04. Sazani?

99 24 3
                                    

🌷Lentera Cinta (KISAH KITA)🌷
.
.
.
.
.
.

"Bertahan atau pergi? "

"Siapa Sazani? Apa mungkin dia pacarannya, kak Al? " Gumam Andin pelan. Kini wanita itu sudah berada di salah satu kamar, apartemen milik Aldebaran. Bingung itulah yang sedang dirasakan oleh wanita berbadan dua, tersebut.

"Berarti Andin di sini jadi pelakor dong, nggak Andin nggak mau, jadi pelakor. " Andin menggeleng tegas dengan mata berkaca-kaca. Apa yang akan di pikirkan oleh orang-orang tentang dirinya, sudah hina, kotor, dan sekarang? Dia akan di cap sebagai perusak hubungan orang. TIDAKKK!

"

Andin harus gimana dong, apa Andin pergi aja ya dari apartemen ini?." Tanpa sadar bulir-bulir air mata menetes begitu saja.

"Siapa yang mau pergi dari apartemen, hmmm? " Sontak tubuh Andin terperanjat, saat mendengar suara bariton nan tegas Aldebaran.

"K-kak A-Al... " Gumam Andin takut, bagaimana tak takut. Saat melihat wajah dingin dan datar milik Aldebaran, dan jangan lupakan tatapan tajam milik lelaki tersebut.

"Siapa yang bakal pergi, hmmm? " Aldebaran melangkah perlahan mendekati wanita hamil itu, dengan kedua tangan yang di masukan ke dalam saku celana nya "Siapa, Andin? " Ulang Aldebaran lagi.

Andin menggeleng perlahan "H-hikss.... K-kak Al maaf.. "

"Saya tanya sekali lagi, siapa yang mau pergi dari apartemen saya? Jawab!! " Sontak tubuh Andin menggigil takut, saat mendengar nada suara Aldebaran yang naik setengah oktap, ingat SETENGAH!!.

"Kamu berniat pergi dari apartemen saya, hmmm?. "

"Hikss engga. "

"Sekali lagi saya denger, kamu bilang kayak gitu. Awass aja kamu! " Ancam Aldebaran, setelahnya lekaki itu berlalu begitu saja meninggalkan kamar yang di tempati oleh Andin.

"HUWAAAAA, ENGGAA... HIKSS... MAAFIN ANDIN KAK AL, JANJI NGGAK KAYAK GITU LAGI! " Teriak Andin, dengan pipi merahnya. Akibat kelamaan menangis.

Tangan kecil nan putih itu memukul pelan bantal yang ada di pangkuan dirinya. "KAKK AL... HUWAAA, MAAF! "

Sementara di balik pintu kamar Andin, Aldebaran lelaki itu tertawa kecil saat mendengar teriakan melengking dari kamar Andin. Y Aldebaran sedari tadi berdiri di balik pintu kamar milik Andin. Mana tega lelaki itu meninggalkan wanitanya sendirian di apartemen ini.

CIEEE WANITANYA NGGAK TUHH 🤣😭😇

'Lucu sih tapi suka ngeselin. ' Batin Aldebaran.

🌷🌷

"Maafin Andin, Kak Al. "

"Hmmmm"

"Ihhh..... Kak Al maafin Andin, hiksss... Janji Andin nggak bakal nakal lagi, hikss. "

Kini keduanya sedang berada di ruang makan, memakan makanan yang di pesan Aldebaran lewat online, dengan hikmat. Tanpa suara, karena keduanya masih marahan. Alias Aldebaran yang marah.

Sebenarnya lelaki itu sudah tak marah, namun dirinya hanya berpura-pura marah. Agar Andin mau mengakui kesalahannya.

"Kak Al... "

"Hmmmm"

"Ish sekali lagi kalau jawab kayak gitu, Andin lempar nih pake pisau! " Ancam Andin dengan tangan yang memegang pisau buah

"Emang berani? " tanya Aldebaran

"Y-ya berani lah.... " Gugup Andin

"Ohh yaudah, lempar aja pisau nya. Saya nggak takut kok! "

"H-hah? Emmmm... Nanti kalau Andin lempar pisau nya, kak Al bakal mati dong? " Tanya Andin polos

Aldebaran mengangguk pelan "HUWAAAA JANGAN, ANDIN BELUM MAU JADI JANDA, KITA NIKAH AJA BELUM MASA IYA KAK AL ISDET. JANGAN HUWAA, NANTI ANAK ANDIN JADI YATIM DONG. HIKSS, JANGAN! " Sontak Aldebaran menutup kedua telinganya dengan tangan, saat mendengar teriakan dari Andin.

"Andin suaranya! " Ucap Aldebaran

Andin bangun dari duduknya, dan berjalan ke arah Aldebaran. Lalu memeluk erat tubuh kekar itu. Dengan isakan-isakan yang masih terdengar.

"Kak Al nggak boleh mati dulu, kita belum nikah, hikss. "

Aldebaran tersenyum kecil sangat kecil "Terus kalau kita udah nikah, saya boleh mati gitu? " Tanya Aldebaran di balas anggukan oleh Andin dan setelah nya wanita itu menggeleng keras

"Hiksss jangan.... Andin belum siap jadi jahe "

"Jahe? Maksudnya? " Tanya Aldebaran

"Janda muda, hikss" Jawab Andin polos.

"Maafin Andin ya kak Al, hikss... Janji nggak gitu lagi, jangan marah. Kak Al kalau lagi marah serem, kayak moster. " ucap Andin polos

"APA!! Maksud kamu saya mirip kayak moster gitu!? " Geram Aldebaran.

"Iya... Eh engga "

"Bohong kamu? Tadi saya denger dengan baik, kamu bilang saya kalau lagi marah kayak moster! "

"Ihh Andin nggak bilang gitu ya, salah denger kali. "

"Ck, mana ada! "

"Makanya beli ketembat, masa iya orang kaya nggak mampu beli barang murah kayak gitu" Semprot Andin

"Heh sembarangan kamu! "

"Hehehe.. Jangan marah! " Ucap Andin dengan Cengiran khasnya

Keduanya masih di posisi yang tadi, dengan Andin yang memeluk tubuh Aldebaran.

"Tanya aja kali ya, soal Sazani tadi. " Gumam Andin

Aldebaran mengelus pelan punggung kecil milik Andin

"Hey kenapa? " Tanya Aldebaran saat melihat raut wajah Andin yang tiba-tiba murung.

Andin menatap lekat wajah Aldebaran "Kak Al boleh Andin tanya? "

"Boleh mau tanya apa, hmmm? "

"Tapi janji kak Al jangan marah? "

"Tergantung? Kenapa emang! " Ucap Aldebaran dengan alis yang terangkat satu.

"Hmmmm.... Tadi kan waktu di restoran tempat kita makan itu, waktu kak Al ke kamar mandi... "

"Ya terus? "

"Ponsel kak Al bunyi, terus..... Andin nggak sengaja liat nama si penelepon itu... Emmm Andin minta maaf, banget karena udah lancang waktu itu. "

"Iya, terus? " Bingung Aldebaran

"Ekhemm.... Nama si penelepon itu 'Sazani'... Sazani siapa ya kak? " tanya Andin pelan

DEG!

𝓑𝓮𝓻𝓼𝓪𝓶𝓫𝓾𝓷𝓰!!

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 21, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Lentera Cinta (KISAH KITA) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang