01

268 17 2
                                    

Sudah hampir delapan jam Yeosang berlutut dengan kedua tangannya diangkat ke atas. Kakinya terasa keram hingga dinginnya lantai tidak lagi bisa ia rasakan. Peluhnya menetes melewati kening dan pipinya, nafasnya tersengal berat menggema ke seluruh ruangan.

Sayup-sayup suara langkah kaki terdengar mendekat, ketika ia menoleh mencari sumber suara tersebut pandangannya memudar gelap lalu tubuhnya tersungkur tidak sadarkan diri.

•••

"Apa yang kau lakukan disini?"

Yeosang terperanjat mendengar suara di belakangnya, ia berbalik lalu menundukkan kepalanya saat melihat pria di hadapannya.

"T-tidak ada, aku hanya penasaran dengan ruangan ini, maaf jika lancang." Suaranya pelan dan terbata

Wajah pria di hadapannya terlihat sangat marah, ia menggertakkan giginya kemudian tangan kanannya meraih kerah baju Yeosang, mencengkramnya kuat kuat lalu menyeretnya keluar dari ruangan gelap dan lembab, menuju ruangan lain yang lebih besar dan terang kemudian dengan sangat kasar melemparnya ke sudut ruangan.

"Apa yang kau lihat di sana?" Suaranya lembut namun dingin seolah tidak memiliki perasaan.

"A-aku tidak melihat apapun. Lagipula di sana gelap."

"Berlutut."

Yeosang mengerjap, tanpa bertanya ia menuruti perintahnya.

"Angkat tanganmu." Perintahnya. "Keduanya! Angkat kedua tanganmu!" Kali ini suaranya sedikit membentak.

Yeosang mengangguk kemudian mengangkat kedua tangannya.

'Maaf, aku harus melakukan ini demi kebaikanmu Kang Yeosang.' batin pria tersebut sambil meninggalkan Yeosang sendiri.

•••

Yeosang perlahan membuka matanya, ia memperhatikan sekitar menyadari bahwa sekarang ia sedang berbaring di atas kasur di kamarnya. Tangan kanannya terpasang selang infus. Tidak jauh dari tempat ia berbaring seorang pria berdiri membelakanginya.

Pria dengan surai hitam bertubuh tinggi dengan proporsi yang sempurna dibalut kemeja dan celana hitam. Sedang berbicara melalui ponselnya.

Yeosang tersenyum, ia tahu betul siapa pria itu. Jeong Yunho, pria dingin dengan tatapan mata yang tajam, memiliki suara yang sedikit berat. Banyak orang yang takut padanya, bahkan Yeosang seringkali mendengar desas desus bahwa Yunho bukanlah manusia.

"Baiklah, akan ku hubungi lagi nanti, terimakasih." Yunho mengakhiri telponnya dan memasukkan ponselnya ke kantung celana. Ia berbalik mendapati Yeosang sedang memperhatikannya dari atas kasur. "Ah, rupanya kau sudah siuman."

Yunho menghampiri Yeosang kemudian duduk di kursi samping kasur.

Yeosang bangkit dari tidurnya, mengubah posisinya bersandar pada kepala kasur. "Maaf aku telah lancang." Ia menurunkan pandangannya tidak berani menatap Yunho.

Yunho tersenyum sekilas, ia mencondongkan tubuhnya mendekatkan bibirnya ke telinga Yeosang. "Aku harap ini terakhir kalinya aku memperingatkanmu soal ruangan itu." Bisiknya sebelum ia bangkit dari duduknya lalu pergi meninggalkan Yeosang.

Dingin menyeruak di pundak Yeosang, ia menatap punggung Yunho yang kemudian menghilang di balik pintu. Tanpa ia sadari sesuatu yang basah mengalir di pipinya.

"Eh?" Gumamnya heran, menyeka air mata di pipinya sambil tersenyum pahit.

"Yeosang hyung! Syukurlah kau sudah siuman, aku sangat mengkhawatirkanmu." Seorang pria muda menghampiri Yeosang dan memeluknya.

"Hahaha, aku baik-baik saja, San." Yeosang menepuk pundak pria berambut merah bernama San yang masih memeluknya.

"Tega sekali Yunho hyung menghukummu hingga seperti ini." San mengernyitkan alisnya, bibirnya mengerucut. Terlihat imut padahal ia sedang kesal.

"Sudahlah, lagipula aku memang salah."

"Kau belum makan, kan? Mau aku bawakan sesuatu?"

"Tidak usah, aku tidak lapar."

"Tapi kau harus makan, hyung!" San menyilangkan kedua tangannya di dada, alisnya kembali mengernyit. Entahlah kenapa ia bisa terlihat sangat menggemaskan jika sedang bertingkah seperti ini.

"Choi San!" Dari kejauhan terdengar suara Yunho memanggil.

"Oh, itu Yunho hyung. Aku harus menemuinya dulu, bye hyung!" San berlari meninggalkan Yeosang.

•••

Sebuah ruangan gelap dan lembab, hanya diterangi beberapa batang lilin di setiap sudutnya. Seorang wanita terbaring di atas sebuah meja panjang berwarna hitam yang terbuat dari kayu. Kaki dan tangannya terikat pada setiap ujung meja serta mulutnya disumpal kain. Wanita tersebut meronta-ronta mencoba melepaskan diri dari tali yang mengikat namun usahanya sia-sia.

Matanya membulat panik saat melihat sosok pria mendekat.

Jeong Yunho dengan wajahnya yang dingin serta tatapannya yang sadis, membelai rambut wanita yang akan menjadi korbannya kemudian menjambaknya, ia menarik napas sambil memejamkan mata. Wanita di hadapannya mulai menangis, tangisannya semakin menjadi saat melihat Yunho membuka matanya yang kini berubah merah. Yunho menyeringai mengerikan menampakkan gigi taringnya yang runcing, tanpa ragu ia menancapkan taringnya di leher si wanita malang tersebut yang kemudian memekik kesakitan, tubuhnya mengejang hingga akhirnya terkulai lemas tak bernyawa.

Setelah puas dengan aksinya, ia mengelap bibirnya yang berlumuran darah menggunakan punggung tangannya.

"Inilah alasan kenapa aku melarangmu mendekati ruangan ini, Kang Yeosang."

Ia keluar meninggalkan ruangan, menepuk pundak San yang sudah bersiap di depan pintu untuk membereskan sisa 'santapan' Yunho. "Tolong bereskan."

San mengangguk paham. Di rumah megah dengan puluhan pekerja, hanya San yang tahu siapa sebenarnya Jeong Yunho.

"Ugh, aku lupa bawa masker." Keluh San saat memasuki 'ruangan terlarang'.

Yunho sedikit berbeda dari makhluk sejenisnya, ia bisa makan makanan manusia, tidak terikat hanya dengan meminum darah, namun ia tidak bisa sembarangan dengan darah manusia, hanya wanita muda dengan rentang usia 20 hingga 25, jika tidak maka tubuhnya akan memerah panas, lehernya tercekik. Memang efeknya tidak lama, hanya beberapa hari, tapi siapa yang mau merasakan siksaan itu berhari-hari. Menurutnya, darah wanita muda memiliki aroma yang khas dan sangat memabukkan.

Perbedaan lain Yunho dengan makhluk sejenisnya, korbannya akan segera membusuk dan mengeluarkan bau yang sangat menyengat. Jika yang lain cukup hanya dengan mengubur korbannya di tanah, ia tidak bisa, baunya akan menyeruak keluar dan memancing kecurigaan. Satu-satunya cara adalah dengan membakar tubuh korbannya yang telah dilumuri getah kayu Gaharu. Getah pohon Gaharu sangat harum, bisa menyamarkan bau menyengat

 Getah pohon Gaharu sangat harum, bisa menyamarkan bau menyengat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

-tbc

semoga ga aneh 😓🙏

MINE || Yunho x YeosangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang