6 bulan kemudian ....
Matahari yang semakin terik, tidak membuat para murid yang bersekolah merasa bosan. Kini istirahat tengah berlasung di sekolah menengah atas yang bernama Neo Dream High school.
Para murid kini tengah berkumpul di lapangan seraya melakukan kegiatan masing masing. Banyak yang melakukan permainan, bahkan ada juga yang tengah asik bergosip.
Di tengah-tengah keramaian tersebut, kita beralih pada pemeran utama kita, Chandra.
Pemuda berkulit putih salju itu tengah menatap ke arah teman sekelasnya yang sibuk sendiri. Mereka terlihat bahagia tanpa ada satupun anak yang mengajaknya untuk ikut bergabung bersama.
Melihat itu sontak Chandra menghela nafas kecil. ''Mereka kelihatannya seneng banget, lagi apa sih? Aku mau nyamperin, tapi aku takut...''
''Nanti yang ada mereka bakal di ancam Sama si Aji.'' monolognya lesu kala tingkah sang oknum hampir membuatnya dikeluarkan dari sekolah minggu lalu.
''Anak itu benar-benar ya. Di luar, dia kelihatan kayak harimau kelaparan. Tapi kalau giliran di rumah, dia malah kelihatan kayak kucing yang kelewat polos... banget'' gumamnya.
''Mama dulu ngidam apa sih sampe bisa keluar anak yang modelan kaya dia?!'' tak lama dirinya terkekeh kala mengingat moment dirinya bersama sang mama yang tengah mengandung Aji.
''Aku iri dengannya, Aji selalu dapat kasih sayang kemanapun dia pergi, sedangkan aku? Di mana kasih sayang itu?
Mendapat sepeserpun rasa kasih sayang dari abang dan papa sama sekali tidak pernah. Sekalipun aku minta paling yang ku dapat cuma hukuman. Kapan aku bakal ngerasaain kasih sayang itu?'' monolog Chandra pada dirinya sendiri sambil memelankan kalimat terakhirnya. Dirinya menatap sendu salah satu siswa yang bertubuh tinggi, atau bisa di sebut dengan panggilan Aji.
Saat tengah asik bermonolog sendiriannya, sebuah bola mengarah ke arahnya, bola itu melambung tinggi dan mengenai kepala pemuda berkulit putih itu.
''Hey, lo bisa ngoper ke sini gak!'' teriak salah satu murid yang bername tag Hanskal Kayana.
''Ini ...'' Chandra menendang bola itu tepat ke arah Hans.
''Thank's, oh iya lo mau ikut main kaga?'' tanya Hans.
''Enggak makasih, Kak'' tolak Chandra lembut.
''Dih! bilang aja lo takut, susah amat! Udah bang biarin aja, paling juga cari muka'' ketus Aji sambil melirik Chandra sekilas. Mendengar itu mata Hans membola, dirinya sedikit melirik ke arah Chandra yang menatapnya dengan senyuman.
Setelahnya Hans sedikit menarik pelan lengan Aji seraya menjauh dari tempat Chandra.
''Eh Ji! lo kenapa sih. Lo lagi ada masalah ya sama dia? Nggak baik tau'' bisik Hans pada Aji yang hanya memutar bola matanya malas.
''Gue udah punya dendam sama dia semenjak dia buat mama gue meninggal.'' ujarnya santai.
''What?! M-maksud lo? Ah oke, gue gak bakal tanya tentang itu, sorry.'' Sungguh, Hans merasa bersalah karena membicarakan masalah pribadi dari temannya itu.
''Santai aja, jadi lo bakal tetep sama dia?'' tanya Aji yang menunjuk Chandra.
''Itu...''
''Hahaha, udahlah bang. Tegang amat wajaha lo, lanjut main aja yuk!'' ajak Aji yang di angguki oleh Hans walaupun sedikit ragu-ragu. Setelahnya keduanya melanjutkan acara bermain mereka meninggalkan Chandra yang masih terdiam di tempat nya.
Iya, Chandra tau kalau keduanya memang sudah menjauh dari tempat yang di singgahi oleh dirinya. Namun suara mereka bisa cukup terdengar oleh Chandra. Bahkan juga anak lain yang bermain di lapangan. Di saat dirinya merasa bahwa dia menjadi tatapan semua murid, ia menundukkan kepalanya kemudian berlalu dari sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rainbow
Fanfiction''Chandra memang ingin melihat indahnya dunia, tapi jika dunia itu Chandra lihat tanpa kehadiran Mama rasanya akan sakit.'' -Chandra. Kehidupan kejam telah memisahkan Chandra si pemuda tunanetra dari sang ibu melewati gerbang maut. Sambil mengantark...