Jalan yang Berbatu

28 10 8
                                    

Hazel terkesima dengan apa yang ada di depannya. Meski ia tahu ini adalah 50% campur tangan Ko Erwin, namun it's the thought that counts--Ezekiel menyambut kepulangannya dengan sangat baik. Di hadapannya sudah ada tumis buncis saos tiram dan babi samcan yang terlihat sangat menggiurkan, dan ada Ko Erwin yang cengengesan di sebelah Ezekiel yang... terlihat tegang.

Loh, mau nyambut gue tapi kok mukanya malah tegang kaya tukang pukul?

Di sisi lain, Ko Erwin terus menyenggol pria dewasa di sebelahnya yang sedang ngambek seperti bocil Tiktok ini. "Heh, jangan ngambek gitu dong... itu kan baru praduga... santai aja!" bisiknya sambil memaksa tersenyum, supaya Hazel tidak curiga bahwa mereka barusan menguping.

"Hahahhahahaa iya iya, welcome home, cantik!" Ezekiel tertawa maksa. "Aku masakin ini bareng sama Ko Erwin, yuk makan BER-TI-GA!"

Ko Erwin yang baru bersiap untuk pulang langsung tersentak. "Oh, gak apa-apa, kalian makan berdua aja."

"A-hahahha-ha! Gak apa-apa, Ko Erwin! Kita harus makan apa yang kita masak!" Ezekiel masih tertawa kaku, bete, cemas, gemes, kesal, semua jadi satu bagai nano-nano. "Yuk, kita langsung masak aja!"

"Makan, maksudnya..."

"Makan, kubilang! Ah, masa mulut bisa typo, HA! Ahahaha-ha!"

Acara yang ada di kepala Ezekiel rusak semua, meski mostly rusak karena moodnya sendiri. Namun ia tidak mau mengakui itu, dan melimpahkan semuanya pada Felix yang sangat suspicious dan sangat terlihat ingin mengambil Hazel darinya... at least kelihatan banget naksir dengan Hazel.

Lihat aja, gue akan lebih gercep dari pada elu. Gue gak akan kehilangan istri gue untuk kedua kalinya! Emangnya lo sanggup, handle dia pas suicidal? Cuma gue yang bisa! Anak Psikologi nih bos, senggol dong!

"Kiel, itu nasi kamu udah segunung..." Hazel menyadarkan Ezekiel yang dari tadi terlihat bengong dengan wajah tegang, sambil terus menyendok nasi ke piringnya. "Aku kan juga mau..."

Lagi dan lagi, Ezekiel hanya tertawa kaku sembari membagi nasi tersebut ke piring Hazel. Ko Erwin yang duduk di sebelahnya hanya menepuk jidat. Ia tahu betul Hazel adalah pacar pertama dan terakhir Ezekiel, namun ia mengira kebodohan itu hanya akan stuck di masa pacaran. Ternyata, kebodohan dan kekakuan Ezekiel terus berlanjut sampai tua.

***

Pagi itu, mereka semua kembali bekerja. Libur panjang telah usai, dan Ketika Kau Menebeng kembali pada rutinitas gila mereka sebagai karyawan startup.

Apesnya, hari ini Bipolar Hazel kambuh lagi. Sebagai penyintas gangguan Bipolar, Hazel sering merasakan demotivasi yang sangat besar, dan sulit untuk dilawan. Rasanya otaknya stuck, dan sulit diajak kerja sama. Tidak ada ide yang mengalir sedikit pun, padahal hari ini ia harus mengarahkan anak-anaknya untuk membuat artikel SEO mengenai service terbaru dari FastJek, serta membuat artikel Instagram untuk @lifeatfastjek dan mewawancarai Pak Gilang selaku CMO mereka.

Hazel merasa kesal dengan Bipolar yang dia alami. Baru saja kemarin ia senang karena dipuji Pak Gilang, jangan sampai ia harus mengalami kecaman atau kritik yang berbanding terbalik dengan pujian kemarin. Tidak semua orang memahami rasanya Bipolar, dan tidak semua orang memahami alasan yang ia rasakan saat demotivasi. Kerja ya kerja, harus profesional.

Padahal kan gue bukan males, emang gue minta jadi cegil (cewe gila)? Hazel mendengus sambil mengetik asal-asalan di depan komputernya.

Tiba-tiba saja, di depan wajahnya, sudah menyembul sebotol Freshtea rasa apel yang terlihat sangat dingin dan menggiurkan. Hazel menyusuri tangan yang menyembul di balik kubikelnya, dan memandang pemilik tangan dengan heran. "Ceritanya buat gue nih, Lix?"

Kisah Setelah Tamat (ONGOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang