09| Teman (?)

277 41 5
                                    

Pagiku cerahku, matahari bersinar.

Kugendong tas merahku.

Di pundak.

"Selamat pagi, Solar. Kunantikan dirimu, di depan rumahmu me-aduh!!"

Nyanyian Fang terhenti kala seorang remaja berkacamata jingga dengan model visor terbaru menjitak kepalanya. Fang mengusap-usap kepala dengan sedikit mendramatisir.

"Kau kenapa, sih?" Solar dibuat heran dengan tingkah laku Fang yang tidak seperti biasa. Pagi ini anak itu terlihat lebih ceria dengan senyum lebar yang bertengger di bibir, seakan-akan tengah memberitahu Solar bahwa dirinya sedang bahagia.

"Apa?"

"Kau bernyanyi sambil menyapaku seperti orang gila." Sebab jarang sekali bagi Solar mendapat sapaan atau bahkan ucapan selamat pagi dari Fang. Tapi anak itu melakukannya tadi, sungguh mencurigakan. Ia meletakkan punggung tangan di dahi Fang. "Kerasukan setan mana kau ini?"

Suhu temannya ini normal, lantas apa yang membuatnya terlihat gila seperti ini?

"Sembarangan." Fang menepis tangan Solar yang masih setia menempel di jidat paripurnanya. "Setan mana yang berani merasuki tubuhku, yang ada mereka semua takut padaku."

Solar merotasikan matanya. Terkadang Solar selalu bertanya kepada dirinya sendiri, kenapa ia bisa bertahan berteman dengan landak jadi-jadian seperti Fang. "Jelas takut, kau 'kan pemimpin dari segala jenis setan."

Fang yang mendengarnya langsung menyikut perut Solar dan membuat sang empu meringis. "Sialan, jangan menghancurkan kebahagiaanku."

Solar ber'oh ria, tangannya bergerak menutup pagar rumah kemudian ia berjalan beriringan dengan pemuda berkacamata ungu itu.

"Hei, kau tidak berpamitan dengan ibumu?" tanya Fang bingung. Biasanya anak itu akan mencium tangan sang ibu untuk mendapatkan keberkahan dalam tiap langkahnya. Maklum, Solar anak tunggal yang sangat menyayangi ibunya, dan doa restu ibu itu segalanya bagi Solar.

"Ibuku sudah berangkat kerja lebih dulu." Solar juga tidak melihat sosok wanita itu saat terbangun dari tidurnya. Dia hanya menemukan surat permintaan maaf dari sang ibu karena tak bisa menemani paginya.

"Tumben."

Solar mengangkat bahu acuh tak acuh. "Aku juga tidak tahu."

Keduanya terdiam menikmati orang-orang yang berlalu-lalang menjalani aktivitas paginya. Sesekali juga Solar menjawab sapaan dari tetangga yang kebetulan berpapasan. Solar dikenal dengan kepribadiannya yang ramah, tak seperti Fang sahabatnya. Landak ungu itu justru sangat cuek dengan sekitar, ia akan menjadi cerewet jika bersama orang terdekatnya.

Namun hari ini Fang nampak lain, seolah remaja yang ada di sampingnya ini bukanlah sosok Fang yang Solar kenal. Bukannya Solar tak suka kalau Fang berubah, hanya saja ia merasa heran.

"Jadi, kau sedang bahagia?"

Fang mengangguk dengan semangat 45. Mata violetnya berbinar dibalik kacamata ungu itu. "Sangat bahagia."

"Bahagia karena?" Kebahagiaan seperti apa yang Fang rasakan sampai mengubah kebiasaan paginya yang selalu menampakkan wajah suntuk menjadi berseri?

Tawa kecil Fang berikan sebelum menjawab, "Cattus sudah ditemukan. Tanpa sepengetahuan abang, aku pergi ke hutan kemarin."

"Sendirian?!" Solar tahu masalah kucing hilang karena anak itu yang memberitahukannya sendiri, akan tetapi pergi ke hutan sendirian. Bukankah itu berbahaya?

"Ya, mau bagaimana lagi?"

Solar mendorong bahu Fang sehingga membuatnya terhuyung ke depan. "Kau bilang akan mengajakku."

Jeruji HaliTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang