Sudah dua minggu sejak gadis bernama Xarantya Keinara itu dekat dengan Fyera atau.. teman Shenva. Sekarang orang yang mengenal nya terlebih dahulu tersingkirkan. Beberapa hari ini dia menghabis kan waktu Istirahat dengan membaca novel favorit nya, Shenva sempat ikut Fyera dan Nara untuk ke kantin bersama—namun ternyata mereka ingin menghabis kan waktu di perpustakaan, Shenva pun ke kantin dengan seorang diri. Beberapa menit kemudian dia melihat sepasang sahabat itu sedang memesan makanan.
Flashback...
Shenva buru buru memasuk kan buku nya dan menghampiri bangku Fyera, "Fyera.. Gw nanti boleh ikut kalian ke kantin gak."tanya nya pada Fyera yang masih sibuk merapikan meja.
"Hmm.. Tapi sorry, kita mau ke perpus abis ini." jawab nya tanpa menoleh, "ouh.. Gitu ya." baru saja minggu kemarin Shenva menghabis kan waktu di perpustakaan, kenapa tidak kemarin saja ke perpus nya? Kesal Shenva dalam hati.
Kini Shenva menyisir ruangan kantin dengan pandangan nya, "ah itu!" dia berjalan ke arah meja yang terdapat bangku kosong, yaa walau pun terdapat beberapa siswi yang sedang bergosip di sana.
Beberapa saat dia di lirik oleh tiga siswi di depan meja nya, jujur saja itu sangat membuat nya risih—rasanya Shenva ingin mencolok mata mereka satu satu menggunakan garpu yang dia ambil tadi tanpa sengaja.
"Maaf, Ada masalah apa ya?" ucap nya karena sudah sangat risih.
"Gapapa kok.. Kita cuma mau tanya nama lo." Ujar salah satu siswi di depan nya. "Nama saya Shenva. Oke, jangan buat saya risih." dia sedikit menekan kan setiap kata nya, itu cukup membukti kan bahwa Shenva tak suka dengan orang yang kini berada di depan nya. Selesai menghabis kan makanan nya dia berjalan ke tempat piring di kembalikan, di situlah dia melihat Nara dan Fyera mengantri Corn dog.
Flashback off...
Selama dua minggu, Shenva mengenal beberapa orang di kelasnya. Ada salah satu siswi yang akhir akhir ini dekat dengan nya, Juniarta Rheane. Gadis dengan campuran Spanyol yang berdarah bangsawan, paras cantik nya banyak memikat Laki laki di kelas—dan membuat Shenva merasa Insecure.
Shenva kini sedang duduk di bangku milik nya sambil mengunyah Spageti buatan mama nya, tak lama setelah itu Juniarta menduduki bangku yang berada di depan nya. "Makan apa tuhh." ujar nya, Shenva menoleh ke depan lalu tersenyum. "Ehh Arta, kamu gak ke kantin?" tanya Shenva. Arta menggelengkan kepala nya lalu menunjukan kotak bekal nya, "aku mau makan bareng kamu, I often see you bring lunch." yaa... Memang akhir akhir ini Shenva suka meminta mama nya untuk memasakan bekal. Setelah mengatakan itu, Arta membuka kotak bekal nya.
Terpampang jelas udang dengan saus yang menggoda, Shenva dapat mencium dengan jelas bau saus yang begitu enak. "Aaaaa.. Kaya nya enak banget deh bekal kamu, aku nanti mau minta dong." pinta Shenva.
"Hahaha iyaa, tapi nanti bagi Spageti kamu ya."
Pada akhir nya mereka saling bertukar bekal. Di sisi lain, Fyera yang sudah bosan membaca novel memasukan kembali buku nya ke tas. Kebetulan hari ini Arta sedang ada urusan keluarga, jadi dia sendiri hari ini. Saat dia berbalik badan dia melihat Shenva sedang asik dengan gadis tercantik di kelas itu,
"aku samperin kali ya?" pikir nya.
Dia langsung menggelengkan kepala sambil menolak kenyataan bahwa dia yang menjauhi Shenva terlebih dahulu, 'kalo gak sama dia gw ngapain dong' batin Fyera. Dia akhir nya memutus kan untuk membaca buku di Perpustakaan.
Bel masuk berbunyi, sekarang jam pelajaran Seni budaya. Bu Assila alias guru seni budaya memasuki kelas, "ada pr atau tugas?" itulah kata pertama yang di ucap Bu Assila.
"Ga ada bu." Sahut ketua kelas.
"Oke, kalau begitu buka lks hal 24." Pinta bu Assila. Singkat nya, di saat jam pelajaran hampir selesai...
"Baik anak anak, saya akan kasih kalian tugas kelompok menggambar orang yang sedang merani tari tradisional. Untuk tari nya bebas di kerjakan dalam waktu 1 minggu." panjang Bu Assila sembari menulis apa yang tadi dia katakan.
"Untuk pembagian kelompok nya akan saya sebut kan dan tidak saya ulangi lagi..." satu persatu nama di sebutkan oleh guru berumur 24 tersebut. Sampai akhir nya Bu Assila menyebut nama Shenva, "kelompok 4, Hyero, Donny, Shenva, Fyera, Gheta dan Hesa..."
Yaa.. Shenva satu kelompok dengan Fyera yang kini sudah asing sejak ada nya Nara, namun apa salah nya? Pikir Shenva. " baik, 8 kelompok sudah saya sebut kan sekian."
Shenva melihat Arta yang bangkunya tak jauh dari kursi Shenva, Gadis itu terlihat memurungkan wajah karena tak satu Kelompok dengan Shenva. Dia melihat Arta hanya membalas dengan kekehan kecil, wajah nya terlihat imut bak balita yang permen nya di ambil.
Saat hendak pulang, Shenva di hampiri siswa yang di duga bernama Hesa. "Eh kumpul bentar dlu." Ujar Hesa. Saat berkumpul, Shenva hanya bertukar nomor untuk membuat grup. Agar lebih mudah berkomunikasi.
Pada akhir nya mereka menemukan tema gambaran yang akan mereka kerjakan, singkat nya mereka memilih salah satu rumah untuk di jadikan tempat diskusi. Sesampai nya Shenva di sana, dia langsung menyapa kedua orang tua Fyera yang kebetulan adalah teman SMP orang tua Shenva sendiri, satu persatu orang berdatangan dan diskusi di mulai.
Dari sketsa sampai detail gambar sudah di bahas, jujur saja.. Sepanjang obrolan Shenva dan Fyera sedikit canggung, Diskusi sudah selesai dan seharus nya ini waktu untuk pulang—namun langit tak mengizin kan mereka untuk kembali kerumah masing masing.
Awal nya hujan rintik rintik sekarang berubah menjadi Hujan badai angin ribut dan gemuruh yang sangat kencang, 'astaga.. Ngapain ujan sih ah, baju kesayangan ku kering gak ya?" batin Shenva sambil menatapi langit.
Namun dia tiba tiba merasakan gejolak. tidak, tidak, tidak, ini bukan gejolak cinta. Namun gejolak kebelet, waktu yang sangat tidak tepat. Bagai mana jika saat dia sedang di toilet tiba tiba mati lampu? Trus nanti muncul genderuo atau poconk atau.. Aaah entah lah.
Sudah 25 menit berjalan namun hujan belum saja berhenti, Shenva mengingat. 'Katanya mama gaboleh nahan kebelet, ah yaudah deh.' dia akhir nya mencari keberadaan Fyera, namun dia tak menemukan batang hidung gadis itu.
"Lo ngapain? Nyari Fyera?" Sahut gadis bernama Gheta yang sedang meminum teh botol yang berbentuk kotak. "Iya nih.. Mau ke toilet soalnya." Jawab Shenva seadanya, "oh toilet, sini gw anterin aja. Tadi gw sempet ke toilet juga"
Akhirnya Shenva diantar Gheta menuju toilet, "gw tinggal dulu ya, soalnya masih main game." Ujar Getha, Shenva mengangguk menedengar itu. Selesai menggunakan toilet, dia hendak untuk cepat cepat kembali ke tempat awal. Namun dia mengurungkan niat setelah mendengar suara seseorang yang tak asing.
"Kamu bodoh banget sih, nilai kamu kok turun banget. Pertahanin dong! Masa jadi 68." .
Oke temen temen, suka sama cerita ini? Mungkin kalian bisa dukung aku buat Vote, oh ya maaf ya buat ig nya aku kurang aktif jadi.
Kalian bisa dm aja, Hope u like bolo bolo
KAMU SEDANG MEMBACA
SHENVA
Non-FictionUsahakan follow sebelum membaca👍 Shenva Ravashel, gadis yang seumur hidup nya terkurung... Ah bukan, i say... mengurungkan diri dirumah. Shenva akan menunjukan batang hidung nya hanya jika ada acara penting, Shenva... gadis yang tak mengenal dunia...