Heroin

26 4 0
                                    

Perkiraan cuaca hari ini cukup baik. Matahari yang bersinar lembut dengan hangat. Suasana hati sangat baik untuk menerima cuaca seperti ini. Sekiranya begitulah yang dirasakan para murid White Castle Boarding School.

Beberapa hari yang lalu mereka sudah mengikuti ujian yang menguras otak. Apalagi bagi murid yang sudah berada di tahun akhir. Itu menandakan bahwa mereka akan terbebas dari tembok tinggi asrama putih ini.

"Cel, kebebasan di depan mata!" pekik seseorang gadis rambut lurus yang berkilau.

Mata Almond itu memandang kosong gadis tadi. Gadis itu mengerucutkan bibirnya melihat respon orang yang baru saja didatanginya.

"Lu gak happy apa?" tanya gadis bernama Sera itu.

Gadis yang ditanya tetap bergeming di tempat. Dengan perasaan kesal yang memuncak, Sera menjitak orang di sebelahnya. Orang itu tersentak lalu menoleh dengan kerutan tidak terima.

"Lu lagi ngopi sama Jin apa? Gue panggil gak nyahut," tanya Sera.

"Gak."

Jawaban singkat itu dihadiahi gaplok penuh cinta dari Sera. Tentu dia merasa aneh dengan perilaku aneh temannya.

"Celio Kalea Ekadanta, my love what happened to you? Lo kayak zombie tau gak."

"Atau jangan-jangan lo lagi nahan berak ya?" tanya Sera dengan tak etisnya. Tentu saja dia mendapat gaplok penuh cinta dari Cel.

"Lo ngomong nyerocos mulu, inget tempat bego," Cel menghembuskan nafas lelah dengan kelakuan sahabatnya satu ini.

"Gak asik lu, Cel. Lo juga dari tadi bengong mulu kek orang kesurupan."

"Gue kesurupan?"

"Hooh."

"Gak mungkin, kalau iya lu udah ngacir  daritadi."

Sera mengelus jiwanya dengan sabar. Orang di hadapannya ini memang mempunyai 1001 jawaban yang tidak terbantahkan. Untung dia Cel kalau orang lain mungkin dia bisa saja menjejalkan cabai di dalam mulutnya.

"So, apa yang lo pikirin tadi?" Inara bersedekap di hadapan Cel dengan sorot mata penuh introgasi.

"Gak papa," Ini dia kalimat andalan Cel. Sebagai sahabat dari Cel jujur Inara tak pernah mendengar banyak cerita dari gadis itu.

"Cel, kadang kata 'gak papa' bisa diganti 'jadi gini' gue siap dengerin lo," ujar Inara meyakinkan.

"Gue mau nikah."

"Oh... lo mau nikah-EHH WHATTT?"

Nah kan apa gue bilang, Cel sudah menduga reaksi ini. Reaksi alami yang akan dia terima jika seluruh orang di sekolah ini tahu.

Bayangkan saja orang yang termasuk jajaran anak berprestasi dan juga berbakat mendadak menyebarkan undangan. Apalagi tepat sebulan hari setelah kelulusan. Sangat di luar prediksi orang-orang tentang Celio Kalea Ekadanta.

"Cel lu serius mau nikah? Kalau lo mau bilang ini candaan belum telat 5 menit kok."

"Gue serius, Ser."

Sera membekap mulut tak percaya. Speechless, pastinya. "Why did it happen?"

"Dunno, tanya sama Nyonya Ekadanta sana," balas Cel tidak acuh.

"Terus gimana sama itu?"

"What?"

"Mimpi lo?" tanya Sera tak yakin. Pertanyaan yang begitu sensitif bagi Cel.

"I don't know."

Cel sudah tak bisa berpikir jernih. Rasa-rasanya semua rencana yang sudah ia susun baik-baik seketika berantakan. Jika ditanya apa yang ada di pikirannya sekarang mungkin hanya ini.

Mencari celah.

-Kau itu heroin kendalikan saja alurnya-

***

Hai guys... back with me with new stories.

Semoga di work kali ini aku lebih fokus ya terlepas dari sifat aku yang mageran ini wkwk.

Tetap dukung aku ya kawan di work ini. Satu bintang dan komen kalian adalah obat yang gak terhingga nilainya.

See you guys..

Sky With YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang