3) Sun

18 3 3
                                    

Suara ketenangan, air mengalir terdengar seperti tengah bernyanyi dengan merdu. Kokokan ayam yang menyelaraskan suaranya dengan nyanyian air, membuat suasana pagi ini menjadi sebuah ketenangan.

Tidak lupa, suara kicauan burung kenari serta hewan lainnya yang menambah kedamaian di pagi itu. Sorotan matahari terbit di ufuk timur dengan menambah semburat warna jingga, menyadarkan manusia bahwa bahwa dunia telah membuka lembaran baru.

Harusnya pagi ini menjadi sebuah kedamaian untuk semua umat manusia. Namun berbeda dengan Chandra. Remaja itu terbangun sangat pagi, ia akan membuatkan sarapan untuk para saudaranya hari ini.

Maka dari itu, dirinya langsung beranjak menuju dapur seusai melakukan ibadah sholat subuh-nya.

Trang..

Srekk..

Suara dentuman antara wajan dengan spatula, dapat menggambarkan jika Chandra tengah fokus dalam kegiatannya. Dirinya juga sempat mengiringi acara memasaknya dengan menyanyikan lirik random.

Tap..tap...tap...

Suara langkah kaki mulai masuk ke dalam indra pendengaran milik Chandra. Lantas remaja itu segera menolehkan pandangannya ke arah asal suara.

''Hoammh,''

Bang Haekal, Chandra menatap sosok yang menguap itu dengan intens.

''Chandra ... masak apa kamu?'' tanya Haekal, dirinya langsung berjalan ke arah meja makan kemudian duduk di salah satu kursi yang telah terdedia.

''Nasi goreng, bang..'' dirinya mengecilkan panggilan abang pada kalimat terakhir.

''Ouh ...'' setelah mengatakan itu, Haekal langsung menumpukan kepalanya pada lipatan tangan yang ia buat. Begitupun Chandra yang kembali melanjutkan aktifitasnya. Tanpa ia sadari ternyata Haekal malah memperhatikan Chandra yang tengah memasak dari meja.

Ia masih terus bernyanyi melalui earphone-nya, tanpa menghiraukan sosok kakak yang memperhatikannya dengan senyuman tipis.

11/12 mirip sama mama, batinnya. Tanpa sadar senyuman Haekal terlihat semakin lebar dalam diamnya sambil terus menatap Chandra.

Tak lama kemudian Chandra telah selesai memasak makanannya, kini dirinya tengah menata makanan itu pada meja makan dengan rapi. Bertepatan dengan itu sang kakak mulai berdatangan, mereka juga ikut mendudukkan tubuh mereka pada kursi yang tersedia.

''Pagi Abang!'' sapa yang lain, sambil tersenyum pada Haekal.

''Pagi juga bang, ko, mas, kak, dan adek!'' sapa nya balik dengan semangat dan antusias. Lantas ia berbalik menatap Chandra yang menundukkan kepala di tengah acara memasaknya.

"Oi, Dra! Masaknya cepetan dikit ya, udah pada dateng nih para tertua plus satu bocil!" titah Haekal sambil tersenyum kala sorot mata tak terima milik Aji mengarah padanya.

"Jahat ih ... padahal aku udah gede loh." lirih Aji pura-pura memasang wajah melas. Melihat itu Haekal tertawa geli kemudian bergerak mendekati sang adik.

Puk. Tanpa aba-aba Haekal memberikan tepukan hangat pada Aji, tepat setelah sarapan baru saja di letakkan di atas meja makan.

"Makasih, Dra ... kamu boleh urus kerjaan kamu yang lain ya." kata Haekal membuat Chandra menuruti perkataannya, ia berdiri menatap suasana pagi itu dengan tatapan sendu.

"Nah Aji, makan yuk! Abang suapin deh." bujuk Haekal membuat antusiasme di wajah Aji kembali nampak.

''Oh iya! hari ini Abang yang bakal antar kalian ke sekolah sama kampus, sekalian mau ketemu sama klien. Jadi, ayo cepet selesaikan sarapannya!'' ucap Marcel membuka pembicaraan di sarapan pagi mereka.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 04 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

RainbowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang