Vodka dan Coca Cola

131 30 21
                                    

"Aku cabut ya, Zel." Ezekiel melambaikan tangannya kepada Hazel yang sudah berada di luar mobil. Jendela pintunya sengaja sedikit dibuka oleh Ezekiel, sehingga Hazel bisa melihatnya melambaikan tangan. Ia belum sampai hati untuk melengos pergi meski Hazel sudah turun dari mobil.

Hazel tersenyum kecut. "Iya, Kiel. Kamu semangat ya kerja hari ini..." Ia tulus mengatakan hal itu, mengingat belakangan ini semuanya tidak mudah bagi mereka berdua.

Tidak ada jawaban dari Ezekiel. Hanya anggukan ringan dan jendela mobil yang perlahan menutup. Mobil itu lambat laun menjauh meninggalkan Hazel yang berdiri di depan lobby sendirian.

Hari ini, perpisahan mereka semakin dekat.

Apartemen yang Hazel baru KPR-kan sudah akan selesai diurus sedikit lagi. Karena rumah mereka dibeli oleh Ezekiel bahkan sejak dia masih lajang, Hazel tidak punya hak atas rumah itu. Pun jika dipikir-pikir lagi, menyuruh si pemilik rumah tidur di kamar tamu tanpa jendela MEMANG tindakan yang cukup egois.

I have my own reason, Hazel membatin.

Ia berjalan menyusuri garis ubin kantornya, mencoba mencari sesuatu untuk dipikirkan dan direnungkan, namun kepalanya hanya penuh dengan fakta bahwa sebentar lagi, saat-saat terakhir mereka sudah dekat.

Seperti yang ia katakan kemarin, Ezekiel sebagai penggugat tidak menghadiri persidangan. Semata-mata demi mempercepat proses perceraian mereka secara negara.

Sepulang dari persidangan, ia menemukan Ezekiel duduk di bar dapur mereka, dengan Kawa Kawa, Vodka, dan Coca Cola di hadapannya.

"Mind if I join?" tanya Hazel kala itu.

Ezekiel tidak menjawab. Ia hanya menepuk kursi bar di sebelahnya, meracik Vodka dicampur Coca Cola yang paling Hazel suka.

Malam itu mereka bersulang.

"Untuk perpisahan."

"Untuk perpisahan."

Dan semuanya berubah gelap setelah empat sampai lima gelas yang meluncur ke tenggorokan mereka.

***

"HAH? LU MASIH NGEWE SAMA KIEL?!"

Pekikan Alya membuat orang-orang di kantin karyawan menengok dengan pandangan shock bercampur ilfeel. Hazel terlambat membungkam mulut Alya, dan kini mereka jadi tontonan orang-orang yang notabene masih satu tower dengan mereka.

"Zel, serius... lu... lu ngapain?"

"Na-namanya juga mabok, Al... gue juga bingung mesti gimana..."

"Pake kondom?"

"Udah nikah mana pernah stok kondom."

"KB lu masih?"

Hazel menggeleng. "Udah berenti sejak kita gapernah tidur bareng."

Alya terus-terusan mangap sambil mengusap-usap wajahnya dengan dramatis. Kemudian menggeleng tak percaya sambil memegang kepalanya yang ditutupi jilbab berwarna krem.

"Gue kalo jadi Kiel, ya, Zel... gue bingung mau lu apaan! Udah lu yang minta digugat cerai, minta pisah kamar... tapi masih minta berangkat bareng lah, masih tidur bareng lah..."

"...dan masih nerusin Nagai Noodle bareng."

Alya tersentak dan kembali menggeleng tak percaya. "Bukannya pecah kongsi, bikin usaha masing-masing... ngapain sih Nagai Noodle mesti dilanjut?"

Nagai Noodle adalah restoran mie ayam babi yang Hazel dan Ezekiel rintis sejak mereka bertunangan dua tahun sebelum menikah. Mereka sengaja membuka restoran tersebut di Kelapa Gading untuk mendapatkan target market yang tepat. Resep dan nama semuanya dari Hazel, sementara Ezekiel cuma menanam modal saja. Nagai yang berarti 'panjang' dalam bahasa Jepang, Hazel ambil dari lagu Nagai Hikari (Cahaya Panjang) milik JKT48, girlgroup kesukaannya.

"Cuman jujur ya, Zel." Alya meneguk es tehnya, memberi jeda pada dirinya sendiri. "Selain karena alasan-alasan gak masuk akal lo yang gak akur karena bentrok punya suami seumuran, merasa terlalu cepet nikah alias nikah muda di umur 24... apa sih sebenernya alasan lo mau cerai dari Kiel?"

Hazel mengangkat bahu. "That's all, Alya." Ia mengenggam tangan sahabatnya di atas meja.

"Enggak, I don't buy it." Alya menepis tangan Hazel. "Kita udah sahabatan dari SMA ya, Zel. Gue udah lihat jatuh bangunnya lo dan Ezekiel selama pacaran. Lo hampir putus lah, lo diincer mantan lo secara terang-terangan lah, sampe lo..." Wanita itu menelan ludahnya. "Sampe lo pernah hampir bunuh diri beberapa kali..."

Hazel diam seribu bahasa. Ia tahu ia tidak bisa berbohong dengan perempuan di hadapannya saat ini. Namun, ia sendiri tidak tahu bagaimana cara mengungkapkan yang ada di dalam hatinya; kemelut dan awan hitam yang menggantung setiap harinya di atas kepala, sesuatu yang masih sulit ia terjemahkan ke dalam bahasa Indonesia.

"Kalau waktunya udah oke, gue akan cerita, Al."

Kecewa dengan jawaban jelek itu, Alya menggeleng kecewa. Ia meneruskan makanannya dan diam seribu bahasa. Kekecewaannya sebagai sahabat Hazel selama bertahun-tahun tak lagi terbendung. Di sisi lain, ia pun paham, pasangan sempurna yang ia kenal sejak lama itu, tidak akan cerai tanpa benang-benang alasan yang menjahit bibir sahabatnya sedemikian rupa, sampai tidak bisa jujur pada Alya, bahkan mungkin Hazel pun tidak bisa jujur dengan dirinya sendiri.

***

Malam ini Ezekiel dan Hazel sudah berjanji untuk bertemu di Nagai Noodle untuk melakukan monitoring berkala pada karyawan-karyawan mereka. Seperti biasa, di malam Jumat, ruko kecil mereka ramai dengan pengunjung.

Kedatangan mereka disambut oleh kepala dapur, Ko Erwin. Ia menepuk bahu Ezekiel dan menuntun kedua bosnya ke dapur.

"Penjualan lagi naik-naiknya, Bos. Kemarin soalnya ada food vlogger kecil-kecilan dateng, dan kebetulan video dia FYP sampe 1M views. Kemarin dia dateng lagi nunjukin video FYPnya. Kita agak kelimpungan sih, cuman kalau penambahan karyawan untuk keviralan sesaat takutnya gak optimal juga..."

"Bener, Ko. Karena kita kan dari awal juga gak mau bisnis yang heboh-heboh amat."

Ko Erwin tertawa terbahak-bahak. "Aduh, emang ya kalian ini dua pasangan aneh. Orang mah pada tamak, kerjaan mapan bikin bisnis biar semakin kaya raya, sementara kalian? Ngambil untung dari bakmie cuma sedikit, direview Tiktok gak mau viral... emang kalian dipertemukan Tuhan sebagai suami-istri yang serasi deh!"

Udara di sekitar mereka membeku. Suhu yang menusuk itu serta merta dirasakan juga oleh Ko Erwin, si tersangka pemilik speech barusan yang belum tahu kalau bosnya dalam tahap perceraian.

Kasihan koko-koko satu ini.

"Ehem. Ya. Oke. Makasih, Ko." Ezekiel menggaruk leher belakangnya. "Coba saya mau liat pembukuan terbaru, udah sampe mana." Ia melengos melewati Hazel dan Ko Erwin, dan berjalan menuju kasir, menghampiri Elin, penjaga kasir mereka.

Ko Erwin memandang Ezekiel dengan kaku, kemudian melirik Hazel yang juga mematung. Ia tahu ada yang tidak beres dengan pasangan nyentrik yang setahun lalu datang ke hadapannya sambil bergandengan tangan dan tertawa terbahak-bahak sambil memarkir mobil.

Ko Erwin paham bahwa pernikahan tidak selamanya sunshines and butterflies, namun atmosfer ini bukanlah atmosfer 'berantem' semata.

Pernikahan 20 tahun membuatnya paham, bahwa pasangan seumur jagung ini, akan bercerai.

"Ehem. Hazel, Ko Erwin ke dapur lagi ya, mau lanjut ngedata stok samcan sama mie basah."

Ini bukan urusanku, tapi aku percaya mereka bisa melewati semua ini, Ko Erwin membatin sambil memandangi dua punggung: punggung Ezekiel yang terus bergerak sambil mendengar laporan Elin, dan bahu Hazel yang kaku, seperti ingin menangis.

Kisah Setelah Tamat (ONGOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang