Tak akan pernah Amatsuki lupakan, langit senja kala itu yang dipadukan dengan suara dan wujudnya yang indah.
...
"Yaah... Dompetnya ketinggalan di kelas," keluh Amatsuki. Ia lalu melirik jam dinding di kamarnya, sudah sore. "Semoga aja masih boleh masuk," harapnya.
Amatsuki mengambil sepedanya lalu mengayuhnya dengan cepat menuju sekolah. Takut jika langit sudah terlalu gelap ia tak diperbolehkan masuk oleh pak Hashiyan, guru yang mengawas tiap sore dan malam.
Sampai di sekolah, ia segera memarkirkan sepedanya lalu menuju pos satpam. Benar saja pak Hashiyan baru sampai di pos, sekarang ia sedang mengobrol dengan satpam sekolah.
"Maaf Pak, izin ke dalam boleh?" izin Amatsuki.
Syukur diizinkan, Amatsuki berlari dari pos sampai ke gedung sekolahnya, setelah itu ia berjalan menyusuri setiap lorong, kelasnya memang lumayan jauh. Pelan-pelan sambil menikmati suasana sekolah di sore hari.
Lorong-lorong minimalis sekolah yang dihiasi indah cahaya senja sangat memanjakan mata, membuat Amatsuki secara refleks melangkah dengan lebih pelan. Ia berdecak kagum tiap melewati kelas-kelas. Rasanya seperti ruang-ruang kelas pada dorama atau anime menurutnya.
Sebuah nyanyian sayup-sayup terdengar di telinganya, mengalun lembut bagai lagu pengantar tidur, menyanyikan lagu yang dikenal banyak orang.
"Terdengar burung hantu suaranya merdu."
Amatsuki sedikit tersenyum, hatinya penasaran, anak SMA mana yang di jaman sekarang masih dengan riangnya menyanyikan lagu anak-anak. Ia semakin berdebar ketika suara itu semakin jelas terdengar dari jajaran kelas sebelas. Itu artinya, si pemilik suara bak malaikat itu bisa saja teman seangkatannya.
Amatsuki berhenti di depan kelas di sebelah kelasnya. Pintunya tak ditutup. Ia melihat ke dalam kelas. Suara itu berasal dari sana dan si penyanyi pun ada di sana.
Tak akan pernah Amatsuki lupakan, langit senja kala itu yang dipadukan dengan suara dan wujudnya yang indah.
Sang penyanyi duduk di atas meja dengan tangan yang memeluk satu kaki, pundak dan kepalanya bergoyang mengikuti irama lagu. Pandangannya menatap jendela di sebelahnya.
Amatsuki tahu sang penyanyi. Kuroneko, salah satu anak yang menonjol dari kelas sebelah. Rambutnya yang diwarnai kuning, dirinya yang jarang tersenyum kecuali pada teman-temannya, suaranya yang keras, tawanya yang khas, dirinya yang gamers, dan tidak takut pada anak laki-laki padahal ia termasuk anak yang pendek adalah alasan mengapa dirinya menonjol.
Tapi Kuroneko yang Amatsuki lihat saat ini berbeda. Walau gaya duduknya masih bisa dibayangkan, tapi suara nyanyiannya juga wujudnya sangat indah.
Cahaya oranye dan kuning rambutnya terlihat sangat selaras. Rasanya seperti ada bunga yang mekar dari tubuh kecilnya.
Tatapannya yang teduh, senang dan penuh harapan. Seperti seseorang yang sedang menunggu bintang jatuh. Senyum yang dibuatnya tiap kali membuka mulut juga terasa sangat memikat.
Amatsuki terpaku. Memang baru kali ini ia melihat Kuroneko yang seperti ini. Hatinya berdegup, mungkin sudah tiga lagu ia dengarkan. Amatsuki lalu pergi ke kelasnya dan segera mengambil dompetnya, kemudian meninggalkan kelasnya.
Amatsuki berhenti lagi di depan kelas sebelah. Kuroneko masih di sana. Sekarang, ia sedang menyanyikan "Naik-naik ke puncak gunung". Amatsuki tertawa kecil, sedari tadi ia mendengarkannya bernyanyi, Kuroneko hanya menyanyikan lagu anak-anak saja. Hal yang tak biasa bagi orang-orang seusianya.
Kuroneko menyelesaikan nyanyiannya. "Naik-naik ke puncak gunung" adalah yang terakhir. Ia bersiap untuk pulang, ketika ia menoleh ke jendela, ada Amatsuki di sana. Kaget karena ketahuan mendengarkan diam-diam, Amatsuki yang berada di pintu gelagapan.
"Maaf aku dengerin nyanyianmu. Soalnya aku kaget ada anak seumuran kita yang masih suka nyanyiin lagu anak-anak. Apalagi, suaramu bagus," katanya masih dengan gugupnya. Akibatnya, ia mengatakannya dengan sangat cepat dan dengan suara yang sedikit bergetar.
Kuroneko tertawa. "Ga papa kok," katanya.
Langit yang semakin gelap membuat mereka sadar waktunya pulang, akhirnya mereka berjalan berdua setidaknya sampai keluar dari lingkungan sekolah. Di sepanjang perjalanan, Amatsuki kadang-kadang bertanya pada Kuroneko juga sebaliknya. Walau ada kecanggungan di percakapan mereka.
Ini awal dari kedekatan mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Amatsuki Kuroneko Shorts
FanfictionHanya kumpulan cerita pendek yang benar-benar pendek tentang Amatsuki dan Kuroneko.