02

33 31 24
                                    

Kalau baca jangan lupa vote juga ya kalau bisa follow plus coment karena semua itu gak di pungut biaya

Cuma fiksi doang gak nyata

____________

❌️⭕️❌️

Matanya fokus menatap papan hijau dipenuhi tulisan kapur. Sembari menulis pokok pembahasan dari penjelasan guru berambut pendek itu. Esme mendengar bisikan yang memanggil dirinya dari belakang. Bisikan itu mengganggu fokusnya, esme seolah tidak mendengar apapun hingga akhirnya sebuah remukan kertas mendarat di atas mejanya. Ia sontak menoleh ke belakang melihat ke arah kertas tersebut berasal. Sang empu melambaikan tangannya, mengisyaratkan kepada esme jika ialah yang melempar kertas tersebut.

"Why?" Bisik esme sambil melihat ke arah guru di depan. Yang diajak bicara hanya menggeleng dan tersenyum.

"Sekya" umpat esme.

"Pelajaran selesai ibuk akhiri jangan lupa ya dibuat pr nya, laurent esme ke ruangan saya setelah ini" pinta buk yulia. Esme menunjuk diri mengapa dirinya tiba tiba dipanggil.

Esme membuntuti buk yulia. Selain karena ac ia juga kedinginan karena rasa cemas. Di sudut gedung terdapat  segerombolan murid yang membulinya tadi pagi, mereka menatap esme sambil berkacak pinggang dengan dagu yang dinaikkan ke atas sementara bos nya si gadis berambut pirang duduk santai menyilangkan kakinya.

Saatnya esme masuk ke ruangan buk yulia. Buk yulia merupakan salah satu guru berpengaruh di sekolah juga termasuk guru favorit esme di sekolah setelah pak kenzo guru biologi termuda di sekolah.

Sebelum memulai buk yulia menatap esme terlebih dahulu, esme merasa bersalah dengan tatapan itu. Ia merunduk dan tak ingin melihat wajah buk yulia. Buk yulia memajukan sedikit kursinya ke depan ia memegang kedua bahu esme dan mengelus puncak kepala esme.

"Kamu ada masalah ya? Akhir akhir ini nilai kamu banyak yang turun, kenapa kalau ibuk boleh tau?" Tanya buk yulia dengan nada yang menyentuh. Sudah pasti buk yulia tahu tentang itu secara beliau merupakan penanggung jawab prestasi murid dengan bantuan beasiswa di sekolah.

Esme tidak menjawab ia lebih memilih untuk diam, ini teguran yang kedua kalinya membahas tentang nilai, jujur untuk mendapatkan nilai dengan angka 90 ke atas merupakan beban untuknya. Ia juga ingin seperti murid lain yang juga mengikuti kegiatan ekskul jika waktu senggang. Sementara ia harus bergelut dengan berbagai macam buku 24 jam. Jika nilainya turun sebanyak 3 kali pasti beasiswanya dicabut dan membayar ulang semuanya dari awal.

"Yasudah sepertinya kamu tidak ingin bercerita, tapi jika ada masalah kamu bisa cerita ke ibuk, supaya tidak dipendam sendiri selain itu mungkin ibuk bisa bantu" jelas buk yulia melihat esme diam tanpa jawaban.

"Ini.... kasih surat ini ke orang tua kamu ya esme, surat ini perjanjian jika kamu setuju untuk menerima konsekuensi apapun kalau nilai kamu turun" tutur buk yulia memberikan amplop surat kepada esme, dengan ragu esme menerima surat peringatan tersebut. Tak terbayangkan olehnya bagaimana ekspresi dan respon keluarganya jika tahu ia mendapatkan surat yang sama seperti semester lalu.

Esme pun keluar juga akhirnya dari ruangan buk yulia. Meskipun begitu ia masih belum bisa bernapas lega, masih ada ocehan keluarga yang harus ia dengar. Mata esme tak sengaja melihat rombongan si gadis pirang nadya. Mungkin mereka akan salah paham lagi karena tatapan esme terlihat seperti elang sekarang. Esme lalu melanjutkan jalannya meski harus berpapasan dengan mereka. Berakhir miris, esme kembali di ganggu, ia di cegah dan di tarik secara paksa menuju suatu tempat yang penuh debu dan sarang laba-laba.

Ya gudang kotor di pojok sekolah.

Esme dibawa kesana, tangannya berada di cengkraman kuat seorang perempuan bergaya tomboy. Esme tidak suka dengan dirinya yang begitu lemah sekarang. Esme sadar diri dan tidak memberontak sedikitpun. Namun, gadis pirang tersebut selalu saja memancing emosinya keluar.

"Hah esme esme, udah berapa kali gue bilang JAUHI BANI !?!?" bentak nadya sambil menunjukkan beberapa foto yang memang sedikit mirip dengannya.

Esme tidak tahu ingin berkata apa, sejujurnya ia emang tidak tahu dengan foto foto tersebut, ia bahkan tidak mengenal seorang pria bernama nathan yang dimaksud nadya.

Lagi dan lagi esme tidak menjawab. Nadya semakin kesal ia menampar pipi esme dengan tamparan yang dahsyat. Bukan sekali tetapi 3 kali tamparan keras menyapa pipinya kasar. Meninggalkan bekas jemari nadya disana.

"Apasih mau lo, gue gak salah gue bahkan gak tau siapa bani, foto foto itu juga gue gak tau, lo selalu nuduh gue, fitnah gue emangnya gue salah apaa haaa" teriak esme mengeluarkan air mata.

Nadya tidak tinggal diam dirinya dibentak dengan seorang pecundang yang ada di hadapannya. Tumit runcing sepatunya menghantam keras pinggang esme.

"Gak usah sok keras, harga diri lo bisa gue beli" tutur nadya menaikkan kaki jenjangnya di atas bahu esme.

"Let's gurll" ajak nadya membawa konconya keluar.

Sementara esme hanya bisa merasakan luka yang teramat perih di pinggangnya.
Tamparan nadya masih terasa di pipinya.

"Apasih mau lo hiks hiks hiks" tangisnya.







______________
___________________

You get started

⚠️⚠️⚠️




BADASS [ no fair ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang