Seokjin POV
Hari demi hari berlalu seperti biasanya. Aku melihat berita bahwa akan ada badai hari ini, yang berarti aku tidak bisa keluar rumah dan menghubunginya. Dia pasti sangat khawatir. Langit sudah sangat gelap dan sangat menyeramkan ditambah dengan suara petir yang begitu kencang. Aku menutup semua jendela dan mengunci semua pintu kemudian menghampiri ayahku di kamarnya. Ayahku sedang duduk diranjang sambil melihat bingkai foto kecil ditangannya, yang tidak lain adalah foto keluarga kami.
"Appa..."
"Hei" aku duduk disebelahnya dan menyenderkan kepalaku di bahunya.
"Aku merindukan Eomma juga Pa"
"Maafkan aku Jin, seharusnya Appa bisa membuat keluarga ini hidup bahagia, seperti yang kujanjikan pada Eommamu dulu saat aku memintanya untuk menikah denganku. Aku berjanji padanya untuk selalu membuatnya bahagia, tanpa kekurangan apapun, tapi--"
"Appa, jangan bicara seperti itu, Appa telah memberikan kami semua kebahagiaan, aku yakin Eomma juga merasakan yang sama"
"Tapi, jika aku bisa bekerja dan mendapatkan uang banyak, kau dan kakakmu tidak akan berpisah seperti sekarang"
"Suatu hari kita semua akan menjalani hidup masing-masing, jika Hyung pergi, itu bukan karena Appa, tapi memang pilihannya sendiri"
"Bagaimana dengannya?"
"Dia bilang, dia akan kembali tahun depan"
"Sampaikan padanya tidak perlu kembali, jika Ia kembali, Ia hanya akan menghabiskan uang yang sudah Ia dapatkan selama ini"
"Appa--"
"Jin, hanya ini yang bisa Appa lakukan, Appa tidak bisa memberikan apa yang kamu inginkan, tapi kau bisa membuat mimpimu menjadi nyata dengan usahamu sendiri, jadi jangan buang-buang uangmu untuk orang yang sudah tua sepertiku. Aku sudah tidak menginginkan apa pun lagi di dunia ini, aku hanya ingin bertemu dengan istriku di surga"
"Appa" aku memeluk erat Appa sambil menangis. Appa tidak pernah meminta apapun, Ia selalu mengerti bagaimana cara membahagiakan anak-anaknya. Bahkan di saat tersulit pun, Appa masih melalukan yang terbaik agar kami semua tidak kekurangan apapun.
Hujan yang sangat deras, angin kencang dan suara petir membuatku sangat takut. Listrik dirumah pun padam, membuat seluruh ruangan menjadi sangat gelap. Aku menyalakan senter yang selalu kusimpan di laci, dan berjalan keluar untuk menyalakan lilin agar ruangan sedikit lebih terang.
Waktu sudah pukul 7.45 malam, dan badai masih belum berhenti juga, hari terasa sangat panjang. Saat aku membuka pintu kamar Appa, aku melihatnya berbaring di ranjang dengan selimut menutupi tubuhnya. Aneh, karena biasanya Appa tidur larut malam, tapi aku hanya berpikir mungkin dia lelah dan mengantuk, jadi aku menutup kembali pintu kamar dan membiarkannya tidur.
Aku ke dapur dan melihat isi kulkas, semua persediaan makanan sudah habis, hanya tersisa terlur dan susu. Aku mengambil gelas dan segera menuangkan susu untuk makan malamku, dan menyisakan telur untuk sarapan Appa besok.
---
Waktu sudah menunjukkan pukul 11.25 malam. Aku terbangun dari tidurku dan ternyata badainya sudah berhenti. Aku mengusap mataku sambil berjalan keluar kamar, listrik dirumah masih padam, dan lilin yang kunyalakan sebelumnya sudah hampir habis.
Aku kembali ke kamar Appa untuk mengecek keadaannya, tetapi dia masih tidur dengan posisi yang sama. Karena penasaran, aku menghampirinya dan duduk di ranjangnya.
"Appa.."
Tak ada jawaban, mungkin karena Appa tidur sangat pulas.
"Appa, apa kau tak lapar?" Saat aku menggenggam tangannya, aku terkejut karena tangannya sangat dingin. Aku pun panik dan berusaha untuk membangunkannya.
"Appa, bangun.." aku mengguncang badannya namun Appa tetap tak bergerak. Aku pun mulai menangis.
"Tidak!! Appa bangun...tolong.. tolong jangan tinggalkan aku sendiri Appa" Aku menangis sambil memeluk erat tubuh Appa.
---
Hari ini adalah hari yang paling menyedihkan, Aku kehilangan satu-satunya orang yang selalu menemaniku saat aku kesepian. Aku datang ke pemakaman Appa seorang diri, pemakaman hanya dihadiri oleh beberapa tetangga yang mengenal Appa, tanpa keluargaku disisiku.
"Appa.. Aku yakin Appa bertemu Eomma di surga, sampaikan salam rinduku untuknya. Aku mencintaimu Appa"
KAMU SEDANG MEMBACA
Payphone | Kookjin ✔️
NouvellesCERITA PENDEK yang menceritakan tentang seseorang yang selalu menunggu kabar dari kekasihnya melalui telepon berbayar. Bagaimana kelanjutan dari kisah LDR mereka yang sudah hampir 10 tahun? Cerita ini adalah cerita terjemahan dari buku dengan judul...