ִֶָ 𓂃⊹ ִֶָ
Hai! Sebelum itu, jangan lupa klik "Vote" nya, supaya aku makin semangat updatenya~ thx!
.
.
"Bodoh! Itu Namaku!" Dia langsung berjalan meninggalkan Livana yang masih tediam kaku. Pikirannya masih fokus pada hal yang baru terjadi. Luke, Luke... Semakin menghafal namanya, perasaan Livana langsung menjulang tinggi.
Sebuah senyum kecil merekah di sudut bibirnya. Seolah Livana merasa senang telah mengetahui Namanya. "Luke! Tunggu aku! Kenapa kamu begitu cepat sekali? Bisakah kamu berjalan dengan perlahan? pinta Livana.
Sesudah itu, Livana menjadi seseorang yang berbeda. Ia selalu mencoba untuk berada di samping Luke, bahkan Livana senantiasa ingin tahu tentang kegiatan yang dilakukan Luke.
Tepat pada malam yang senyap, sepasang mata Livana mengarah pada Luke. Agaknya dia sedang kesulitan mencari Buku favoritnya. Penglihatan Livana terus berkelintaran, dan terdiam di satu sisi, sepertinya itu Buku yang sedang dicarinya. Berselingan dengan itu, Luke menoleh dan langsung menaruh tatapannya pada Livana.
"Apa Buku ini yang sedang kamu cari?" Tanpa balasan, Luke mengambil itu dan langsung membaca dengan sangat fokus. Perlahan, langkah Livana pun menuntunnya untuk mendekat pada Luke.
Mulutnya perlahan terbuka, "Livana, bisa kamu berhenti mengikuti aku?" di sela - sela ucapannya tersirat perasaan usik.
"Kenapa? Apa itu membuatmu keberatan?"
Pipi Livana terjepit di antara ibu jari dan telunjuknya. Luke terus merasa gemas dengan Livana. "Iya! Kamu mengangguku bodoh!" bentaknya.
"Pipiku sakit! Luke!"
Dengan jarak yang ambang, mata mereka saling melontarkan sebuah tatapan. Sebuah kesulitan seketika menyerang diri Livana, mata yang seketika tidak bisa memandangnya dan telinga yang seketika senyap, menjadikan ia hanya tertuju mendengar perasaannya.
"Aku akan pergi."
Refleks dari Livana membuat Luke risih. Ia tak sengaja menahan lengannya lalu berkata dengan lugu, "Kamu mau ke mana?" tanya Livana.
Tatapannya melirik tajam pada tangan Livana. Singkiran kasar yang diberikan olehnya, seketika membuat Livana terheran. Terkadang, di satu sisi Livana tidak bisa mengerti dengan perlakuan Luke yang berubah - ubah.
Selama tinggal di sini Livana juga tidak hanya diam, kadang ia melakukan banyak perkerjaan Rumah. Itu semua karena nalurinya sebagai budak, masih sangat melekat di dalam tubuh Livana. Menurut Livana, itu adalah satu - satunya cara untuk membalas kebaikan yang pernah Luke lakukan.
Livana masih terdiam di depan pintu masuk, sambil melihat bayangan Luke yang perlahan berjalan pergi mendampinginya. Malam terus berganti, Livana senantiasa menunggu akan kehadiran Luke. Walau rasa bosan sempat mengambil alih, tapi Livana tetap konsisten dengan tujuannya.
Kemudian pada suatu malam, terdengar suara yang mendatangkan buih - buih gelora dalam dirinya. Seolah tertegun dengan kehadiran seseorang yang tidak terduga, Livana refleks bersikap riang. Ia pun menyambut kehadiran Luke dengan lembut. "Hai! Selamat datang kembali."
"Livana! Jangan pernah lakukan hal ini! Sangat menjijikkan!" Ekspresi Livana berubah secepat kilat. Nada dari ucapannya sangat tinggi. Wajah Livana langsung murung, bahkan Livana pun segera menunduk dan menjaga jarak dengan Luke.
Seolah sadar dengan yang dilakukannya, Luke terus memanggil Livana dengan suara rendah. Dia juga mendekatkan tubuhnya agar dapat melihat wajah Livana dengan jelas. Berulang kali Luke memanggilnya, namun Livana tetap memilih untuk bisu.
"Livana," katanya.
"Aku akan pergi ke kamarku."
Dia menggenggam tangan Livana. "Kamu kenapa seperti ini?" Tetapi Livana tetap acuh dan menghiraukan Luke yang tengah kebingungan.
Karena kejadian kemarin, setiap harinya Luke selalu menanti di depan pintu Kamar Livana. Namun, Livana hanya menyapanya dengan singkat.
Perasaan frustasi darinya sangat dapat dirasakan, hingga pada akhirnya, Luke duduk bersimpuh di depan Livana sekaligus mengutarakan kata yang terus memenuhi otaknya.
"Aku hanya terlalu senang, jadi maaf kalau perlakuanku selalu membuatmu kewalahan."
"Maaf karena telah membentakmu," sesal dirinya.
Pelan - pelan Livana membantu Luke untuk beranjak. Ia melontarkan senyuman padanya seraya berkata, "Bagaimana jika kita keluar sekejap menikmati suasana Malam?" usul Livana.
Langkah mereka berlari bersama. Tangannya pun selalu digenggam erat oleh Livana. Luke terus menampakkan rasa bingungnya. Bisa dikatakan, bahwa Livana membawanya tanpa persetujuan dari Luke.
Ketika sampai di tempatnya, Livana menunjukkan pada Luke sebuah Danau yang memiliki Air jernih. Tetapi, rasa semangat dari diri Livana seketika lenyap, karena melihat raut wajah Luke, yang tidak memberikan kesan apa pun.
"Kamu membawaku hanya untuk melihat hal seperti ini?" tanya Luke.
Livana memberi isyarat dengan menaik - turunkan kepalanya, kemudian ia menyuruh Luke untuk lebih mendekat. "Lihat! Kamu bisa melihat cerminan Bulan di Air."
"Ini membosankan."
Bising dari kicauan Burung Hantu terdengar di telinga Livana. Sembari berjalan, matanya selalu melihat teliti ke setiap batang pohon. Livana begitu asyik hingga tidak memperhatikan langkahnya, akhirnya Livana pun tenggelam ke Danau. Karena rasa paniknya, Livana tak sadar telah membuat banyak gerakan, ia juga bisa merasakan napasnya perlahan terasa berat serta tubuhnya yang mulai lemas.Kedua matanya langsung terbuka lebar. Dengan rasa sakit pada kepalanya, Livana tetap mencoba untuk melihat pada Luke. Tangannya menggengamku.
"Ada yang sakit? Bagaimana dengan kepala, hidung serta napasmu?"
Livana terdiam sesaat, ia masih mengatur perasaan takutnya yang terus lalu lalang. Salah satu jarinya menunjuk tepat pada Pohon besar. "Tadi aku melihat burung hantu di sana," jelas Livana.
Dengan pergerakan cepatnya, Luke langsung membopong Livana. Sorotan mata Luke begitu menjelaskan, bahwa dia tengah khawatir. "Tubuhmu lemas dan kedinginan, jadi jangan banyak bergerak," ucapnya.
Tubuhnya sudah terbaring di ranjang, kesadarannya juga perlahan pulih, Livana menatap ke sekeliling dan terhenti di Luke. Dengan suara pelan, Livana melontarkan sebuah ucapan suka hati, karena Luke telah membantunya.
"Cih, Kenapa kamu selalu membuat masalah?!"
"Maaf Luke," rajuk Livana.
"Sebaiknya kamu istirahat dulu, aku akan menemanimu di sini."
Pada pertengahan malam, sentuhan seseorang membuat Livana terbangun. Kedua alis Livana sontak terangkat, tatkala melihat posisi Luke yang berada di atasnya. Lambat laun wajahnya mendekat untuk mengarah pada leher Livana.
"Jangan bergerak," jawabnya berbisik.
Livana tahu hal ini pasti akan terjadi, tapi ini terkesan sangat tiba - tiba. Batin terus mempertanyakan, "Apa dia akan meminum darahku dan membunuhku? Kenapa aku jadi seperti ini?"
Cep..! Taringnya menancap tepat pada Leher Livana. Awalnya rasanya begitu sakit, namun perlahan Luke melakukannya dengan halus.
Tak lama sedari itu, Luke menaruh tatapannya pada Livana. Dia mengusap pelan pipi Livana sekaligus mengeluarkan senyuman seringainya."Aku hanya mencobanya sedikit saja," kata Luke yang sedang mengusap bibirnya.
ִֶָ 𓂃⊹ ִֶָ
next? →
have a nice day!
terima kasih ✿Main sedot aja lo Luke, wkwk
![](https://img.wattpad.com/cover/330073245-288-k375111.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Vampire's Wife
Historia CortaRevisi✓ ⚠️ 𝓢𝓮𝓫𝓮𝓵𝓾𝓶 𝓫𝓪𝓬𝓪, 𝓳𝓪𝓷𝓰𝓪𝓷 𝓵𝓾𝓹𝓪 𝓾𝓷𝓽𝓾𝓴 𝓲𝓴𝓾𝓽𝓲 𝓪𝓴𝓾𝓷 𝓲𝓷𝓲 ⚠️ [Fiksi • Romance • Vampir] Seorang Budak Wanita terjebak dalam suasana tidak menyenangkan. Dirinya terbangun dalam keadaan lemas, juga lusuh. Wajahnya...