Prolog 🌈

40 4 0
                                    

Sinar mentari bersinar sangat terang, menerpa kulit putih seorang pemuda yang tengah tertidur di sebuah rerumputan rindang bewarna hijau, membuka matanya secara perlahan.

''Dimana ini?'' perlahan pemuda itu duduk seraya mengusap peluh yang bercucuran di dahinya. Sinar mentari ternyata mampu membuatnya berkeringat saat bangun.

''Oh kau sudah bangun.''

Saat tengah asyik mengusap keringat, suara lain menyahut dari kejauhan membuat ia secara refleks berbalik menatap sumber suara.

''Ma-ma? ....'' tubuh pemuda itu terpaku kala memandang sosok yang baru saja ia lihat.

''Hai bayi kecil, bagaimana kabarmu?'' sapa wanita yang di sebut mama itu. Tiada sautan dari pemuda tersebut saking terkejutnya dia.

Grep

Tanpa bicara apapun lagi wanita itu langsung menarik remaja yang ada di depannya.

''Hiks, apakah ini benar, benar mama?'' tanya remaja itu sambil terisak.

''Memangnya siapa lagi?! Jangan membuat mama kaget dengan berpura-pura amnesia seperti itu!'' geram Mama membuat pemuda itu terkekeh lalu meminta maaf. Tak lama anak itu kembali memeluk sang Mama.

''Lagian mama yang bikin aku panik! Mama nggak apa-apa kan? Mama ga luka? Terus kenapa badan Mama dingin banget?'' tanya pemuda itu berturut-turut kala merasakan hawa dingin dari tubuh sang ibu.

Tidak terdengar jawaban dari sang mama membuatnya menoleh dan mendapati mamanya yang tengah menangis. Lantas, tangannya dengan sigap menghapus genangan di air mata sang Mama.

Anak bernama chandra itu sontak bertanya. ''Mama kenapa?''

Sang mama yang mendengar itu menggeleng pelan seraya mengusap genangan air di kelopak matanya.

''Sayang, mama mau ngomong next ara aja boleh, kan?'' tanya mama menatap Chandra yang memandangi paras wajah mama dengan penasaran.

''Nanti mama titip sama kamu untuk jaga ayah sama kakak-kakak yang lain, ya? Mama minta maag karena gak bisa nemenin kamu lagi, setelah ini.'' katanya lirih.

''Chandra bakal selalu jaga mereka mama, mama tenang aja. Tapi mama mau kemana sampai gak bisa temenin Chandra lagi?'' tanya sang anak polos.

Lantas sang ibu tersenyum hangat.
''Ke tempat yang sangat jauh, tapi Chandra tenang aja, mama bakal selalu ada di hati Chandra.'' ucap sang mama yang menyentuh dada Chandra.

''Oh iya, bagaimana rasanya bisa melihat lagi?'' tanya Mama.

Mendengar itu sontak Chandra melototkan matanya sambil berjalan mundur beberapa langkah. ''H-hah? Meli-hat?'' anak itu menggosok kedua matanya yang benar-benar melihat pemandangan indah di hadapannya.

''Kok bisa? Kita udah di surga, ma?'' tanya anak itu membuat sang mama menoyor kepalanya.

''Ish, kok gitu sih kamu harus tetap hidup! Kalau mati mending mama aja. Hehe ... Mama bercanda doang, kok. Oh iya, bentar lagi mama kan mau pergi jauh, Chandra bisa nggak setelah ini berjuang?''

Tak lama Chandra menghadap ke arah Mamanya sebelum akhirnya ia menggeleng ribut. ''Ih emangnya mau kemana sampai Chandra di suruh berjuang. Kalau tempat itu buat mama jauh, mama gak boleh pergi'' bantahnya.

''Chandra nggak mau kalau mama jauh dari Chandra'' lanjutnya yang di sertai oleh isakan.

Melihat anaknya yang terlihat kacau, wanita cantik itu mengarahkan pandangan Chandra ke arahnya.

''Chandra, sayang dengerin mama dulu oke? Kalau kamu kangen mama tatap saja langit itu. Jika di langit pagi, mama akan menjadi awan untuk Chandra, jika di langit sore, mama bakal jadi senja buat Chandra, dan saat malam, carilah bintang yang bersinar paling terang, jika ketemu itulah mama''

RainbowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang