Bab 2: Perjalanan Menuju Hutan Terlarang

17 7 1
                                    

Maya dan Riri melangkah ke dalam hutan terlarang dengan penuh semangat dankewaspadaan. Maya berjalan melewati jalan setapak yangsemakin berliku dan tertutupi oleh semak-semak liar dan dipenuhi pepohonan yang rindang. Dia memakai tas ransel yang berisi perlengkapan untuk ekspedisi ke hutan terlarang. Di sisinya, Riri berjalan dengan ceria, membawa botol air dan kamera untuk mengabadikan momen-momen seru.

Di antara hutan yang rimbun,  terdengar berbagai suara alam. Burung-burung berkicau riang di atas pohon, menyapa pagi dengan serangkaian melodi indah. Suara dedaunan yang berdesir karena ditiup oleh angin membuat hutan ini terdengar hidup. Terkadang, dapat mendengar suara-langkah-langkah binatang yang berjalan di sekitar, menunjukkan keberadaan kehidupan liar yang tersembunyi di dalam rimbunnya hutan.


Maya mengamati sekitar dengan heran "Riri, lihatlah keindahan alam di sekitar kita. Hutan ini benar-benar memikat hati. Aku merasa seperti memasuki dunia yang berbeda."


Riri tersenyum "Aku setuju, Maya. Kitaharus tetap berhati-hati dan menghormati keberadaan alam ini. Hutan terlarangini penuh dengan misteri, dan kita harus menjaganya dengan baik."


Maya tertawa "Siapa sangka kita berdua akan pergi ke hutan terlarang untuk mencari petunjuk tentang Sisingamangaraja XII? Ini benar-benar petualangan yang tak terduga!"


Riri mengangkat bahu "Seperti yang kamu katakan, Maya. Kita harus siap menghadapi anjing penjaga, kutukan, atau siapa tahu apa lagi yang menunggu kita di sana!"


Mereka terus melangkah lebih dalam ke dalam hutan. Cahaya matahari yang sebelumnya terang kini mulai tersaring oleh daun-daun yang rapat di atas mereka. Udara menjadi lebih lembab dan harum dengan aroma tanah basah dan dedaunan segar. Setelah berjalan cukup jauh, Maya dan Riri tiba di tepi hutan terlarang. Udara terasa lebih dingin dan suara angin berbisik-bisik di antara pohon-pohon besar. Mereka menyusuri jalan setapak yang semakin gelap saat mereka memasuki wilayah yang dijaga oleh mitos dan legenda.

Maya menggenggam bukunya dengan erat "Ini sangat menarik, Riri. Aku bisa merasakan aura magis di sekitar kita. Kita harus tetap waspada dan mengamati segala sesuatu dengan teliti."


Riri menyilangkan tangannya "Jangan khawatir, Maya. Aku di sini untukmu. Kita akan menjaga satu sama lain dan menghadapi semua tantangan dengan keberanian!"


Maya menarik napas dalam-dalam "Aku bisa merasakan energi alam yang kuat di sini. Seperti ada kehidupan yang tersembunyi di setiap sudut hutan ini."


Riri memandangi pohon-pohon yang menjulang "Aku yakin kita akan menemukan petunjuk yang berharga di sini, Maya. Kitaharus tetap fokus pada tujuan kita dan membantu Sisingamangaraja XII."


Perjalanan mereka dihentikan oleh aliran sungai yang mengalir deras di hadapan mereka. Air yang jernih menggema dengan riak-riak yang lembut. Di seberang sungai, mereka melihat sebuah jembatan tali yang menggantung di antara pohon-pohon tinggi.

Maya menggenggam ranselnya erat-erat "Apa kita harus menyeberang jembatan itu, Riri? Terlihat rapuh dan menegangkan."


Riri mengambil nafas dalam-dalam "Kita harus melewati rintangan ini, Maya. Mari kita bersama-sama mengatasi ketakutan kita dan melangkah maju dengan keberanian." 


Dengan helaan nafas yang panjang akhirnya mereka memutuskan untuk melewati rerumputan yang tinggi, melintasi sungai kecil, dan melewati jembatan kayu yang rapuh itu. Di sepanjang perjalanan, mereka sering kali mendengar suara aneh dan merasa diperhatikan oleh makhluk-makhluk gaib.

Maya dan Riri dengan hati-hati menyeberangi jembatan yang goyah. Setiap langkah mereka dipenuhi dengan tekad dan kehati-hatian. Mereka merasakan getaran adrenalin saat mereka melintasi di atas aliran air yang deras.

Maya tertawa dengan lega "Kita berhasil, Riri! Kita sudah melewati jembatan itu. Tidak mudah, tapi kita melakukannya bersama-sama."


Riri tersenyum"Kamu benar, Maya. Kita saling mendukung dan tidak takut menghadapi tantangan. Itulah kekuatan kita."


Maya berbisik "Apakah kamu mendengar itu, Riri? Suara-suara aneh ini membuatku merinding."


Riri menahan nafas "Aku juga merasakannya, Maya. Aku harap kita tidak bertemu dengan anjing penjaga itu terlalu cepat."


Tiba-tiba, mereka tiba di sebuah teras batu yang megah. Di tengah teras itu, terdapat patung besar yang menjulang tinggi. Patung itu menggambarkan sosok gagah Sisingamangaraja XII dengan pedangnya yang terhunus.


Maya terpukau "Lihatlah, Riri! Ini adalah patung Sisingamangaraja XII. Ini menakjubkan! Apa yang harus kita lakukan selanjutnya?"


Riri mengamati sekitar dengan waspada "Aku pikir kita harus mencari petunjuk di sekitar sini. Mungkin ada sesuatu yang bisa membantu kita memahami mitos ini dengan lebih baik."


Maya dan Riri mulai menyusuri sekitar teras batu itu, mencari tanda-tanda atau petunjuk yang dapat mengarahkan mereka ke rahasia Sisingamangaraja XII dan kutukannya yang terperangkap.





Bab 3: Misteri di Balik Patung (coming soon...)

Ghostly Love: A Mythological MismatchTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang