misi ini akan berjalan 3-4 hari mengingat jarak Konoha dan Ame tidak terlalu jauh. Hinata hanya membawa barang seperlunya. Obat-obatan, beberapa gulungan, dan beberapa koin uang. Sepertinya ia juga akan membawa jubah karena Desa Ame yang seringkali hujan. Yah, sepertinya ini dulu. Mungkin ia akan mengambil beberapa kunai dan shuriken di barak Hyuuga.

Hinata menghela napas. Sejak Hanabi diresmikan menjadi pewaris, kamarnya terasa sepi. Hanabi sering memasuki kamarnya tanpa izin dan berceloteh akan banyak hal. Hal itu cukup membuat Hinata rindu. Namun di sisi lain ia tidak bisa berbuat banyak, Hanabi saat ini sedang ditempa untuk menjadi pewaris yang kuat untuk mampu memajukan dan melindungi Hyuuga di masa yang akan datang.

Terkadang di saat seperti ini Hinata kembali teringat akan nasibnya. Hirerarki Hyuuga masihlah utuh hingga saat ini. Ketika terdapat dua saudara hanya salah satu yang akan menjadi pewaris dan yang lain akan masuk menjadi keluarga cabang. Hal itu tentu menyakitkan Hinata. Bukan berarti karena ia tak lagi dianggap ataupun diperlakukan sebagai putri. Bukan. Namun karena ia dan Hanabi maupun ayahnya akan memiliki jarak yang lebar. Di saat seperti inilah ia merasa tidak memiliki siapa pun di sampingnya. Hinata menggeleng-geleng. Tidak. Pikiran negatif itu tidak boleh kembali memasuki dirinya. Hinata memutuskan bangkit dan berjalan menuju lapangan latihan.

"Hinata-sama." Panggil Kò yang menghentikan langkah dan membuyarkan lamunan Hinata.

Hinata berbalik. "Kò?"

Kò tersenyum dan membungkukkan badan sekilas. "Apakah Hinata-sama hendak berlatih?"

Hinata mengangguk dan tersenyum tipis. "Ya, esok saya akan menjalankan misi." Hinata terheran melihat kedatangan Kò. Untuk apa pria itu menemuinya?

Kò meletakkan tangan di dada dan sedikit membungkuk. "Izinkanlah saya menjadi lawan Anda, Hinata-sama."

Hinata mengangguk. "Saya tidak akan setengah-setengah kepadamu, Kò."

Kò tersenyum dan menyiapkan kuda-kuda. "Tentu saja, Hinata-sama."

.

.

PUSARAWhere stories live. Discover now