Prolog

258 45 31
                                    

Suara smart TV tengah malam berputar mengelilingi ruangan yang kaku ini. Di sebelah kiri sofa ada seorang laki-laki berusia 30 tahun yang menggunakan singlet dan celana boxer, memakan keripik kentang dengan mata lurus menatap televisi. Di sebelah kanan, seorang perempuan berusia sama menggunakan bra dan celana dalam, mencolek bahu si lelaki dan memberi isyarat 'bagi Chitatonya dong'.

Umur yang sama. Alasan pertama yang mereka buat-buat dan mereka dengar dari sekian banyak orang tentang kenapa mereka bercerai.

Alasan kedua...

"Tuh, denger!" Hazel menampar bahu Ezekiel. "Bener kata Aldi Taher, emang harusnya kita jangan nikah muda. Liat tuh dia sama Dewi Perssik nikah umur 24, cerai juga kaya kita..."

Si pria mengangkat alisnya. "Heh, cewek aneh!" hardiknya. "Jangan disamain ama manusia nyentrik juga lah, gue belum join Perindo, Hazel."

Hazel sama sekali tidak tertawa. Dalam hati sedikit sih, 'haha' doang sekilas.

Menikah terlalu muda. Alasan kedua yang selalu mereka coba tanamkan di kepala mereka, seperti hipnotis yang meyakinkan mereka untuk berpisah.

Ruangan itu kembali hening. Acara Kejar Setoran oleh Praz Teguh dengan bintang tamu Aldi Taher terus berputar seperti tak ada penonton. Seakan Chitato lebih menarik daripada Aldi Taher. Hanya di ruangan ini, Aldi Taher kalah menarik.

"Jadi sidang besok, kamu gak dateng lagi?" Hazel melirik Ezekiel dengan ekor matanya, diam-diam ingin melihat honest reaction dan mimik wajah calon mantan suaminya ketika diberikan pertanyaan seperti itu.

Outro Kejar Setoran menggema dalam ruang hampa.

Ezekiel menghela napas. "Iya, biar proses perceraian kita makin cepet."

Sepi. Lagi.

"Kita sejak kapan sih jadi se-awkward ini?" Hazel memecah keheningan.

Ezekiel menghela napas berat, jengah dengan pertanyaan konyol dari orang di sebelahnya. "Jadi maunya apa? Ngewe?!"

Hazel tersentak. "Ya... gak gitu juga, maksudnya, kita kan gimanapun masih... ya masih roommate ibaratnya... jangan gitu lah sama aku, Kiel..."

Lelaki itu kesal dan membanting remote ke sofa sembari berdiri dengan cepat. "Terserah, aku gak pernah ngerti kamu maunya apa. I am so mad at you right now, I could angry-fuck you in this sofa. Apa ;agi yang kamu harapkan dari kita berdua, sih?!"

"Ya aku berharap--" Hazel seperti tersedak ludahnya sendiri, menahan buncahan emosi yang sudah naik ke ubun-ubunnya. Ia tahu jika ia lebih marah, Ezekiel pun akan lebih menggila. Bisa jadi malam ini dia benar-benar jadi santapan lelaki ini, dan mereka harus bercinta tanpa cinta. Ia tak mau itu terjadi. "Ya aku berharap kita jangan kaya orang baru kenal gini, Kiel... cerita kek kamu di kantor tadi ngapain aja, biasanya kamu cerita..."

Televisi dimatikan oleh Ezekiel. Ia kembali membanting remote ke sofa untuk kedua kalinya. Dingin, ia menatap Hazel dengan emosi yang ia tahan dengan dalam. Dengan cinta atau tanpa cinta, ia tak pernah tega membentak dan menyakiti perempuan bermata dan berwajah bulat di depannya ini.

"Aku udah gugat cerai kamu, seperti permintaan kamu. Aku udah usahain kita masih berangkat kerja bareng. Aku udah nempatin kamar tamu tanpa jendela demi kamu, padahal kamu tahu aku gabisa tidur di kamar tanpa jendela." Lelaki itu mendekatkan wajahnya pada Hazel, dan berbisik lirih. "Gak semua yang kamu mau, harus selalu terjadi, Zel."

Hazel merasakan napas Ezekiel menderu di depan wajahnya. Urat-urat wajahnya perlahan melunak dan ia menunduk. "Maaf. Yaudah, udah jam segini, ayo kita tidur."

Kedua orang yang pernah saling mencinta itu berjalan ke kamar mereka masing-masing. Sesuatu yang selama 6 tahun tidak pernah mereka lakukan.

Awak dewe tau nduwe bayangan besok, yen wes wayah omah-omahan

Kisah Setelah Tamat (ONGOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang