Jam tiga alarm Hpku berbunyi, kantung mata perlahan membuka. aku langsung duduk di pinggir ranjang sambil mengumpulkan separuh nyawa yang masih di bawa alam bawah sadar. langkah kakiku memapah membawaku ke kamar mandi untuk mengguyur sebagian anggota tubuh, dinginnya air membuat kulit terasa segar serta membangunkan semangat untuk melaksanakan solat sunat pada malam hari.
Solat sunat malam hari membuatku semakin ingin lebih dekat bersama sang Pencipta dan mengenal-Nya, maha melihat, maha mendengar segala keseluruhan yang ada di hati, saat ini aku bingung dengan apa kemauan diriku, mungkin saja aku sudah menaruh hati pada mahluk spesial itu. ku tumpahkan segala isi dari hati yang terdalam.
aku memohon ampunan begitu sadar diri, aku yang tak mempunyai apa apa, aku tak mempunyai hak selain mengikuti kehendak kehidupan penguasaan alam.
ku ambil mushaf Al Qur'an untuk ku baca sebagai obat kegelisahan hatiku.cinta menjaga dengan cara mendoakan secara tulus dari hati. cinta tidak harus memiliki dengan secara utuh namun mencintai seseorang adalah hal paling indah.
Pov Ardi.
Sengaja bangun lebih cepat agar bisa datang lebih awal, Ardi ingin menjemput nafis untuk pergi kekantor bareng dan barulah mereka jalan menuju suatu tempat. Ardi tahan dengan keinginan itu, jika dia ketahuan menjemput nafis pasti di tentang dan langsung menyuruh nafis berhenti atau mencari pekerjaan lain oleh sang ayah. bondan sang kaka, sudah mempercayai nafis wanita baik baik dan sangat menjaga diri maupun nama baik perusahaan yang di rintis bondan. jari jari Ardi memainkan keyboard laptopnya untuk membuka beberapa faell dan foto yang ia abadikan di lereng gunung merapi. tersenyum manis dari tarikan bibirnya saat manik matanya melihat gambar yang berhasil ia tangkap seorang gadis berlatar peggunungan hijau yang menjulang dengan pakaian yang tampak anggun. gamis merah muda dan kerudung senada, nafis terlihat sangat manis jika di zoom lebih dekat. Ardi mengsave nafis dalam data yang sengaja ia buat sebagai kenangan.
*
sarapan pagi ini ibu membuat nasi goreng lumayan banyak dan bisa untuk bekal nafis dan bapa."walah bu iki ketoke akeh tenan"
"tenang aja pak, nafis tak suruh bawa bekel hari ini, kebetulan nasi sisa sore cukup banyak. jadi ibu masaknya nanti sorean pas kalian pulang" ucapan yang di akhiri senyuman dari ibu.
nuri,aku,bapa, dan ibu. kumpul di meja makan untuk sarapan pagi, entah ibu mau memasak di pagi maupun sore dengan cara seperti apa masakan ibu selalu enak untuk di santap. ibu tak hanya jago memasak tapi ibu adalah panutanku kelak nanti saat aku sudah menikah aku ingin seperti beliau yang selalu mengayomi keluarga kecilnya setelah Bapa.
ibu sudah memasukkan sisa nasi goreng ke dalam wadah bekal. aku bersiap siap untuk berangkat ke kantor karena hari ini Ardi ingin jalan lebih pagi, mahluk spesial itu tak henti henti hentinya merepotkan ku.angin segar meniup pelan di pagi hari aku yang sudah sampai di lobby pertama melihat sesosok wanita yang kemarin aku lihat di ruangan bondan. ia terlihat cantik, putih, seksi serta body goals. pantas saja banyak lelaki yang terpikat termasuk pemilik travel wisata ini alias pak bondan.
"Tiara..!" Seruku yang kebetulan lewat di depanku.
"apa fis? "
"mataku langsung mengarahkan pandangan ke arah wanita itu yang sedang duduk, aku memberikan satu pertanyaan dengan cara melirik kearah tiara agar mengikuti manik hitam di mataku"
"dia sering kesini akhir akhir ini, mungkin dia itu calonnya pak bondan. makanya ati ati kamu fis, kamu orang yang paling di percaya di sini"
"ya aku kan sama bondan gak ada apa apa kalo pun ada aku masuk siang bareng bondan dong!" ucapku.
"hey nafis sekantor udah pada tau kamu sama mas Ardi pacaran! punya hubungan sepesial"
"What?! kita gak pacaran aku di suruh pak bondan nemenin Ardi setengah bulan ini! untuk mengantarkan dia keliling jogja" tegas ku mengklarifikasi agar tidak di jadikan asumsi kantor.
belum aku menyelesaikan pembicaraan dengan tiara sebuah tangan kekar menarik ku dari samping. untuk keluar lobi.
"Aduh ngapain si pagi pagi banget kan bisa nanti sebentar tunggu aku klarifikasi ke tiara!, sekantor nyangkanya kita pacaran! " aku memalingkan wajah dari pandangan Ardi.
"ya kan emang dari mulut mereka suka ngegosip, nyatanya kita nggak. kalo pun iya kita pacaran siapa yang mau ngalah?. "
aku membuang nafas gusar sembarang arah. tangan ku merogoh tas untuk mengambil bekal yang ibu sengaja bawaka untuk makan siangku namun aku kasihkan pada Ardi untuk menghabiskan nasi goreng itu.
"nih.. buat sarapan! "
Ardi langsung menerima kotak makan itu, ia mulai menyendoki nasi goreng dan melahapnya dengan cepat."ini kamu yang masak?"
"ibu" Jawabku dengan enteng sambil fokus menyetir mobil, Ardi sudah memasang google maps menuju arah selatan. perjalanan kami menyuguhkan pemandangan indah dan barisan rumah serta sawah yang membuat mataku terpukau dengan hamparan sawah yang sedang menunggu masa panen raya. Ardi sudah selesai dengan sarapan, saatnya tangannya mulai memainkan kameranya dari dalam kaca mobil, ia membuat beberapa sorotan untuk di publish di ig story. Ardi juga sempat merekam ku membuat aku kurang nyaman dengan tingkah lakunya kali ini.
"Ardi, bisa gak kamu itu gak usah merekam diriku! aku gak nyaman. "
"eh yang pertama liat bondan nih fis. pasti mas bondan cemburu"
aku memberhentikan mobil di tempat cukup sepi. tanganku merebut HP yang sedang ia pegang untuk membuat video.
"apaan sih fis! main ambil HP orang aja! "
"aku mau video tadi di hapus!"
saat tanganku tak sampai untuk merebut HP Ardi, justru jidat ku terjatuh pada belahan dadanya yang tertutup dengan kaos abu-abu. aku langsung menarik diri dan memalingkan wajah ku, aku kembali untuk menjalankan mobil. tak ada sepatah pun obrolan antara kami di dalam mobil. Ardi mulai mendiamkan ku ia pun menghentikan untuk tidak bermain hpnya lagi.
jantungku berdegup lebih cepat, dari sebelum kejadian tadi.sudah dua kali aku menubrukkan diri tampa sengaja, rasa nyaman dan tenang membuatku yakin ada hal yang tidak biasa entah ini cinta atau hanya aku yang terbawa suasana travelling ku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Travelling
Humormanusia di lahirkan dengan jalan yang berbeda beda dengan taqdir masing-masing. ketika cinta telah menyatukan dua hati, mereka tidak ingin berseteru dengan pihak keluarga yang berkeyakinan kuat dengan satu dan lain. cinta itu tumbuh namun mereka har...