2) Star and Moon

25 5 4
                                    

Bel sekolah Neo Culture, telah berbunyi. Saatnya para murid kembali pada tempat tinggal mereka masing-masing. Begitupun dengan Chandra yang berkemas-kemas barangnya, untuk ia masukkan ke dalam tas.

Walaupun tadi pagi dirinya sempat mendapat rundungan hingga menyebabkan faktor untuk Chandra yang memasuki ruang bk, anak itu masih kekeh dengan pertahanannya yang meminta pada guru pembimbing bk supaya dirinya bisa kembali lagi untuk mengikuti pelajaran.

Mau tidak mau guru bk itu menyetujuinya saja dengan syarat, Chandra mengganti pakaiannya dengan pakaian bersih.

Bersyukur, untungnya Chandra membawa pakaian ganti dan telah ia siapkan dari jauh hari di dalam lokernya. Alhasil, anak itupun dapat kembali mengikuti pelajaran seperti semula.

''Nah, selesai! Oke, waktunya pulang'' ujarnya semangat dan hendak keluar dari pintu kelasnya.

''Woy, pembunuh!'' panggil salah seorang siswa pada Chandra.

Mendengar panggilan tersebut, membuat Chandra secara otomatis langsung menghentikan langkahnya. Dirinya menghela nafas kecil sebelum akhirnya berbalik ke arah orang yang memanggilnya.

''Ada apa?''

''Gantiin kita piket kelas ya.'' suruh siswa itu dengan santai disertai oleh seringai.

''Loh, tapikan hari ini aku gak ada jadwal piket?''

''Iya gue tau, tapi karena lo udah bikin masalah tadi pagi. Lo harus ngerasain hukuman dari kita.''

''Aku gak mau! Maaf, itu tugas kalian. Jadi kalian harus membersihkan itu sendiri.'' tolaknya lembut. Namun, kelembutannya dalam menjawab justru membuat siswa itu geram. Dengan langkah cepat pemuda itu menghampiri Chandra dan langsung meninju rahangnya.

Bugh! ''Akh!'' Chandra meringis kecil kala ia merasakan perih di bagian rahangnya.

''Rasain itu, lo harus nurut sama gue! Kalau enggak, lo harus siap-siap nerima frekuensinya!'' tutur siswa itu ketus kemudian melanjutkan aksinya untuk memukul Chandra tanpa belas kasihan.

Chandra yang di perlakukan seperti itu hanya diam dan mencoba menahan diri untuk tidak mengeluarkan ringisan sedikitpun.

Dirinya tahu, jika ia mengeluarkan rintihan kecil dari mulutnya, siksaan dari siswa yang memukulnya itu akan terus berlanjut.

''Devan! Lo apa-apaan bambang!'' teriak seorang siswi yang baru sampai di kelas itu sambil menenteng sebuah sapu di tangan kanannya.

''Heh itu nama bapak gue!''

''Diem, lo!'' bentak siswi itu menatap tajam lelaki yang bernama Leo.

''Jawab gue, Van! Lo mau bunuh dia, hah?!''

''E-eh maaf, Ra, gue kelepasan. Lagian si pembunuh ini gak mau dengerin gue!'' ketusnya sambil menekan kata 'pembunuh'. Mendengar itu, siswi tersebut berjalan mendekati tubuh lemah milik Chandra.

Namun pergerakannya harus terhenti, kala Chandra langsung berdiri dan menatap siswi itu dengan tatapan teduhnya.

''Lo oke?''

''Mmm, aku nggak pa-pa.'' Chandra membalas, seraya menampilkan senyum khasnya.

''Syukur deh, ya udah lo pulang aja.'' uar siswi itu mempersilahkan Chandra keluar dari kelas.

Hal itu tentunya tidak di diamkan oleh Devan serta siswa lainnya yang sedari tadi menyaksikan aksi memukul Devan pada Chandra tanpa adanya niatan untuk melerai. Mereka langsung menggeleng ribut sambil menatap tajam ke arah Chandra.

''Sekali lagi kalian melototin Chandra kaya begitu, gue colok mata kalian satu-satu'' ancam siswi itu menatap murid di kelas tersebut dengan tatapan tak kalah tajam.

RainbowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang