'Kau yakin?'
Matek bertanya untuk kesekian kali. Mau bagaimanapun, si pemuda tak bisa diubah pikirannya bila sudah mantap. Sama seperti sebelumnya.
Dua anak diikat di atas brankar, sebuah alat mendiagnosis dan memonitor keadaan. Semua oke, hanya tinggal ambil keputusan.
Namun, sebelum tombol laksanakan ditekan, sebuah keributan muncul.
"Oh, oh? Jadi di sini kau? Menyusui bayi dengan dot?" Tawa mengejek mengikutinya.
Pria berpakaian serbahitam, bajunya, bawahannya, topinya, bahkan rambut dan wajahnya, masuk tanpa izin ke dalam mes si pemuda. Bersama beberapa rombongan gelap. Tentu si pemuda merasa tak senang. Apalagi mengetahui identitas pria itu.
"Kembalikan semua yang telah kau curi!
"Kau telah menghancurkan hidupku! Kau mengambil semuanya dan menghilang begitu saja! Kembalikan! Kembalikan! Kembalikan semua uangku!
"Kau harus membayar semuanya dengan bekerja lagi di sekolahku!
"Kau pikir bisa menjauh dariku begitu saja dan hidup dengan tenang? Sayang sekali! Aku sudah menemukanmu dan kau tidak bisa kabur lagi!
"Argh! Sialan sial sial sial sialan--"
Suara benda yang pecah menghentikan mereka.
***
Malam itu, mes dilahap kebakaran hebat. Pemuda yang babak belur, setidaknya telah memberikan perlawanan setimpal. Pakaiannya sedikit sobek, dan ada bekas hangus. Benda tumpul dengan bekas darah segar di genggaman.
Pria hitam terjebak di dalam mes, mengetuk-ngetuk kaca jendela yang tidak bisa pecah. Hingga kobaran api melahap seisi ruangan.
Para warga sontak berkumpul di halaman untuk menonton. Sirene pemadam kebakaran terdengar nyaring dari kejauhan.
Laila dan Jekik juga Ukik Lukik menatap khawatir di antara kerumunan.
Reno langsung datang secepat kilat menghempas sepedanya.
Pemuda berjas lab langsung ditanyai keadaannya. Apa yang terjadi, mengapa bisa sampai seperti ini.
Yang paling penting, di mana kedua anak itu?
Si pemuda langsung ditarik kembali dari lamunannya. Tak ada guna sedih maupun tangis. Dia segera bangkit dan mencari ke sekeliling. Di antara warga yang menyaksikan jago api, di antara api yang menjilat, di antara ingatannya. Namun, dia tidak menemukan mereka.
Si pemuda merasa hancur.
Saat itulah, seorang anak laki-laki dan seorang anak perempuan muncul di belakang, yang langsung mengejutkannya. Keduanya tampak cerah, ceria, bersih dari dosa maupun mala. Dua anak nirmala.
Dia tersenyum lega, mata menyipit, tangan merileks, sebagai tanda segalanya berakhir.
"Guut Wulag," adalah sebagai ucapan selamat malam.
~TAMAT
KAMU SEDANG MEMBACA
Guut Wulag
General FictionCerita ini mengisahkan keseharian seorang pemuda dan eksperimen-eksperimen gagalnya, menjadi buangan masyarakat dengan diusir ke pedesaan terpencil sebagai hukuman dari orang tua. Suatu ketika dua anak kembar yatim piatu dari kerabat jauh dititipkan...