Chapter 4: Deduksi Indra (2).

0 0 0
                                    

"Maaf, kalau boleh tahu apa pekerjaan korban?" Tanya Indra penasaran.

"Etto... Nona Shizuoka bekerja sebagai manager di perusahaan kami. Dan Tuan Nicola adalah asisten beliau. Tapi mereka lebih terlihat seperti seorang 'partner' dibandingkan seorang 'asisten', bukankah begitu, Tuan Edmund?" Tanya Akasha.

"Ya, itu benar, Tuan Kanazawa." Sahut Edmund menyetujui perkataan Akasha.

"Hmm... Begitu ya." Ucap Indra tersenyum sendiri.

Mereka yang melihat Indra yang tiba-tiba tersenyum sendiri pun merasa penasaran dengan ucap Indra yang tidak jelas. "Apa maksudmu 'begitu'? Jelas kan pada kami." Ucap Lia bingung.

"Tentu saja, pembunuhnya." Ucap Indra percaya diri.

"Apa kau sudah tahu siapa pelakunya? Siapa dia?" Tanya Lia dan Inspektur Osamu berbarengan.

"Tentu saja, pembunuhnya adalah.... Kau Nicola." Ucap Indra sambil menunjuk Nicola yang langsung tertegun mendengarnya.

"Huh, ahahah apa kau gila?? Mana mungkin aku tega membunuh kekasihku sendiri. Terlebih mana mungkin pembunuhnya bisa berada sedekat ini?" Ucap Nicola mencemooh.

"Ya, itu benar!! Mana mungkin seorang pembunuh bisa berada sedekat ini dengan tempat kejadian?

"Justru karena dia pembunuhnya makanya dia tidak ingin jauh dari tempat kejadian. Lagipula bukankah aku sudah bilang? Aku tahu dimana barang bukti itu berada dan senjata yang digunakannya. Jadi Tuan Nicola bisakah kau keluarkan semua barang-barang milikmu?" Ucap Indra dengan sangat percaya dirinya.

"Tunggu dulu, saat introgasi tadi kami sudah menggeledah semua barang bawaan meraka tapi tidak ada satupun yang mencurigakan." Ucap inspektur Osamu

"Benarkah begitu?" Tanya Indra tidak yakin.

"Ya, itu benar. Para polisi yang berdiri disana sudah memeriksa kami semua." Ucap Nicola.

"Hmm... bukankah ini menarik?" Tanya Indra sambil menyeringai.

"Uh? Apa maksudmu 'ini menarik' Edogawa-kun?" Tanya inspektur Osamu bingung.

"Bukankah itu aneh kalau barang bukti dan senjata pelakunya belum ditemukan? Aku yakin kalau kedua benda itu ada di dekatnya dan dia jadikan itu sebagai perisainya untuk keluar dari situasi yang genting ini." Tambah Indra sambil menatap tajam Nicola.

"A-apa maksudmu menatapku seperti itu?? Apa kau menuduhku bahwa akulah pembunuhnya begitu?! Bukankah aku sudah bilang kalau saat kejadian berlangsung aku sedang berada di apartemenku! Kalau kalian tidak percaya, kalian bisa tanyakan hal itu pada wanita yang sedang berdiri disana. Dia juga tinggal di apartemen yang sama denganku." Pinta Nicola yang mulai kehilangan kesabarannya.

"Itu tidak mungkin. Kami sudah memeriksa apartemen yang kau tempati dan kami juga sudah bertanya pada beberapa orang yang tinggal di apartemen yang sama denganmu, tapi mereka mengatakan bahwa mereka sama sekali tidak mengenal dirimu. Bahkan resepsionis pun mengatakan hal yang sama. Jadi bukankah itu membuktikan bahwa kau tidak tinggal di apartemen itu?" Ucap petugas Kobayashi.

"I-itu tidak mungkin!!" Ucap Nicola tambah panik.

"Melihatmu yang mukehilangan kesabaran sepertinya itu benar. Mengaku lah kalau kau tidak ingin terlihat lebih memalukan daripada ini. Dan ingat kau saat ini sudah terpojok, Tuan." Ucap Indra berjalan menghampiri dan berbisik pada Nicola dengan nada yang begitu dingin.

"Sial. Sepertinya sudah tidak ada cara lain lagi." Ucap Nicola sambil mengambil pistol yang di pegang oleh inspektur Osamu.

"Huh. Percuma saja kau lari, itu tidak akan memberi keuntungan apapun untukmu. Apa kau masih tidak percaya dengan perkataanku? Baiklah, aku akan menceritakan kronologinya, pembunuhan itu terjadi pada dini hari ini. Apa kalian lihat kondisi tubuh korban yang sudah sangat kaku itu? Dan terlebih tempat kejadian pembunuhan sepertinya berada tidak jauh dari sini. Kalau dilihat dari pakaian korban yang masih rapi sepertinya korban dibunuh saat dia ingin pulang dari kantor, jadi bisa disimpulkan bahwa tempat kejadian perkara adalah kantor tempat korban bekerja. Awalnya kau hanya ingin meminta sesuatu dari korban tapi karena korban terus mengelak dan menolak permintaanmu akhirnya kau pun menembaknya tepat di bagian kepala. Setelah itu kau pun mengacak-acak isi tas korban dan menghanyutkan tubuhnya supaya kau bisa menunda waktu penemuan jasadnya. Bukan begitu, Tuan Asisten Manager, Nicola Zayn Sebastian?" Ucap Indra dengan senyuman khas kemenangan miliknya.

Hilangnya Permata Berharga Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang