Kak ghina

24 1 0
                                    

Setelah 3 hari dirawat, kami dibolehkan pulang ke rumah, dan kau tahu ? Dalam waktu 3 hari itu, aku tak pernah bertemu kakak...dokter bilang kakak terluka lebih dariku, jadi ia butuh waktu istirahat lebih, aku tidak ingin mengganggu..

Saat kami sampai dirumah,
Ibu membuatkanku sup, itu enak, hehe..aku menyukainya..
"Ibu ? Boleh ku berbagi ini dengan kakak ?"
Tanyaku, ini sangat enak, aku ingin membagi ini..
Ibu tersenyum..dan mengelus kepalaku..
"Sayang..kakak tidak lapar sayang..kau habiskan ini ya.."

Aku mengiyakannya,
Nafsu makan kakak memang lebih kecil dari pada aku, jadi tidak heran jika ia sering melewatkan 1 jam makan dalam sehari.
Aku menghabiskan sup ku, dan ibu membantuku mandi, tadinya aku ingin mandi bersama kakak..itu hal yang menyenangkan! Aku bisa berendam sambil tertawa bersama kakak, namun ibu kata, kakak masih tak bisa terkena air, katanya luka kakak masih sedikit terbuka, jadi tidak sebaiknya ia mandi, jadi mau bagaimana lagi ?

Setelah aku berpakaian rapih,
Ibu mengajakku kebawah,
Terlihat seorang perempuan berjubah putih dengan kacamata dan rambut coklatnya sepundak.

Kami duduk di ruang tamu,
Ibu duduk disebelahku, dan ayah ada di belakang orang tersebut, ternyata ia adalah dokter..ghina..itu namanya...ia berlutut dihadapanku..

" Hai ? " sapanya.
" hallo! " jawabku dengan senyuman.

Ia menggenggam tanganku,
Tangannya terasa hangat, Rin suka, ia juga terlihat manis dan cantik!

"Wah..kakak cantik!"
Ucapku dengan mata yang terkagum kagum.
Kakak itu tersipu malu dan tertawa manis.
Kemudian ia bertanya padaku sesuatu...

"Rin ? Rin sayang kak sae ya ?"
Tanyanya lembut.
"Tentu saja! Dia adalah kakak kesayangan ku!"
Kataku penuh semangat.
Lalu kak Ghina bertanya lagi.
"Rin tahu tidak ? Kak sae-"

'Apa ?'
'Apa katanya ? Ugh-'
Kepalaku berdenyut, telinga ku berdengung, kak ghina mengatakan sesuatu, namun aku tak bisa mendengarnya..ugh..dengungan itu semakin keras..

Aku menarik rambutku,
Rasanya kepalaku ingin pecah..
Semua orang terlihat panik dan mencoba menenangkanku..
Ibu memelukku dengan erat, ayah juga menggenggam tanganku.

''Rin ? Kau dengar ? Kau bisa mendengarku ?" Tanya kak ghina sambil menggenggam wajahku.
Aku mengangguk..

"Baik..tenang..tarik nafas..buang..perlahan.."
Aku mengikuti arahannya, dan keadaan menjadi lebih tenang..

"Rin ?.."
"Ya ? "
"Rin tadi dengar ? Kakak bilang apa ?"
"Tidak..rin tidak dengar..kepala rin pusiiing...tadi ada bungi 'ngiiiing' gitu kaaak.." jawabku
Mereka saling bertatap tatapan..

"Rin..kakak akan sering ketemu sama kamu mulai sekarang, sepertinya pendengaranmu sedikit bermasalah..kakak akan membantu mengobatinya, dan untuk bebrapa hati ini..bisakah kau tidak keluar dan melihat Tv juga tidak bermain handphone ?"
Tanya kak Ghina padaku dengan penjelasannya itu..

Aku mengiyakannya,
'Ah ?! Kakak!' Batinku..
"Kak ghina, kak ghina.."
Kak ghina menengok ke arahku.
"Kakak..kak ghina bisa periksa kaka juga ? Apa kakak ada masalah ?"
Kak ghina hanya tersenyum..
Ia mengelus kepalaku, dan berkata

"Kak sae baik² saja"

-Reality-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang